Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bisakah Hegemoni Dolar AS Dipatahkan oleh De-dolarisasi Tiongkok-Rusia-Iran?

26 Juni 2021   18:19 Diperbarui: 26 Juni 2021   18:40 1771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: mikesmoneytalks.ca

Tiongkok, yang semakin didukung oleh Rusia---dua negara besar Eurasia---mengambil langkah tegas untuk menciptakan alternatif yang sangat layak untuk tirani dolar AS atas perdagangan dan keuangan dunia. Wall Street dan Washington jelas menjadi tidak suka, tetapi mereka tidak berdaya untuk menghentikannya.

Selama trik kotor Washington dan intrik Wall Street mampu menciptakan krisis seperti yang terjadi di Zona Euro pada 2010 melalui Yunani, negara-negara surplus perdagangan dunia seperti Tiongkok, Jepang dan kemudian Rusia, tidak memiliki alternatif praktis selain membeli surat-utang lebih banyak Pemerintah AS (Treasury securities) dengan sebagian besar surplus dolar perdagangan mereka.

Washington dan Wall Street dapat mencetak dolar dalam jumlah tak terbatas yang didukung oleh tidak ada yang lebih berharga dari F-16, F-35, F-22 kapal induk dan tank Abrams. Tiongkok, Rusia, dan pemegang obligasi dolar lainnya sebenarnya membiayai perang AS yang ditujukan kepada mereka, dengan membeli utang AS. Kemudian mereka memiliki beberapa pilihan alternatif yang layak.

Rusia dan Tiongkok---secara hati-hati mengungkap alternatif yang paling ditakuti AS, mata uang internasional yang didukung emas dan yang berpotensi, beberapa mata uang serupa yang dapat menggantikan peran hegemonik dolar yang tidak adil saat ini.

Selama beberapa tahun baik Federasi Rusia dan Republik Rakyat Tiongkok telah membeli emas dalam jumlah besar, sebagian besar untuk menambah cadangan mata uang bank sentral mereka yang biasanya dalam mata uang dolar atau euro.

Selama beberapa tahun telah diketahui di pasar emas bahwa pembeli emas fisik terbesar adalah bank sentral Tiongkok dan Rusia. Apa yang tidak begitu jelas adalah seberapa dalam strategi yang mereka miliki di luar sekadar menciptakan kepercayaan pada mata uang di tengah meningkatnya sanksi ekonomi dan kata-kata perang dagang dari Washington.

Tiongkok dan Rusia, yang bergabung dengan negara-negara mitra dagang utama mereka di BRICS (Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan), serta oleh negara-negara mitra Eurasia mereka dari Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) akan menyelesaikan arsitektur kerja alternatif moneter baru untuk dunia dolar.

Saat ini, selain anggota pendiri Tiongkok dan Rusia, anggota penuh SCO termasuk Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan, Uzbekistan, dan yang terbaru India dan Pakistan. Ini adalah populasi lebih dari 3 miliar orang, sekitar 42% dari seluruh populasi dunia, bersatu dalam kerja sama ekonomi dan politik yang koheren, terencana, damai.

Mari kita definisikan dulu de-dolarisasi. Istilah paling sederhananya adalah menghilangkan ketergantungan terhadap dolar AS. Dalam pembayaran keuangan internasional, tingkat pertama, menyingkirkan fenomena bahwa dolar AS tidak diperlukan.

Apakah de-dolarisasi global atau mematahkan hegemoni dollar suatu fakta atau konsep? Atau hanya sekedar reak kecil? Seperti apa yang sudah pernah kita lihat hegemoni dolar tidak dapat dipatahkan selama beberapa dekade.

Untuk mencapai titik ini, negara-negara tidak perlu lagi khawatir akan dikenakan sanksi keuangan oleh AS. Juga tiidak khawatir ketika krisis keuangan datang, atau ketika menghadapi resesi ekonomi, atau tidak ada cukup stok mata uang dolar untuk digunakan. Kekurangan stok dolar biasa kita sebut "kekurangan dolar" dan kekurangan likuiditas dolar.

Namun selama ini petrodolar juga sangat stabil. Namun, apa yang terjadi dengan tren dedolarisasi dalam beberapa tahun terakhir? Lagi pula, apakah de-dolarisasi bisa berhasil? Jika bisa berhasil akan memerlukan waktu berapa lama?

De-dolarisasi di Afrika

Sumber: researchgate.net
Sumber: researchgate.net
Selain Tongkok, Rusia, dan Iran, de-dolarisasi global kini juga meluas ke Afrika. Pada 19 Juni, 15 negara Afrika Barat mengadakan pertemuan puncak (KTT) di Ghana. Sebuah asosiasi tercapai. Mata uang tunggal akan diluncurkan pada 2027. Nama mata uang tunggal yang baru adalah ECO. Rencana awal adalah untuk menerapkan mata uang tahun ini.

Namun, karena pandemi Covid-19, realisasi telah ditunda. Perlu diketahui di Afrika Barat, ada komunitas ekonomi. Dengan total 15 negara anggota. Komunitas Ekonomi Afrika Barat ini , seperti Mercosur di Amerika Selatan (yang terdiri dari 5 negara anggota: Argentina; Brazil; Paraguay; Uruguay dan Venezuela  dan 7 negara bagian terkait: Suriname, Guyana, Kolombia, Ekuador, Peru, Chili, dan Bolivia, yang terakhir ini dalam proses penggabungan. Ditambah dua negara pengamat: Meksiko dan Selandia Baru. Komunitas ekonomi ini sering diabaikan oleh dunia, karena ekonomi dan volume perdagangan mereka kecil).

Di antara negara-negara anggota Afrika Barat yang disebut sebagai ECOWAS (Economic Community of West African States atau Masyarakat Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat), tidak ada kekuatan ekonomi utama, dan tidak ada negara bintang yang dapat menarik perhatian dunia.

Meskipun ekonomi mereka kecil, pada saat yang sensitif ini, kelima negara ini masih bersikeras meluncurkan mata uang tunggal. Kita  seharusnya mengagumi mereka, dan semangat mereka patut terpuji.

Namun sebenarnya tidak apa meskipun kecil, tapi masih memiliki ambisius. Hal sama seperti ketika ASEAN baru terbentuk pada 1967 yang hanya terdiri dari 5 negara pada saat itu, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand.

Namun, ASEAN dengan cepat berkembang menjadi 10 negara saat ini. Selain itu, juga menjadi sasaran persaingan di antara beberapa kekuatan besar Tiongkok, Jepang, dan AS di kawasan Asia-Pasifik.

Jika masyarakat ekonomi dari 15 negara Afrika Barat tersebut dapat berkembang dengan baik, dan masih dapat memperoleh dukungan dari negara-negara besar. Akan ada prospek yang cukup besar. Seperti halnya ASEAN yang mengajak Tiongkok, Korea Selatan, dan Jepang untuk bergabung membentuk mekanisme ASEAN + Tiga.

Pada saat yang sama, tahun lalu, pada 15 November 2020, ASEAN menarik 15 negara termasuk Tiongkok, Korea Selatan, Jepang, Australia, dan Selandia Baru, dan menandatangani perjanjian RCEP. Menjadi lingkaran ekonomi perdagangan bebas terbesar di dunia.

Padahal, mata uang tunggal yang diusulkan oleh 15 negara Afrika Barat ini sudah mengajukan konsep ini sejak tahun 2003. Tujuannya adalah untuk menggantikan Franc CFA yang mereka gunakan sebelumnya, yaitu African Financial Community Franc (Komunitas Finansial Franc Afrika). Selama itu belum bisa benar-benar terbentuk. Tujuan dari konsep ini adalah untuk menghilangkan ketergantungan pada Perancis. Pada saat yang sama, mereka menginginkan menyingkirkan eksploitasi keuangan Prancis.

Di saat ini dengan tren dee-dolarisasi mereka menambahkan fungsinyea dengan berkeinginan menyingkirkan ketergantungan pada dolar. Namun sebenarnya dengan terbentuknya ECOWAS mereka mengharapkan dapat menghilangkan ketergantungan mereka pada Franc Prancis dan Dolar AS.

Tapi di luar kawasan itu, tidak ada jalan. Karena kalaupun dijumlahkan 15 negara, ukuran ekonomi dan besaran perdagang keuangan mereka masih terlalu kecil untuk berperan di dunia internasional.

Tapi bagaimanapun, selama integrasi regional dilakukan, ada harapan di masa depan. Pada saat yang sama, hal itu juga menambah api pada tren de-dolarisasi. Membentuk fungsi peringatan atau sinyal yang dapat menginspirasi beberapa negara untuk memperjuangkan otonomi keuangan.

Karena itu, untuk mencapai de-dolarisasi, kita masih harus melihat beberapa sikap dan mengandalkan tindakan substansial dari negara-negara besar.

Kekurangan Dolar dan Kekurangan Likuiditas Dolar

Pada tahap ini, negara-negara Uni Eropa (UE) di zona euro memiliki potensi terbesar untuk melakukan de-dolarisasi global. Rusia telah melakukannya dengan sangat teliti.

Menurut data terbaru yang dirilis oleh World Banking, Financial Telecommunications Association (SWIFT), pada Mei 2021, peringkat mata uang pembayaran global. Euro adalah 39,03%. USD38,35%. Euro sekali lagi melampaui dolar AS untuk menjadi mata uang pembayaran nomor satu di dunia.

Mungkin kita akan bertanya. Karena pembayaran Euro setara dengan AS, tapi mengapa kekuatan Euro dalam keuangan internasional masih jauh lebih rendah daripada AS? Secara jujur dikarenakan kekuatan finansial Euro benar-benar tidak sebaik dolar AS.

Contohnya, pada tahun 2008 berawal dari krisis keuangan yang disebabkan oleh pinjaman subprime di AS. Setelah krisis pecah, selain AS, Eropa juga menjadi wilayah yang paling terpukul. Benua Eropa juga mengalami kekurangan dolar, namun dolar AS tidak dapat disingkirkan secara normal antar bank. Kita juga harus mencari bantuan dari pemerintahan Obama saat itu di AS untuk likuiditas dolar.

Alasan utamanya karena banyak pembayaran Euro dilakukan di kawasan Euro saja. Di luar zona Euro, dolar masih mendominasi. Jika kita melihat dari sudut lain, itu akan menjadi jelas.

Pada kuartal keempat tahun 2020, cadangan devisa bank sentral berbagai negara menyumbang 59% dari dolar. Euro adalah sekitar 20%. Inilah perbedaannya.

Negara yang paling tuntas untuk melakukan de-dolarisasi adalah Rusia. Setelah Rusia memasukkan Krimea ke dalam wilayah Rusia pada 2014, Rusia mendapat sanksi dari AS dan negara-negara Barat. Itu juga menyebabkan jatuhnya mata uang Rusia, Rubel.

Sumber: Ilustrasi dari youtube.com
Sumber: Ilustrasi dari youtube.com
Mari kita lihat ilustrasi chart di artas ini, kita dapat melihat bahwa selama periode tahun 2014, nilai tukar Rubel turun tajam. Inilah sejarah Rusia, pada tahun-tahun setelah runtuhnya Uni Soviet pada 26 Desember 1991, Rubel turun lebih tajam lagi.

Rusia adalah negara besar, tetapi mata uang Rusia jatuh ketika dikenai sanksi. Berbicara tentang penjualan dan tekanan spekulan keuangan dan valuta asing, mereka dijual dan ditekan oleh orang lain atau spekulan-spekulan mata uang ini. Tidak ada yang tersisa untuk bisa melawan.

Pada 2018, ketika AS menjatuhakn sanksi keuangan kepada Rusia dan Rusal (perusahaan terkemuka di industri aluminium global, memproduksi logam dengan jejak karbon rendah), Rubel juga jatuh.

Sejak itu Rusia mulai mencoba yang terbaik untuk menghilangkan ketergantungannya pada dolar AS dan mulai melakukan tindakan nyata. Sejauh ini, Rusia hampir melepas kepemilikannya atas obligasi AS. Sebagian besar obligasi Treasury AS yang dipunyai Rusia yang tersisa adalah obligasi jangka pendek. Obligasi jangka pendek memiliki likuiditas yang baik dan mudah dijual. Hal ini juga relatif tidak terpengaruh oleh fluktuasi suku bunga.

Dukungan utama untuk de-dolarisasi Rusia adalah Tiongkok. Ada kesepakatan pertukaran mata uang antara kedua negara. Selain itu, dolar AS telah dikurangi menjadi kurang dari 50% dalam mata uang pembayaran yang digunakan dalam perdagangan Tiongkok-Rusia.

Pembayaran perdagangan Tiongkok-Rusia, Euro, Renminbi (RMB), dan Rubel menyumbang lebih dari 50%. Dalam hal de-dolarisasi, perdagangan Tiongkok-Rusia telah dicapai dengan sangat baik. Pada kuartal pertama tahun 2020, dolar AS menyumbang 46% dari penyelesaian perdagangan Tiongkok-Rusia. Transaksi Euro menyumbang 30%. Sisanya adalah mata uang Tiongkok dan Rusia.

Mengapa mata uang gabungan Tiongkok dan Rusia lebih rendah dari Euro? Di sinilah kecerdikan dari Tiongkok dan Rusia. Seperti yang telah disebutkan di atas, potensi de-dolarisasi global yang paling kuat adalah Euro.

Oleh karena itu, Tiongkok dan Rusia sengaja meningkatkan proporsi Euro. Tujuannya adalah untuk menarik UE. Teknik ini untuk mengangkat status Euro dan kemudian menarik UE ke dalam.

Dengan menarik Euro, maka Euro telah menjadi pelopor dalam de-dolarisasi. Pada saat yang sama, UE ditarik ke dalam sebagai perisai untuk dolar AS. Euro adalah mata uang terbesar kedua di dunia, dan tentu saja perlu untuk menarik Euro ke dalam.

Selain itu, Rusia memiliki metode lain. Rusia telah meninggalkan penggunaan dolar AS untuk menyelesaikan penjualan senjata ke pihak luar. Alasan sebagai berikut.

Pertama, ini adalah bagian dari de-dolarisasi Rusia. Kedua, selama tidak dalam dolar AS, tidak melalui SWIFT. AS tidak dapat mendeteksi situasi sebenarnya dari transaksi senjata ini. Ini juga menjamin kerahasiaan dan keamanan penjual senjata Rusia dan pembeli.

Selama beberapa dekade, Rusia telah menjadi penjual terbesar kedua di pasar senjata global. Rusia memiliki hubungan perdagangan senjata yang erat dengan banyak negara. Rusia dapat dengan mudah membujuk negara-negara tersebut untuk tidak menggunakan dolar AS untuk transaksi. Pada akhirnya, Rusia bukan hanya tindakan abad pertama untuk melakukan de-dolarisasi. Rusia juga sering membujuk negara lain untuk bersama-sama membangun sistem perhitungan yang menghindari dolar AS dan SWIFT. Dalam hal ini, tindakan Moskow lebih cepat dari Tiongkok,

De-dolarisasi Iran

Pemain kunci kedua dalam de-dolarisasi adalah Iran. Iran juga mendapat sanksi berat dari AmeriAS, termasuk sanksi ganda pada perdagangan dan keuangan. Agar lebih praktis, jika Iran ingin melakukan de-dolarisasi, itu masih tergantung pada apakah mereka memiliki kekuatan seperti itu. Rusia adalah negara energi besar dan negara penjual senjata besar. Dan ada Tiongkok di belakang yang mendukungnya, jadi dengan tiga pilar  ini Rusia berani melakukan de-dolarisasi.

Selain itu, selama ini negara-negara Eropa mengandalkan Rusia gas alam. Jika AS juga memberikan sanksi terhadap perdagangan luar negeri Rusia, negara-negara Eropa pasti akan berang. Tidak hanya negara-negara Eropa yang berang, Rusia juga akan bertarung mati-matian dengan AS. Jangan lupa bahwa Rusia memiliki tenaga nuklir, dan kekuatan nuklir (gigi baja) Rusia tidak kalah dengan AS.

Karena itu, Rusia memiliki kekuatan ini. Yang kurang dari Rusia adalah volume perdagangannya tidak cukup besar. Jadi, apa syarat untuk Iran? Iran punya minyak. Ini sama dengan Rusia. Namun, Iran tidak memiliki gigi baja nuklir, juga tidak memiliki pasar senjata yang kuat.

Satu-satunya hal yang dapat diandalkan Iran adalah Tiongkok. Perjanjian strategis Tiongkok-Iran merupakan dukungan terbesar bagi Iran. Bisakah Iran melakukan de-dolarisasi? 

Baca: Perjanjian Kontrak Jangka panjang Perdagangan dan Militer Tiongkok-Iran Membuat Gentar AS

Pada kenyataannya, pendekatan Rusia adalah cerminan Iran. Bahkan negara besar seperti Rusia khawatir dengan sanksi yang dijatuhkan oleh AS, sehingga cenderung melakukan de-dolarisasi. Belum lagi Iran. Setelah Iran diberi sanksi oleh AS, perdagangan luar negeri hampir terputus. Jika bukan karena dukungan Tiongkok dan Moskow, perdagangan luar negeri Iran hampir akan terhenti.

Rusia memiliki kekuatan militer yang kuat. Kekuatan militer Iran tidak mencukupi. Iran harus mengembangkan ekonominya untuk mendukung pengembangan militernya. Hanya dengan demikian kekuatan militer dapat melindungi dirinya sendiri. Perjanjian strategis Tiongkok-Iran dapat memberikan konstruksi pada Iran.

Dikarenakan, yang pertama adalah keuntungan dari perdagangan minyak. Hanya dengan menjual minyak Iran akan punya uang. Kedua, Iran dapat mengembangkan ekonominya hanya setelah memiliki uang. Ketiga, untuk membangun dalam negeri Iran dengan Tiongkok membantu pembangunan infrastruktur Iran.

Pada saat yang sama, Beijing juga dapat memberikan bantuan teknis kepada Iran. Ini termasuk bidang sipil, dan teknologi produksi militer. Meningkatkan kapasitas industri Iran. Keempat, kerjasama militer.

Dengan demikian Tiongkok  bisa memdukung Iran dengan Petro-RMB dan RMB-Digital. Membukakan pintu Tiongkok ke Timur Tengah sehingga memungkinkan pengaruh Tiongkok meluas ke Timur Tengah.

Sumber: Herbert Smith Freehills
Sumber: Herbert Smith Freehills
Dan Iran dapat menjadi tumpuan penting dari BRI (Insiatit Belt & Road). Iran adalah pemimpin negara-negara Syiah di Timur Tengah. Berpengaruh di Timur Tengah. Iran dapat secara aktif berpartisipasi dalam BRI Tiongkok.

Tidak Mudah Bagi Tiongkok Untuk Melakukan De-dolarisasi Total

Ekspor luar negeri Rusia terutama adalah energi dan senjata. Masalahnya relatif sederhana. Tiongkok berbeda dari Rusia. Tiongkok adalah negara perdagangan terbesar di dunia,  juga merupakan pabrik dunia dan pusat rantai pasokan global.

Tiongkok telah sepenuhnya terintegrasi ke dalam sistem perdagangan Barat. Tiongkok memiliki kekayaan bersih yang begitu besar, dan menjadi bagian yang sangat penting dari sistem perdagangan globalnya, mereka tidak dapat membongkar perdagangan dolar dengan seenaknya atau sekali gus.

Tiongkok harus melakukannya dengan selangkah demi selangkah. Oleh karena itu, ada tiga metode utama bagi Tiongkok untuk melawan hegemoni dolar AS, menurut pandangan pengamat.

Pertama, membangun perdagangan luar negeri yang besar. Perdagangan luar negeri Tiongkok sangat besar, sehingga AS tidak berani bertindak gegabah dan dengan mudah melancarkan sanksi keuangan terhadap Tiongkok.

Tiongkok sudah melakukan ini. Tiongkok adalah negara perdagangan terbesar di dunia. Apalagi jika volume perdagangan semakin meningkat, AS tidak dapat berbuat macam-macam.

Kedua, RMB akan mendunia dan akan di-internasionalkan. Tiongkok tidak dapat mengandalkan Euro, dan mata uang negara lain. Mereka harus membiarkan RMB keluar dan menjadi salah satu mata uang utama untuk pembayaran perdagangan dunia. Menjadi salah satu mata uang utama cadangan devisa dunia.

Ini tidak bisa dihindari. Namun, Tiongkok memiliki kelemahan serius dalam internasionalisasi RMB. Sejauh ini, RMB masih belum sepenuhnya dapat dikonversi. Ini membatasi promosi internasionalisasi RMB.

Untuk mengatasi persoalan ini tampaknya Tiongkok menggunakan beberapa metode:

Metode pertama, swap mata uang. Tiongkok mengambil keuntungan dari krisis keuangan 2008 untuk membangun mekanisme pertukaran mata uang dengan banyak negara. untuk berjaga-jaga. Berjaga-jaga terhadap sanksi keuangan AS dan memotong penggunaan sistem pembayaran dolar AS oleh Tiongkok. Bersiap-siap, begitu krisis keuangan datang dan terjadi kekurangan dolar AS di seluruh dunia, Tiongkok bisa kekurangan likuiditas dalam dolar AS.

Metode kedua adalah mendirikan RMB minyak bumi (Petro --RMB). Shanghai telah mendirikan pusat perdagangan berjangka minyak mentah. Sekarang menjadi pusat perdagangan terbesar ketiga di dunia. Dan beberapa negara pengekspor minyak juga telah menggunakan RMB untuk membayar.

Menurut sebuah laporan di Japan Nikkei Asian Review, Tiongkok Telah  meluncurkan kontrak berjangka minyak mentah dalam mata uang RMB yang akan dikonversi menjadi emas. Ini, jika digabungkan dengan langkah lain selama dua tahun terakhir oleh Tiongkok untuk menjadi alternatif yang layak untuk London dan New York ke Shanghai, menjadi sangat menarik.

Tiongkok adalah importir minyak terbesar di dunia, sebagian besar masih dibayar dalam dolar AS. Jika kontrak berjangka minyak baru dalam RMB mendapatkan penerimaan luas, itu bisa menjadi patokan minyak mentah berbasis di Asia yang paling penting, mengingat Tiongkok adalah importir minyak terbesar di dunia. Itu akan menantang dua kontrak patokan minyak yang didominasi Wall Street di North Sea Brent dan minyak berjangka West Texas Intermediate yang sampai sekarang telah memberi Wall Street keuntungan besar yang tersembunyi.

Itu akan menjadi satu lagi tuas manipulasi besar yang dihilangkan oleh Tiongkok dan mitra minyaknya, termasuk khususnya Rusia. Pengenalan kontrak berjangka minyak yang diperdagangkan di Shanghai dalam RMB, yang baru-baru ini memperoleh keanggotaan dalam kelompok mata uang IMF SDR tertentu, minyak berjangka terutama ketika dapat dikonversi menjadi emas, dapat mengubah keseimbangan kekuatan geopolitik secara dramatis dari dunia Atlantik ke Eurasia.

Pada April 2016 Tiongkok membuat langkah besar untuk menjadi pusat baru pertukaran emas dan pusat perdagangan emas dunia, emas fisik. Tiongkok saat ini adalah produsen emas terbesar di dunia, jauh di depan sesama anggota BRICS Afrika Selatan, dengan Rusia nomor dua.

Sekarang untuk menambahkan kontrak berjangka minyak baru yang diperdagangkan di Tiongkok dalam RMB dengan dukungan emas akan menyebabkan perubahan dramatis oleh anggota kunci OPEC, bahkan di Timur Tengah, untuk lebih memilih RMB yang didukung emas untuk minyak mereka daripada dolar AS yang digelembungkan. risiko geopolitik seperti yang dialami Qatar setelah kunjungan Trump ke Riyadh saat masih menjabat. Khususnya, raksasa minyak negara Rusia, Rosneft telah mengumumkan bahwa perusahaan minyak negara Tiongkok, CEFC China Energy Company Ltd. Telah membeli 14% saham Rosneft dari Qatar. Semuanya mulai cocok bersama menjadi strategi yang sangat koheren.

Metode ketiga adalah promosi mata uang digital. Menurut strategi Tiongkok saat ini, mereka kini telah mengadopsi pendekatan dua sisi.

Di satu sisi, sistem pembayaran dolar AS akan terus digunakan. Atas dasar itu, volume perdagangan akan terus ditingkatkan dan ekspor modal asing juga akan diperluas.

Ekspor modal Tiongkok ke dunia luar semuanya dalam dolar AS, menggunakan dolar untuk ditukar dengan aset asing., apakah itu tambang asing atau membeli ekuitas perusahaan asing, dll.

Menurut ukuran ekonomi Tiongkok dan andilnya dalam perdagangan internasional, RMB setidaknya harus menempati peringkat ketiga agar dapat menandingi  dolar AS. Namun tampaknya tiongkok masih jauh dari tujuan ini.

Peran Euro

Membicarakan tentang de-dolarisasi banyak orang cendrung mengabaikan peran yang dimainkan Euro dalam de-dolarisasi.

Euro adalah mata uang dengan potensi paling besar untuk de-dolarisasi global. Padahal, kelahiran Euro pada awalnya merupakan pesaing dolar. Bahkan adalah pesaing terbesar.

Banyak orang mengatakan bahwa negara-negara Uni Eropa akan bergandengan tangan dengan AS untuk berurusan atau melawan Tiongkok bersama-sama. Namun, banyak pengamat yang berpandangan negara-negara Uni Eropa akan mengambil rute independen. 

Baca; Dalam KTT G7 Eropa Menolak Ajakan AS Berkonfrontasi Terbuka Dengan Tiongkok

Bahkan dalam pertarungan antara Tiongkok dan AS justru merupakan peluang besar bagi UE untuk merdeka. UE mendirikan Zona Euro, terus terang itu merupak tindakan mandiri dan ingin merdeka dari AS.

Di satu sisi ingin menyingkirkan ketergantungan pada dolar AS. Di sisi lain, Zona Euro bisa menjadi grup yang kuat, bersaing dengan AS. Ini adalah peta jalan (road map) untuk kemerdekaan negara-negara Uni Eropa.

Namun, zona Euro telah mengalami beberapa kesulitan. Ada beberapa kelemahan kelembagaan yang perlu diatasi.

Tiongkok dan Rusia perlu membantu UE. Jadi baik Rusia dan Tiongkok ingin mengangkat Euro. Pada saat yang sama perlu menarik negara-negara Uni Eropa ke dalam seperti yang telah dibicarakan di atas.

Jadi banyak pengamat dan analis yang memprediksi, setelah jangka waktu tertentu, berapa lama waktu yang dibutuhkan? Ketika tekanan AS secara bertahap kehilangan efeknya. Negara-negara UE dapat mengikuti arus dan menerima tarikan Rusia.

Saat itulah, Tiongkok, Rusia dan Iran yang mendorong de-dolarisasi. Tiongkok, Rusia, Irak, Eropa, grup dari empat kelompok ini akan mempromosikan dan mendorong de-dolarisasi. Jangan lupa bahwa Tiongkok masih memiliki benteng, lain yaitu Asia Tenggara (ASEAN). Bisa dibahas kemudian......

Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri

ecowas.int

news.cgtn.com

mikesmoneytalks.ca

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun