Mohon tunggu...
Maman Abdullah
Maman Abdullah Mohon Tunggu... Pengasuh Tahfidz | Penulis Gagasan

Magister pendidikan, pengasuh pesantren tahfidz, dan penulis opini yang menyuarakan perspektif Islam atas isu sosial, pendidikan, dan kebijakan publik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Toleransi dan Pluralisme: Dua Hal yang Sering Disangka Sama, Padahal Beda Makna

3 Juli 2025   09:30 Diperbarui: 21 Agustus 2025   14:46 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Beberapa waktu lalu, dalam sebuah diskusi santai salah seorang hadirin bertanya dengan nada bingung, “Pak, bedanya toleransi sama pluralisme itu apa? Bukankah Islam itu harus toleran?” Saya tersenyum. Pertanyaannya ringan, tapi menyentuh persoalan yang sangat penting di tengah arus deras wacana keberagamaan kita hari ini.

Toleransi: Ruang Damai untuk Hidup Bersama

Islam tidak hanya mengenal toleransi, tapi juga mencontohkannya secara nyata. Rasulullah ﷺ hidup berdampingan dengan Yahudi dan Nasrani di Madinah. Mereka diberi kebebasan beribadah, bermuamalah, bahkan punya hak untuk menyelesaikan urusan internal mereka dengan hukum agamanya sendiri.

Mengapa Ini Penting untuk Ditegaskan?

Karena saat ini, banyak geberasi muda kebingungan membedakan antara hidup damai dalam perbedaan, dengan menghapus keyakinan demi dianggap toleran. Padahal, tidak masalah kita meyakini agama kita satu-satunya yang benar. Itu bagian dari keimanan. Yang tidak boleh adalah memaksakan atau menyakiti pemeluk agama lain.

Toleransi sejati justru lahir dari keteguhan dalam keyakinan, dan keluasan dalam pergaulan. Kita tidak perlu melepaskan prinsip, hanya demi diterima dalam keramaian. Justru, orang yang kuat keyakinannya, akan lebih siap menghormati perbedaan.

Toleransi: Ruang Damai untuk Hidup Bersama

Islam tidak hanya mengenal toleransi, tapi juga mencontohkannya secara nyata. Rasulullah ﷺ hidup berdampingan dengan Yahudi dan Nasrani di Madinah. Mereka diberi kebebasan beribadah, bermuamalah, bahkan punya hak untuk menyelesaikan urusan internal mereka dengan hukum agamanya sendiri.

Kita pun menyaksikan fakta sejarah—di bawah kepemimpinan Islam klasik, seperti di Andalusia dan Turki Utsmani—umat Kristen, Yahudi, dan lain-lain dapat hidup tenang, membangun rumah ibadah, bahkan menjadi ilmuwan, pedagang, dan tokoh masyarakat.

Bahkan hingga hari ini, Indonesia sebagai negeri mayoritas Muslim membuktikan toleransi itu hidup: masjid berdampingan dengan gereja, umat Islam merayakan lebaran, umat Kristen merayakan Natal, semua bisa saling sapa dan saling jaga.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun