Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Terjadi Inflasi Tertinggi di AS dan Dilema Rantai Pasokan Barang

6 Desember 2021   11:38 Diperbarui: 7 Desember 2021   03:50 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

cimc-61ad920b06310e0c044d0a32.png
cimc-61ad920b06310e0c044d0a32.png
Sumber: cimc.com + maersk.com

Menurut statistik Asosiasi Kontainer Tiongkok, Tiongkok hanya dapat mengembalikan satu untuk setiap tiga kontainer yang dikapalkan ke AS. Ini benar-benar sangat menakutkan untuk dihitung. Tiongkok mengirim lebih dari satu juta kotainer ke AS dalam sebulan.

Saat menghitung pengiriman, kontainer akan dianggap sebagai satu kali pakai, selama importir AS berani memesan, tiongkok akan mengirimkannya. Kontainer yang baru saja keluar dari pabrik kontainer masih benar-banar baru ketika dimuat. Produsen kontainer Tiongkok telah menghasilkan banyak uang selama beberapa tahun ini.

Laba bersih CIMC perusahaan peti kemas terkemuka Tiongkok pada semester pertama tahun ini meningkat 24 kali lipat, dan laba yang bersih yang diberikan (di-atribusikan) kepada perusahaan induk adalah RMB 4,3 miliar. Laba Grup Hegang, yang melebur lebih dari 20 juta ton baja, juga meningkat sebesar 48,7%. Tetapi laba bersih yang diberikan kepada perusahaan induk hanya RMB 1,5 miliar yuan, jadi masuk akal, sehingga rantai pasokan AS tertekan.

Baik pelabuhan, kereta api, atau gudang penerima barang, ada banyak kontainer dalam beberapa tahun terakhir ini, dan tidak ada tempat untuk menyimpan atau membuangnya. Ketika dibeli sebagai besi tua, tidak ada yang mau membelinya. Karena negara sedang mengalami de-industrialisasi. Selain itu, bahkan jika seseorang bersdia menerimanya untuk membuangkan, dia harus mencari sopir truk besar terlebih dahulu. Meskipun kontainer kosong tidak terlalu berat, tetapi volumenya besar. Dia harus mencari sopir truk besar untuk mengangkutnya ketempat membuangan limbah.

Selain itu, sopir peti kemas di AS juga dalam situasi tertekan. Kenapa tahun ini banyak kontainer, kuncinya tidak ada tempat untuk membongkarnya. Bahkan kontainer kosong pun tidak bisa dibuang kemana-mana. Setidaknya butuh crane/katrol. Jadi mengapa sanksi denda Biden tidak berhasil? Kontainer sudah tidak ada yang mau, tapi masih akan dikenakan sanksi denda.

Situasi ini tentu saja berpengaruhnya terhadap kontainer-kontainer yang belum dibongkar, tapi kalaupun ada sanksi denda, pada akhirnya harus diteruskan ke konsumen. Ini juga dapat menyebabkan berakibat lain.

Ketika denda melebihi batas tertentu, pemilik kargo akan  membuang barangnya karena sistem denda di AS terlalu berat.

Sanksi denda, untuk hari pertama 100 dolar AS, hari kedua 200 dolar AS, dan hari ketiga 300 dolar AS, terus akan menambah hingga 46.500 dolar AS sebulan.

Sopir truk juga sangat tertekan, sama tertekannya dengan kapal barang. Setelah akhirnya menarik kontainer kargo ke tempat tujuan, mereka  mendapati bahwa tidak ada tempat untuk menurunkan kargo. Andaikata akhirnya dibongkar. Kotainer kosong harus ditarik kembali. Pelabuhan mendesak pengemudi truk untuk menarik kargo, tetapi satu-satunya syarat adalah bahwa pengemudi tidak dapat membawa kontainer kosong kembali ke pelabuhan. Jadi pengemudi itu akan tertekan. Setelah kontainer dibongkar, kemana mereka harus meletakkan kontainer itu?

Hal ini pada gilirannya menyebabkan truk kontainer berjalan dengan tidak lancar dan dilemma, dan banyak pengemudi memilih untuk mengundurkan diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun