Mohon tunggu...
Maman Abdullah
Maman Abdullah Mohon Tunggu... Pengasuh Tahfidz | Penulis Gagasan

Magister pendidikan, pengasuh pesantren tahfidz, dan penulis opini yang menyuarakan perspektif Islam atas isu sosial, pendidikan, dan kebijakan publik.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

BUMN Boncos, Korupsi Triliunan: Di Mana Profesionalnya?

19 Agustus 2025   06:20 Diperbarui: 1 September 2025   13:39 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru-baru ini publik kembali digegerkan dengan laporan kerugian sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Ironisnya, di saat BUMN mencatat kerugian hingga triliunan rupiah, komisaris dan direksi tetap menerima gaji jumbo bahkan miliaran rupiah per bulan. Ada yang hanya rapat sekali sebulan, tapi fasilitasnya setara pejabat tinggi negara.

Seharusnya BUMN menjadi motor penggerak ekonomi dan penjaga kedaulatan bangsa. Namun faktanya, sebagian justru jadi ladang bancakan, sarang korupsi, dan proyek gagal. Lalu, di mana letak profesionalitas pengurusannya?

Analisis Masalah

Ada beberapa alasan mengapa BUMN rawan boncos sekaligus jadi ladang korupsi:

1. Jabatan politis, bukan profesional.

Banyak kursi komisaris dan direksi ditempati karena balas jasa politik, bukan keahlian di bidangnya. Akibatnya, keputusan lebih dipengaruhi kepentingan elite ketimbang kepentingan perusahaan dan rakyat.

2. Pengawasan lemah.

Skandal korupsi triliunan rupiah kerap muncul di berbagai BUMN. Dari kasus pengadaan pesawat, mark-up proyek, hingga kredit fiktif. Semua terjadi karena minimnya transparansi dan lemahnya penegakan hukum.

3. Beban biaya tinggi.

Struktur manajemen yang gemuk, gaji selangit, serta fasilitas mewah membuat biaya operasional membengkak. Padahal kinerja justru stagnan atau bahkan merugi.

4. Rakyat jadi penanggung terakhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun