Beberapa waktu lalu, dalam sebuah diskusi santai salah seorang hadirin bertanya dengan nada bingung, “Pak, bedanya toleransi sama pluralisme itu apa? Bukankah Islam itu harus toleran?” Saya tersenyum. Pertanyaannya ringan, tapi menyentuh persoalan yang sangat penting di tengah arus deras wacana keberagamaan kita hari ini.
Toleransi: Ruang Damai untuk Hidup Bersama
Islam tidak hanya mengenal toleransi, tapi juga mencontohkannya secara nyata. Rasulullah ﷺ hidup berdampingan dengan Yahudi dan Nasrani di Madinah. Mereka diberi kebebasan beribadah, bermuamalah, bahkan punya hak untuk menyelesaikan urusan internal mereka dengan hukum agamanya sendiri.
Mengapa Ini Penting untuk Ditegaskan?
Karena saat ini, banyak geberasi muda kebingungan membedakan antara hidup damai dalam perbedaan, dengan menghapus keyakinan demi dianggap toleran. Padahal, tidak masalah kita meyakini agama kita satu-satunya yang benar. Itu bagian dari keimanan. Yang tidak boleh adalah memaksakan atau menyakiti pemeluk agama lain.
Toleransi sejati justru lahir dari keteguhan dalam keyakinan, dan keluasan dalam pergaulan. Kita tidak perlu melepaskan prinsip, hanya demi diterima dalam keramaian. Justru, orang yang kuat keyakinannya, akan lebih siap menghormati perbedaan.
Toleransi: Ruang Damai untuk Hidup Bersama
Islam tidak hanya mengenal toleransi, tapi juga mencontohkannya secara nyata. Rasulullah ﷺ hidup berdampingan dengan Yahudi dan Nasrani di Madinah. Mereka diberi kebebasan beribadah, bermuamalah, bahkan punya hak untuk menyelesaikan urusan internal mereka dengan hukum agamanya sendiri.
Kita pun menyaksikan fakta sejarah—di bawah kepemimpinan Islam klasik, seperti di Andalusia dan Turki Utsmani—umat Kristen, Yahudi, dan lain-lain dapat hidup tenang, membangun rumah ibadah, bahkan menjadi ilmuwan, pedagang, dan tokoh masyarakat.
Bahkan hingga hari ini, Indonesia sebagai negeri mayoritas Muslim membuktikan toleransi itu hidup: masjid berdampingan dengan gereja, umat Islam merayakan lebaran, umat Kristen merayakan Natal, semua bisa saling sapa dan saling jaga.