Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru SLB Negeri Metro

Suka membaca, traveling, nonton film, menulis, ngobrol ngalur ngidul, suka makan masakan istri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Si Tukang Jualan Online

24 Mei 2025   17:06 Diperbarui: 19 Juli 2025   09:02 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pria setengah baya yang bermimpi mendapatkan uang yang banyak tapi dalam keadaan  tertidur. (Sumber: dokumen pribadi)

Lima menit kemudian, segelas kopi panas sudah tersaji di meja si Urip. 

"Kopinya Pak!" 

Istrinya mempersilakan suaminya itu untuk menikmati kopinya. Urip pun mengangguk pelan dan matanya masih fokus pada layar ponselnya mengamati video yang baru saja direkam.

"O, iya pak. Setiap hari Bapak bikin konten dan habis kuota emang dapat uang berapa pak?" Tanya sang istri menyela.

"Ya dapatlah, tapi nggak tahu, kok dapatnya cuman sedikit, ya? Mau beli kuota saja agak susah ini. Walaupun bapak sudah dapat pengikut yang lumayan banyak, nyatanya sepekan ini belum satu pun yang sudah membeli. Aku bingung, kok sepertinya susah dapat duit dari sini." Keluhnya dengan kerut di dahinya tertarik ke atas.

"Yang sabar, Pak. Namanya juga usaha. Sahut Marti.

"Iya, sabar tapi kalau ujung-ujungnya bangkrut, gimana coba?" Urip menimpali.

Seketika itu sang istri kembali terdiam. Semua nampak lengang. Beberapa waktu kemudian ia  berkata: "Ya sudahlah, kalau gak berhasil jualan di sana ya gak usah jualan, Pak. Mending kerja serabutan aja, kan uangnya jelas."

"Bu, bukannya aku gak mau kerja serabutan!, tapi nyari kerjaan sekarang susahnya minta ampun. Kemarin aku mau ikut kerja sama Pak Mamin tapi ditolak, alasannya karena pekerjanya sudah penuh dan gak ada lowongan lagi. Kalau aku kerja di sawah, sehari cuman dibayar 40 ribu, mana cukup untuk belanja dan uang jajan anak kita." Katanya sambil menghela nafas.

"Ya. lantas gimana kalau nggak kerja dan cuman ngandelin jadi affiliator yang bakalan kejual rumah kita, Pak. Kemarin saja jatah untuk beli lauk, terpaksa aku kasihkan Bapak untuk beli kuota. Padahal anak-anak butuh lauk agar mau makan. Belum lagi si Udin, kalau gak dikasih uang jajan gak bakalan mau ngaji tempat Mbah Somad.

"Ya sudah. Kira-kira aku apa berhenti aja dari affiliator, Bu? Aku minta saran darimu." Tanya Urip lagi. Namun, sebab pertanyaan ini, wajah Marti nampak muram dan ada rinai yang jatuh sedikit dari sudut matanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun