Mohon tunggu...
Maman A Rahman
Maman A Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Surat dari Penjara Saudi

8 November 2018   14:42 Diperbarui: 9 November 2018   14:12 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: lamanberita.co

Suatu siang yang sepi. Ketika majikan laki-laki pergi ke tempat kerjaanya dan majikan perempuan dan anggota keluarga yang lain entah kemana, saat itulah orang tua itu melecehkan Tati. Memegang tangan Tati, (ma'af) meraba pantat Tati dan berusaha meremas payudara Tati. Dan itu dilakukan tidak sekali dua kali ketika Tati sedang bekerja mengurusnya.  

Bahkan pada suatu pagi, ketika semua orang telah pergi menjalankan aktiftasnya masing-masing dan hanya ada Tati dan lelaki tua di rumah itu, ia seperti biasa memegang tangan dan pantat dan berusaha meremas payudaya Tati. Ketika Tati menghindar dan berontak ia malah lebih berani dan buas. Kedua tangannya berusaha memegang kedua tangan Tati. Badannya yang besar mendesak dan memepetkannya ke tubuh Tati. Wajahnya yang dipenuhi bulu jambang dan mulutnya rimbun dengan bulu kumis dan jenggot berusaha menyosor ke mulut Tati, berusaha mencium.

Tati berusaha sekuat tenaga untuk melengos, menghindar sergapannya. Tapi tenaga lelaki tua itu ternyata masih lebih kuat ketimbang tenaga Tati. Akhirnya Tati terjatuh terlentang dan tubuh besarnya menindih tubuh Tati. Ia berusaha memperkosa Tati. Tati berusaha teriak sekuat tenaga. Tapi tangan kiri besarnya menutup mulut Tati. Tubuh besarnya menindih tubuh Tati. Ia berusaha menyingkap dan membuka paksa pakaian Tati. Tati melihat bukan seorang laki-laki tua lagi yang ada di atas tubuh Tati tapi syetan yang bengis dan bejat.  

Tapi waktu itu, Tati masih ingat Allah, Ya Allah bantulah hambamu ini. Pasti ada jalan keluar untuk mengenyahkan lelaki tua bangka ini. Dengan berteriak sekuat tenaga  

"Allahuakbar!
Allahuakbar!
Allahuakbar!"

Tati berhasil melepaskan tangan dan meninjukan ke wajahnya tepat ke dagunya. Tak sampai disitu, jari-jari Tati dicolokan ke kedua matanya. Menarik sekuat tenaga jenggotnya sampai ia meringis kesakitan dan melepaskan pelukannya. Disaat itulah lutut Tati menendang punggungnya. Ia pun berteriak kaget dan melepaskan cengkramannya.

Tati berlari keluar kamar dan berteriak minta tolong dan mengancam akan menceritakan kejadian ini kepada anaknya, majikan Tati. Tapi,  tidak ada seorang pun yang datang membantu. Tapi ancaman Tati cukup berhasil. Lelaki tua itu tidak mengejar Tati lagi. Nafas Tati terengah-engah. Rasa takut menyergap perasaan Tati. Takut melihat lelaki itu. Gentar ketika mendengar suara-suara orang lain atau suara pintu kebuka.

Emih,  
Sejak saat itu, hati Tati selalu dihantui ketakutan. Tidak tenang, was-was, takut melakukan sesuatu. Pikiran gelap, tidak bisa berpikir dengan baik.  Sampai satu kejadian mengerikan di luar kontrol Tati terjadi. Astagfirullah! Tati membunuh laki-laki tua itu.

Seperti biasa siang itu sangat sepi. Pikiran Tati masih dipenuhi bayangan yang mengerikan yaitu percobaan perkosaan pada hari sebelumnya. Ketika terdengar laki-laki tua itu, Tati tubuh Tati gemetar, takut bukan kepalang. Takut kejadian sebelumnya terulang kembali. Secara tak sadar Tati mencari kayu yang bisa untuk melindungi Tati dari sergapan dari syetan tua itu. Ketika suara laki-laki tua itu memanggilnya lagi. Kayu itu sudah ada di tangan Tati. Tati berjalan mendekat, perlahan. Suara laki-laki tua itu terdengar lagi. Sekarang suaranya makin keras seperti  marah. Tati semakin mendekat.

Kayu itu Tati simpan di balik pintu. Ketika Tati sampai ke kamar lelaki tua itu. Ia berusaha memegang tangan Tati. Tati mundur mendekati pintu. Lelaki tua itu menyergap tapi Tati menghindar dan secepat kilat mengambil kayu yang ada di balik pintu dan memukulkannya ke leher bagian belakang. Lelaki tua itu terhuyung-huyung kesakitan kemudian ambruk. Entah pinsan atau meninggal. Tati tak berani mendekatinya.

Emih,
Tati sangat panik waktu itu. Perasaan kesal, marah, takut bercampur aduk. Apalagi ketika membayangkan gaji Tati yang tidak dibayar beberapa bulan ditambah sikap lelaki tua yang melecehkan dan bahkan berusaha memperkosa Tati. Dengan mata gelap Tati ambil perhiasan dan uang yang ada di rumah itu. Tati ambil hak Tati yang belum dibayar. Pikir Tati waktu itu. Tati lari ke luar rumah dengan perasaan sangat takut. Tati berharap dapat berlindung di tempat teman atau KJRI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun