Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru SLB Negeri Metro

Suka membaca, traveling, nonton film, menulis, ngobrol ngalur ngidul, suka makan masakan istri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Si Tukang Jualan Online

24 Mei 2025   17:06 Diperbarui: 19 Juli 2025   09:02 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pria setengah baya yang bermimpi mendapatkan uang yang banyak tapi dalam keadaan  tertidur. (Sumber: dokumen pribadi)

"Lho, kok malah mewek. Katanya kita rugi kalau jadi affiliator, kok dimintai saran malah mewek. Gimana to Ibu ini? Tanya Urip sambil menatap wajah si Marti yang terlihat mendung.

"Gimana nggak sedih Pak, uang makan yang biasanya cukup harus dikurangi untuk sekedar beli kuota dan Bapak jualan online. Padahal uang itu juga dari hasil kerjaku nyuci tempat Bu Rindi. Aku capek banget. Tapi Bapak nggak juga dapat kerjaan tapi ngandelin jualan online yang gak jelas itu." 

"Ya sudahlah, aku besok mau berhenti jualan di online, aku mau kerja saja sama Pak Mamat nyabut singkong. Lumayan sehari 80 ribu."

Percakapan ini pun berakhir.  Ia kembali menatap layar ponsel yang sudah retak layarnya. Sedangkan kameranya juga sudah buram. Tapi lagi-lagi Urip merasa bertanggung jawab menawarkan barang yang sudah didapatkan dari sampel gratis itu. Ia takut dicap orang yang hanya modal gratisan tapi gak mau bertanggung jawab.

Kemudian ia unggah video dari Teko kecil itu, dan berharap mendapatkan jumlah penonton dan pembeli mau melakukan ceck out barangnya.

Semenit dua menit ia menunggu momentum penonton yang kembali menonton videonya. Ternyata hanya sepuluh orang yang datang. Sedangkan follower yang sudah ribuan itu sepertinya hanya omong kosong. Ia bingung dengan kenyataan itu, mengapa sedikit sekali yang mau melihat videonya.

"Kenapa sih orang pada gak mau melihat vitiku? Padahal sudah kuedit dengan bagus dan suaranya juga sangat jelas. Kenapa bisa begini. Apa memang aku harus berhenti saja?" Tanya Urip dalam hati sambil menunjukkan wajah sedih.

"Nggak. Aku mau berusaha dulu sampai barang yang aku jual ada pembelinya." Lanjutnya dalam hati.

Tiba-tiba ada notifikasi bahwa ada yang telah ceck-out teko mungilnya itu. Wajah Urip nampak girang bukan kepalang. Saat-saat yang ditunggu-tunggu akhirnya membuahkan hasil. Konten yang awalnya tak juga membuahkan hasil akhirnya pecah telur. Ada lima orang yang telah membeli tekonya dan tertulis GMV 100 ribu dengan komisi 10 ribu rupiah. 

Wajah yang semula muram, kini agak sumringah. Tapi pikiran dan hayalannya masih panjang. Ia berharap ada yang membeli teko tersebut sebanyak-banyaknya, sampai ratusan orang. Biar esok lagi ia bisa membeli kuota untuk mengunggah video lagi. 

Dan betapa kagetnya lagi, ternyata penjualan teko bergambar kupu-kupu itu mencapai jutaan pisis. Dan seketika itu ia pun berteriak dan tertawa tanda menyambut kebahagiaan yang selama ini ia idam-idamkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun