Sekularisme dan Umat Islam: Warisan Kelam Barat yang Membelenggu
Tidak sedikit orang yang hari ini memandang agama hanya urusan pribadi. Masjid cukup untuk shalat, gereja untuk ibadah minggu, kuil untuk ritual. Sementara urusan politik, ekonomi, hukum, bahkan pendidikan dianggap lebih layak diatur manusia. Cara pandang ini disebut sekularisme. Masalahnya, sekularisme bukan lahir dari rahim Islam, tetapi dari sejarah kelam Barat dengan agamanya sendiri---lalu dipaksakan berlaku untuk semua agama, termasuk Islam.
Trauma Barat terhadap Agama
Abad Pertengahan di Eropa kerap disebut dark ages. Gereja Katolik kala itu bukan hanya mengurusi ibadah, melainkan ikut menentukan urusan politik, ilmu pengetahuan, bahkan ekonomi. Banyak ilmuwan yang berbeda pandangan dengan gereja dihukum, seperti Galileo yang dituduh sesat karena membuktikan bumi mengelilingi matahari. Praktik korupsi juga merajalela, termasuk penjualan surat pengampunan dosa. Tak heran masyarakat muak. Agama dianggap belenggu.
Dari trauma itu lahirlah semangat Renaisans, Pencerahan, hingga Revolusi Prancis. Intinya sama: agama dipisahkan dari kehidupan publik. Sekularisme pun lahir. Barat bangkit dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, tapi agama dipersempit hanya ke wilayah ritual.
Generalisasi: Semua Agama Sama
Pengalaman pahit dengan Kristen membuat Barat mengeneralisasi bahwa semua agama pasti dogmatis, menghambat kemajuan, dan sebaiknya dikurung di ruang privat. Pandangan ini dikukuhkan oleh Karl Marx dengan kalimat terkenalnya: "Agama adalah candu masyarakat."
Masalahnya, logika ini kemudian dipaksakan ke seluruh dunia melalui kolonialisme, modernisasi, hingga globalisasi. Agama dianggap cukup jadi urusan moral dan spiritual semata. Negara? Harus netral, bebas dari agama.
Islam Dipersempit Menjadi Ritual
Padahal Islam berbeda total. Islam sejak awal bukan hanya ibadah ritual, tetapi sistem hidup yang menyeluruh. Al-Qur'an mengatur jual beli, warisan, politik, hingga hukum pidana. Rasulullah mencontohkan dengan membangun masyarakat dan negara di Madinah berdasarkan syariah. Para sahabat meneruskannya dengan kepemimpinan khilafah yang mampu mengatur politik, ekonomi, pendidikan, dan hubungan internasional dengan Islam.
Namun, karena pengaruh sekularisme, Islam pun diperlakukan sama seperti Kristen: cukup di masjid, cukup shalat dan puasa, cukup zakat dan haji. Urusan negara diserahkan ke hukum Barat. Di Indonesia misalnya, KUHP yang berlaku hingga kini adalah warisan Belanda. Di Turki, sejak Mustafa Kemal Atatrk, syariah dicabut dari pemerintahan dan diganti sistem Barat. Umat Islam akhirnya tercerabut dari identitasnya.