Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru SLB Negeri Metro

Suka membaca, traveling, nonton film, menulis, ngobrol ngalur ngidul, suka makan masakan istri

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Didiagnosis Gula Darah Tinggi, Jangan Panik!

31 Mei 2025   18:20 Diperbarui: 19 Juli 2025   09:10 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Seseorang yang mengalami kadar gula darah yang tinggi. | Sumber: chatgbt/dok.pribadi

Suatu ketika saya dibuat terheran-heran, kenapa ketika kaki gatal kok bukannya lekas sembuh tapi lama hingga berminggu-minggu. Bahkan jika dibilang terlalu lama, hanya sekedar gatal karena gigitan semut saja bisa muncul luka yang bernanah. Padahal tidak pernah yang namanya merasakan sakit yang harus menunggu lama proses kesembuhannya.

Hal tersebut berulang-ulang, yang awalnya sakit di kaki kiri, karena nyebur ke kolam ikan, eh tiba-tiba muncul lagi gatal di kaki kanan. Saya hanya mikir kayaknya karena air kotor dan harus mandi dengan sabun khusus pembasmi bakteri dan kuman yang bisa mencegah serangan bakteri dan kuman tersebut.

Dari gatal karena terkena air kotor dari kolam, tiba-tiba semakin aneh karena lukanya pun lama sembuhnya. Sampai berkali-kali saya mencoba membersihkan dan mengobati tapi tetap lama sembuhnya. Dan ketika luka itu dibiarkan dia membengkak dan rasa sakit semakin terasa. 

Baca Juga: Ironi Penjaja Diri dan Janji

Karena tidak betah menahan rasa sakit, saya pikir di bawah kulit ada nanah, dan benar ketika saya cek ada cairan nanah yang keluar ketika ditekan sekuat-kuatnya. Nah, ketika cairan kotor itu dikeluarkan, maka sakit gatal dan bernanah itu lambat laun mengempis dan berangsur sembuh.

Berkali-kali saya mencoba untuk meyakini diri sendiri, bahwa setiap luka yang saya rasakan pasti akan segera sembuh, seperti di waktu-waktu yang telah silam. Baik dengan membersihkan luka, dengan obat tradisional atau langsung berobat ke dokter.

Mengalami gatal di kulit dan permukaan kulit terlihat kusam

Apa yang saya alami ketika mengalami sakit gatal, bengkak dan bernanah tersebut, ternyata kondisi kulit pun seperti tidak cerah lagi. Jika dilihat nampak sedikit kusam dan ada bintik hitam. Belum lagi ketika tak sengaja menggaruk ke kulit yang gatal, permukaan kulit akan mengalami goresan dan luka, pedih sudah pasti.

Permukaan kulit yang tergores tidak hanya di satu tempat, karena ketika jari tidak sengaja menggaruk-garuk kulit, maka di permukaan itu akan muncul warna merah bertanda ruam kulit, dan itu sungguh tidak mengenakkan.

Tidak sampai di situ, setiap malam saya harus bangun untuk sekedar buang air kecil dan shalat malam. Namun freksuensinya hanya sekali dalam semalam. Belum lagi kondisi yang terasa mudah lelah, dan di sore hari tubuh rasa-rasanya ngajak tidur alias ngantuk.

Nah, melihat dan merasakan kondisi kulit dan kondisi fisik yang tidak seperti biasanya, maka saya coba searching di mbah google yang ternyata gejala yang saya alami tersebut ternyata gejala gula darah yang tinggi. Dan benar hasil saya seaching tersebut saya konfirmasi ke petugas medis di Puskesmas terdekat bahwa saya dinyatakan mengalami gula darah tinggi yang mendekati gejala diabetes melitus.

Beruntungnya saya lekas melakukan pemeriksaan tersebut, dan sejak saat itu saya semakin berhati-hati dalam mengonsumsi gula dan makanan yang mengandung gula tinggi.

Baca Juga: Berani Utang Pay Later? Ini Risikonya

Bermula dari hobi ngopi manis bersama teman-teman wali murid, berakhir kena gejala diabet

Mungkin ini bisa jadi dialami siapapun yang hobinya ngopi manis alias suka minum kopi yang rasanya manis. Jika kopi yang diseduh rasanya pahit tentu tidak jadi persoalan. 

Nah, saya termasuk yang menyukai kopi manis. Kebiasaan minum kopi itu semenjak remaja hingga saat ini. Bisa tiga sampai empat kali minum kopi secara rutin harian. Apalagi ketika jam dinas yang tentu waktu istirahat atau jam mendekati pulang sore biasa dihabiskan dengan minum kopi.

Awalnya tidak berpikir akan berakibat buruk bagi kesehatan, karena teman-teman tersebut tidak juga mengeluhkan sesuatu seperti yang saya alami. Namun ketika suatu saat saya merasakan kondisi tubuh yang tidak lagi fit, dari situlah beragam pertanyaan hadir dan membuat kekhawatiran tersendiri. Seperti pertanyaan: "Kok badannya agak kurusan?" atau disela obrolan muncul celoteh: "Sampeyan kok seperti gak sehat ya? Kulitnya juga agak kusam. " 

Nah, dari pertanyaan dan celoteh tersebut saya mulai tersadar bahwa kondisi fisik yang dahulunya fit secara tiba-tiba menurun dan mengganggu aktivitas harian, ternyata sudah dapat ditebak karena pengaruh konsumsi gula yang berlebih-lebihan.

Baca Juga: Cerpen | Si Tukang Jualan Online

Bermula dari kekhawatiran tersebutlah akhirnya saya berusaha mengurangi konsumsi gula dan tidak lagi membiasakan minum kopi manis, meskipun di saat itu teman-teman mengajak ngopi di kantin.

Jika di pagi hari minum kopi pahit, maka saya usahakan hanya di sore hari dapat minum kopi yang rasanya sedikit manis, karena kadar gula saya kurangi. Bahkan yang biasanya bisa 3 sampai 4 kali dalam sehari, maka saya usahakan hanya 3 x sehari. Itupun kopi pahit.

Diberi obat penstabil gula darah, tapi tak berani mengkonsumsi

Setelah merasakan kondisi fisik yang tidak lagi fit, saya pun berkonsultasi dan berobat di Puskesmas, dan karena keterangan saya menunjukkan ada gejala-gejala tinggi gula darah, maka saya disarankan untuk ke laboratorium untuk pemeriksaan.

Dan benar, hasil pemeriksaan gula darah saya ternyata cukup membuat khawatir, meskipun masih di atas normal. 

Dengan hasil pemeriksaan tersebut, saya pun diberikan obat untuk menstabilkan gula darah, tapi karena khawatir jika mengkonsumsi obat-obatan berlebih-lebihan bisa berdampak sakit ginjal, maka saya tidak menghabiskan obat yang diberikan.

Nah, hal ini tentu sungguh di luar harapan para dokter, ketika pasien tidak mengikuti anjuran dalam mengendalikan gula darah. Dimana saya hanya meminumnya dua hari sesuai dengan petunjuk dokter. Setelah itu saya beinisiatif dengan mengurangi konsumsi nasi dan makanan atau minuman manis.

Hal tersebut saya lakukan karena untuk mencegah terganggunya fungsi ginjal jika mengonsumsi obat-obatan secara terus menerus.

Mengikuti gaya hidup sehat dengan mengurangi konsumsi gula

Kondisi fisik yang tanpa disadari selama ini ternyata karena kita kurang kontrol diri, seperti apa yang saya alami. Ketika menyukai makanan dan minuman manis, ternyata berpotensi mengganggu kondisi kesehatan dan mengalami gejala gula darah yang tinggi. Maka dengan kondisi yang tidak sehat tersebut, saya pun berusaha mengikuti anjuran ahli kesehatan agar semakin memperketat konsumsi gula. Dengan pengurangan konsumsi gula tentu akan berdampak signifikan terhadap kadar gula dalam tubuh kita. Mengurangi sarapan nasi, jika sudah mengonsumsi makanan berkarbohidrat lain

Seperti masyarakat kebanyakan, khususnya masyarakat Indonesia, bahwa untuk mencukupi kebutuhan konsumsi selalu menghadirkan nasi sebagai makanan pokok. Padahal nasi itu memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi yang bisa memicu naiknya gula darah kita. Dan masyarakat pun seperti menganggap bahwa tanpa nasi seolah-olah tidak makan. Meskipun di pagi hari sudah mengonsumsi pisang goreng atau singkong rebus, faktanya jika tidak mengonsumsi nasi belum dianggap makan, dan kurang mengenyangkan.

Padahal ketika kita telah mengonsumsi pisang goreng tentu di sana sudah terdapat karbohidrat dari terigu yang digunakan. Begitu pula dengan singkong rebus, ternyata di sana juga memiliki kadar karbohidrat yang cukup untuk konsumsi harian.

Maka dari itu, amat berlebihan bagi kebutuhan tubuh jika setiap hari kita harus mengonsumsi nasi, meskipun sudah menikmati beberapa potong pisang goreng atau ubi rebus misalnya.

