Mohon tunggu...
Maman Abdullah
Maman Abdullah Mohon Tunggu... Pengasuh Tahfidz | Penulis Gagasan

Magister pendidikan, pengasuh pesantren tahfidz, dan penulis opini yang menyuarakan perspektif Islam atas isu sosial, pendidikan, dan kebijakan publik.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Internal Conflict: Api di Dalam Rumah di Era Ai dan Gen Z

13 September 2025   11:00 Diperbarui: 13 September 2025   10:55 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Api Dalam Rumah: Ancaman Baru Abad Ini

Sejarah dunia selalu mencatat bahwa konflik hadir dalam dua wajah: internal dan eksternal. Konflik internal muncul ketika sebuah bangsa pecah dari dalam, tergerus ketidakadilan, ketimpangan sosial, atau lemahnya kepemimpinan. Sementara konflik eksternal lahir dari rivalitas antarnegara yang saling berebut pengaruh, wilayah, maupun sumber daya.

Kita bisa melihat bagaimana dua wajah konflik ini terus berulang. Perang Dunia I dan II adalah contoh konflik eksternal yang melibatkan banyak negara. Namun, jatuhnya banyak rezim di Timur Tengah, atau kerusuhan sosial di berbagai belahan dunia, lahir dari konflik internal yang tak kalah dahsyat.

Belakangan ini, gejala konflik internal semakin nyata. Nepal diguncang krisis ekonomi yang memantik protes besar-besaran. Jepang menghadapi tekanan sosial dari generasi mudanya yang kritis terhadap isu lingkungan dan kesejahteraan. Prancis berulang kali dilanda demonstrasi akibat kebijakan ekonomi yang dianggap tak berpihak pada rakyat. Sementara itu, di level global, Amerika Serikat berhadapan dengan BRICS+ dalam perebutan dominasi dunia.

Pertanyaannya: konflik mana yang akan lebih dominan di masa depan? Jawaban singkatnya: konflik internal. Dan yang mengejutkan, ada dua faktor baru yang akan menjadi pendorong utamanya: kecerdasan buatan (AI) dan generasi muda, khususnya Gen Z.

1. Ekonomi Melelahkan, Sosial Terbelah

Perekonomian global kini berada dalam fase yang melelahkan. Inflasi menghantui banyak negara, biaya hidup melonjak, sementara angka pengangguran tetap tinggi. Ironisnya, di saat rakyat menjerit, segelintir elit justru semakin menumpuk kekayaan. Jurang kaya–miskin melebar, dan rasa keadilan semakin tergerus.

Dalam kondisi seperti ini, masyarakat yang merasa dipinggirkan mudah tersulut. Keresahan sosial bisa menjelma menjadi demonstrasi, kerusuhan, bahkan revolusi. Nepal adalah contoh mutakhir: krisis ekonomi yang berkepanjangan melahirkan gelombang protes rakyat yang sulit dikendalikan. Fenomena ini bisa menjadi cermin bagi negara lain, bahwa stabilitas tidak hanya ditentukan oleh kekuatan militer atau diplomasi, tetapi juga oleh rasa keadilan sosial di dalam negeri.

2. AI: Disrupsi Tanpa Pagar

Kecerdasan buatan (AI) sering dipuji sebagai motor kemajuan, tetapi ia juga membawa ancaman yang tak kalah besar. Banyak pekerjaan manusia kini terancam hilang. Buruh pabrik digantikan robot, pekerjaan administratif diambil alih otomatisasi.

Masalahnya tidak berhenti di situ. AI juga bisa dimanfaatkan sebagai senjata propaganda. Penyebaran hoaks, manipulasi opini publik, hingga deepfake yang sulit dibedakan dengan kenyataan berpotensi memecah belah masyarakat. Alih-alih menghadirkan ketenangan, AI justru bisa menjadi bahan bakar baru bagi konflik internal.

3. Gen Z: Motor Baru Aksi Sosial

Gen Z adalah generasi yang lahir dan tumbuh bersama media sosial. Mereka kritis, ekspresif, dan tidak segan menantang otoritas. Satu unggahan viral di Twitter atau TikTok bisa melahirkan demonstrasi kilat.

Di Jepang, misalnya, generasi muda semakin vokal memperjuangkan isu keadilan sosial dan lingkungan. Di negara lain, mereka mendorong perubahan dengan cara yang tak selalu sesuai dengan pola pikir generasi sebelumnya. Bagi rezim yang gagap menghadapi gaya komunikasi baru ini, gesekan nyaris tak terhindarkan. Gen Z bisa menjadi agen perubahan, tetapi juga bisa menjadi pemantik konflik jika suara mereka diabaikan.

4. Konflik Eksternal: Bukan Hilang, Hanya Tertunda

Apakah ini berarti konflik eksternal akan hilang? Tentu tidak. Rivalitas Amerika dan BRICS+ tetap relevan, begitu juga perebutan pengaruh di kawasan Indo-Pasifik, Afrika, maupun Timur Tengah. Namun, banyak negara besar kini lebih sibuk meredam api di dalam rumah mereka sendiri.

Ironisnya, konflik eksternal sering dijadikan “pengalih isu” oleh pemerintah. Saat rakyat gelisah karena harga naik atau lapangan kerja menyempit, isu rivalitas dengan negara lain kadang digoreng untuk menutupi masalah di dalam negeri.

5. Dunia dan “Api Dalam Rumah”

Kombinasi antara AI dan Gen Z membuat konflik internal di abad ini semakin cepat menyebar, semakin sulit dikendalikan. Informasi beredar dalam hitungan detik, dan sentimen publik bisa berubah hanya karena satu potongan video viral. Jika pemerintah gagal mengelola kesejahteraan rakyat dan komunikasi dengan generasi mudanya, gelombang protes akan terus berulang.

Maka, dunia di abad ke-21 tampaknya akan lebih sibuk menghadapi “api dalam rumah” ketimbang sekadar perang antarblok besar. Ancaman terbesar bukan lagi datang dari luar perbatasan, melainkan dari dalam negeri sendiri—dari rakyat yang merasa tak lagi memiliki tempat di pangkuan bangsanya.

Penutup

Ke depan, tantangan terbesar umat manusia bukan lagi sekadar rivalitas antarblok besar, melainkan kemampuan setiap negara menjaga stabilitas sosialnya dari dalam. Konflik internal berpotensi menjadi “hantu baru” abad ini, menggerogoti kekuatan bangsa dari akar paling rapuhnya.

Dalam pusaran ini, hadir dua faktor penentu: AI dan Gen Z. AI bisa menjadi alat untuk meredam ketimpangan, atau justru memperlebar jurang sosial. Gen Z, dengan idealisme dan energinya, bisa menjadi agen perdamaian atau sebaliknya, bahan bakar konflik.

Sejarah kini menunggu pilihan kita: apakah membiarkan api perpecahan membesar, atau menjadikannya cahaya yang menerangi jalan perubahan menuju masa depan yang lebih adil, damai, dan bermartabat?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun