Dalam perspektif Islam, SDA strategis termasuk milik umum. Artinya, negara harus mengelolanya untuk kepentingan seluruh rakyat, bukan diserahkan kepada segelintir korporasi. Dengan model ini, pemasukan negara akan jauh lebih stabil dan mandiri, sehingga tidak ada alasan untuk terus berutang.
Gaya Hidup Pejabat dan Efisiensi Anggaran
Selain soal SDA, kita juga perlu menyoroti gaya hidup pejabat negara. Dari pusat hingga daerah, fasilitas yang mereka nikmati sangat besar: rumah dinas, mobil dinas, staf ahli, perjalanan ke luar negeri, hingga berbagai tunjangan. Semua itu dibiayai APBN dan APBD.
Jika pejabat benar-benar meneladani kepemimpinan sederhana sebagaimana dicontohkan para khalifah Islam terdahulu, negara bisa menghemat triliunan rupiah. Penghematan ini bisa dialihkan untuk memperkuat pelayanan publik. Sederhana bukan berarti miskin wibawa, justru menunjukkan integritas dan ketulusan dalam melayani rakyat.
Menawarkan Jalan Keluar
Apakah ada jalan keluar dari jebakan utang ini? Tentu saja ada, meski tidak mudah. Beberapa langkah nyata yang bisa ditempuh antara lain:
1. Menghentikan penambahan utang baru berbasis bunga, karena jelas menambah beban tanpa solusi jangka panjang.
2. Mengambil kembali kendali atas SDA strategis, sehingga hasilnya bisa menutup defisit dan membiayai kebutuhan pembangunan.
3. Melakukan efisiensi belanja negara, khususnya untuk fasilitas dan gaya hidup pejabat, agar dana lebih banyak dialirkan kepada rakyat.
4. Menguatkan sistem ekonomi syariah sebagai inspirasi, sehingga kebijakan fiskal bebas dari jebakan riba dan lebih berorientasi pada kemaslahatan umum.
Penutup