Bahkan yang lebih mengherankan lagi, ketika kita sudah mengonsumsi nasi di pagi hari, ternyata di sela-sela pekerjaan kita pun masih ngemil keripik, tahu goreng tepung atau minum es dawet dengan kadar gulanya yang tinggi.

Nah, hal ini saya kondisikan dengan tidak lagi mengkonsumsi nasi jika di pagi hari sudah disediakan kudapan cemilan yang bahannya ada unsur karbohidratnya. 

Baca Juga: Beberapa Alternatif Jika Aktivitas Terasa Menjenuhkan

Ada beragam makanan yang bisa dijadikan bahan subtitusi atau pengganti selain nasi, yaitu: singkong, ubi jalar, ubi talas, roti, dan olahan dengan bahan terigu. Dari kebiasaan mengonsumsi karbohidrat tersebut alhamdulillah kondisi fisik semakin membaik.

Kurangi kopi manis dan ngemil demi hidup lebih sehat

Ada banyak pasien diabetes melitus (kecing manis) dikarenakan tidak menjaga diri dari menikmati makanan yang tinggi gula. Seperti kopi manis, teh manis, pisang goreng, bakwan, martabak manis, es cendol, dawet dan sebagainya. 

Makanan-makanan tersebut memang sudah familier bagi masyarakat Indonesia. Terutama di daerah-daerah dengan populasi masyarakat perdesaan dengan makanan-makanan tradisionalnya.

Termasuk saya sendiri yang gegara suka mengonsumsi kopi manis hingga empat kali dalam sehari, akibatnya kadar gula darah pun naik seperti hampir tidak terkendali.

Belum lagi jika masih ingin menikmati mie dan makanan sejenis dengan kandungan terigu dan aci, tentu akan semakin memicu naiknya kadar gula darah dalam tubuh kita.

Baca Juga: Meskipun Berganti Menteri, Jangan Lupa Terus Belajar

Padahal jika diukur kebutuhan harian gula yang direkomendasikan oleh Hello Sehat adalah 50 gram atau 4 sendok makan. Sedangkan menurut Alodokter menyebutkan bahwa gula sumber energi utama bagi tubuh. Namun tidak boleh dikonsumsi secara berlebih-lebihan. Untuk mencapai kesehatan tubuh yang maksimal, konsumsi gula pada tubuh tidak boleh dari 5% kebutuhan kalori harian. Bagi orang dewasa tidak boleh lebih dari 30 gram atau 7 sentok teh perhari.

Itu merupakan batas kebutuhan konsumsi gula harian yang dianjurkan. Namun, kembali lagi seberapa berat aktivitas yang dibutuhkan seseorang juga mempengaruhi kebutuhan gula itu sendiri. Karena jika seseorang kekurangan kalori tentu aktivitas fisik menjadi terganggu.

Menjaga kesehatan dengan banyak olahraga dan jaga pola makan

Amat benar dengan apa yang disampaikan para dokter dan ahli kesehatan, bahwa ketika kita ingin sehat kita harus rutin olahraga dan menjaga pola makan. Mengapa? Dalam tubuh kita telah dipenuhi oleh kandungan gula dan kalori yang kita dapatkan dari makanan-makanan yang mengandung karbohidrat dan gula tadi. 

Nah, jika makanan yang kita konsumsi tidak lantas kita gunakan untuk beraktifitas seperti berolahraga, tentu semuanya akan menumpuk dan tidak termanfaatkan untuk aktivitas harian. 

Oleh sebab itu, ada banyak orang yang merasakan fisik yang berlebihan berat badan dan dampaknya akan memicu masalah gula darah atau diabetes melitus. Karena secara perlahan jika konsumsi gula yang berlebihan tersebut tidak dikurangi dan diantisipasi serta tidak melakukan aktivitas fisik yang sehat, maka dampaknya kandungan gula darah akan semakin meningkat, dan itu sangat berbahaya bagi kesehatan.

Menjaga pola makan dan membatasi makanan dengan tinggi kalori merupakan langkah awal agar tubuh kita senantiasa terjaga kesehatannya, apalagi bagi kaum yang usianya mulai beranjak paruh baya atau usia senja.

Salam

Baca Juga: Jangan Buang Aku Kala Terluka

Referensi:

Ini Anjuran Konsumsi Gula, Garam, dan Lemak per Hari - alodokter.com

Berapa Banyak Seharusnya Konsumsi Gula Per Hari? - hellosehat.com

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun