Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Di Balik Jodoh (Bagian 2)

29 September 2021   06:44 Diperbarui: 29 September 2021   09:01 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di balik jodoh (Foto : pixabay.com)

"Ada apa dengan PNS?" pertanyaan yang menyeruak di pikiran Heri. Ada niat dalam diri Heri untuk berpisah dengan Seika jika tak ada cinta dalam pernikahan ini.

Cerita sebelumnya : Dibalik jodoh (klik disini).

"Bapak nggak tahu mau mulai dari mana, Her... " dengan lirih Bapak Seika memulai obrolan bersama Heri.

Teras belakang rumah sore itu terasa sendu. Angin berhembus seolah memahami ada luka kesedihan. Heri tenang menyimak kata mertuanya.

"Nggak apa, Pak... Santai saja, " sahut Heri membuat Pak Satyo, mertuanya, terdiam sesaat sebelum memulai cerita yang dinantikannya.

"Dulu, ibunya Seika punya luka hati dengan PNS. Bukan masalah percintaan, mungkin sebuah pengalaman pahit yang sangat membekas, " kata pak Satyo mengawali cerita. Jantung Heri berdebar.

Dengan tenang pak Satyo bercerita runtut. Bu Marty sebenarnya bukan anak tunggal. Dia mempunyai kakak laki-laki yang berbeda umur 10 tahun.

Bu Marty sangat dekat dan sayang dengan kakaknya, bang Roy namanya. Bang Roy anak yang cerdas, ulet, dan jujur. Namun, kejujurannya ini yang mencelakakan dirinya.

Setelah lulus dari sekolah kedinasan, bang Roy langsung diterima di instansi pemerintah dan menjadi PNS. Karirnya naik terus dan sangat bagus.

Suatu waktu bang Roy mendapat dinas di suatu tempat. Jabatan kepala sebuah instansi yang tugasnya mengaudit keuangan. Jujur dan keras kepala bang Roy menjadi ancaman buat teman dan anak buahnya.

"Jaman dulu, praktek korupsi dan manipulasi data dan keuangan itu biasa, Her!" kata pak Satyo. "Tapi bang Roy tak pernah mau kompromi. Dia baik, lembut, dan lurus. Sayangnya, tak semua orang menyukai jalan lurus!" lanjut pak Satyo.

"Iya, Pak..."

"Dengan posisi bang Roy, sebenarnya bisa saja memperkaya diri. Mungkin kalau mau, sudah jadi orang kaya berlimpah-limpah hingga keturunannya, " pak Satyo berhenti bicara.

Matanya berkaca-kaca. Diulurkan tangannya untuk mengambil air putih di meja sampingnya. Dengan gegas, Heri meraih botol air minum dan memberikan pada mertuanya.

Setelah meneguk air putih, pak Satyo melanjutkan ceritanya. "Bang Roy baik sama siapapun, Her. Tapi ternyata di dunia ini ada air susu yang dibalas air tuba! "Tikus-tikus" kelaparan. Tikus yang sudah biasa menggerogoti keuangan negara. Semua orang menjadi tidak suka dengan kejujuran bang Roy, "

"Bang Roy dibunuh, Her... Tiba-tiba ada kabar bang Roy kecelakaan dan meninggal di tempat, " kata pak Satyo. Heri. Heri terkejut.

"Jadi..."

"Iya, suatu pagi yang berkabut datang mobil ambulans ke rumah. Raungannya membelah kampung. Bang Roy sudah tak bernyawa dengan luka yang sulit kugambarkan, "

Mata pak Satyo menerawang ke depan. "Aku sudah kenal dekat dengan ibu Seika, Her... Aku tahu bagaimana rasanya Marty melihat abangnya, "

Pak Satyo berusaha tegar. Setelah itu diceritakan tentang keluarga ibu Seika. Pasca kematian bang Roy, semua keluarga rapuh dan hilang semangat. Duka yang teramat dalam menghancurkan semuanya.

Hari-hari yang berat ditinggal sepeninggal bang Roy terlalu mengiris jiwa. Kebanggaan keluarga itu pergi dengan tragis. Ada rasa bersalah yang merongrong nurani.

Namun, jauh di lubuk hati terdalam ternyata ada pisau tajam yang lebih tajam untuk membunuh kehidupan : KETIDAK-ADILAN !!!

"Her, bagi keluarga kehilangan bang Roy itu pukulan besar. Tapi ketika fakta ditutup-tutupi dengan berbagai konspirasi itu sangat menyakitkan, " kata pak Satyo.

"Bisa dimengerti, Pak!" sahut Heri.

"Coba kamu bayangkan, jelas dari lukanya bang Roy dibunuh tapi dikatakan kecelakaan tunggal. Mobilnya menabrak pohon! Sandiwara bodoh! Tegaaa... aku sedih luar biasa waktu itu, "

"Sudah berupaya sana-sini untuk mengungkap fakta kasus itu, tapi kita bisa apa? Pada akhirnya lelah dan menyerah. Pasrah dalam ketakberdayaan... Ibaratnya, kita semua teriak-teriak. Tapi tak ada yang menolong dan mendengar. Kekuasaan itu berkuasa, Her! Apalagi saat itu masih jauh dari reformasi, "

"Pemerintah dan aparat semua menutup mata, Her... Orang baik pun takut untuk berbuat baik. Semua tak mau kehilangan nyawa, "

Heri tertegun mendengar semua penjelasan pak Satyo. Terdiam dalam udara sore yang hangat.

"Waktu mungkin bisa menyembuhkan untuk mengikhlaskan, Her... tapi luka tetaplah luka. Marty tak ingin anaknya berjodoh dengan PNS atau apapun yang berbau pemerintah. Akupun sama, Her.. cuma bedanya Marty lebih frontal membabi-buta. Harap dimaklumi, "

Heri hanya menunduk. Pak Satyo sudah lega. Ganjalan yang selama ini disimpan sudah tersampaikan. Pak Satyo tahu istrinya sering kebablasan.

Pak Satyo beranjak dari kursi rotan. Dia berdiri dan menepuk pundak Heri. "Her, kamu orang pilihan. Jodoh terbaik untuk Seika. Jaga dia ya? Bawalah Seika terbang tanpa membawa beban ini. Cukup sampai disini, "

"Baik, Pak... syukurnya sekarang sudah berbeda. Tapi saya mengerti, Pak!" sahut Heri.

Mentari perlahan menuju ke peraduan. Pak Satyo dan Heri berjalan berdua. Sudah waktunya menjemput Seika dan ibunya yang belanja di supermarket.

Tiba di supermarket yang tak jauh dari rumah, Seika sama ibunya tersenyum ceria di lobby. Bapak dan Heri saling melihat karena belanjaan sore itu bukan 1 troli lagi, tapi 3 troli.

"Maaf belanjaannya banyak. Seika harus banyak makanan sehat, organik dan banyak asam folat. Biar cucu Ibu sehat dan cerdas nantinya, " kata bu Marty penuh semangat.

Pak Satyo hanya tersenyum tipis dengan kelakuan jodohnya yang sudah menemaninya puluhan tahun i

"Parah deh, Pak... Hari ini ibu beli semuanya. Aku sampai pusing! " ucap Seika.

Heri tersenyum, "Ora popo, Beib...". Kini mereka berempat berada di dalam mobil. Sungguh berisik antara Seika dan bu Marty. Kali ini bukan tentang PNS lagi, tapi tentang kebawelan bu Marty supaya Seika mempersiapkan kehamilannya.

Heri tertegun sesaat. Ternyata dibalik kecerewetan dan kerempongan ibu mertuanya, tersembunyi bekas luka yang sangat dalam. Dibalik jodoh ini, ada cinta kasih yang tak putus, utuh, dan penuh dari seorang ibu yang sangat kuat.

-- tamat ---

*Artikel ditulis untuk Kompasiana. Dilarang menyalin/menjiplak/menerbitkan ulang untuk tujuan apapun tanpa ijin penulis.

*Cerita ini fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat, dan cerita hanya kebetulan semata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun