Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perang Laut Vietsel-Tiongkok di LTS 1974 untuk Memperebutkan Kembali Kepulauan Xisha dari Vietsel

3 Desember 2020   14:58 Diperbarui: 3 Desember 2020   15:02 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kita bertarung sambil  terus mengejar untuk mendekatinya, melakukan pertarungan  jarak dekat, semakin dekat semakin baik. Dalam pertempuran jarak dekat, meskipun kapal angkatan laut kita (Tiongkok)  memiliki tonase kecil dan daya tembak yang buruk, tapi kita memiliki keunggulan kecil. Kita fleksibel dan kita terus melekat dekat padanya untuk mencapai sudut mati artileri kapal Vietsel, dan  membuat keunggulan kapal perang  Vietsel menjadi tidak efektif." Kata Wei Mingsen.

Secara teori mudah untuk dikatakan, tetapi di  medan perang benar-benar membutuhkan banyak keberanian dan tekad untuk menggunakan kapal pemburu selam bertonase kecil untuk melawan kapal perusak besar dari jarak dekat. Jika tidak tepat melakukannya kapal akan tenggelam dan mati, tetapi waktu sudah mendesak. Wei Mingsen dengan tegas mengeluarkan perintah tempur.

Wei Mingsen meperintahkan untuk mendekati kapal perang Vietsel dengan kecepatan penuh, dan kapal Vietsel No. 4 "Tran Khanh Du HQ-4"  ketakutan dengan langkah Wei Mingsen, dan kapal perang Vietsel  menjadi bingun.

Kekuatan formasi Tiongkok belum diketahui berapa banyak kapal yang ada, maka kapal Vietsel berbalik untuk menghindar dan meninggalkan tempat. Mereka tampaknya tidak ingin mengalami kerugian besar.

Wei Mingsen memegang teleskop di tangannya, dengan tenang menginstruksikan kru untuk tidak mengejar, mengendurkan tangan kirinya yang tergenggam erat yang berkeringat dingin.

Saat itu hari sudah larut malam, meskipun kapal perang Vietsel telah menyingkir, Wei Mingsen merasa masih tidak nyaman, karena masih ada dua masalah besar di hadapannya.

Kapal pemburu kapal selam No. 271 dan 274 misi kali ini adalah untuk menigrim perbekalan dan prajurit milisi ke Pulau Jinqing. Namun, karena keberangkatan darurat dan tergesah-gesah dari formasi tersebut, tidak ada waktu untuk membawa kapal pendarat kecil sebelum keberangkatannya, dan Pulau Jinqing tidak memiliki dermaga.

Untuk masalah pertama ini, semua orang sekarang melihat apa yang akan diperbuat Wei Mingsen, komandan tertinggi di misi laut kali ini untuk mengatasi hal ini. Wei Mingsen melihat sekeliling dengan sangat tenang tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Tiba-tiba dia menemukan kapal dengan nomor lambung 402 dan 407 perahu nelayan di kejauhan, dengan menyeret barang-barang bagus di belakang setiap kapalnya.

Wei Mingsen sangat gembira, dan kemudian dia meminta petugas sinyal untuk memberi tanda pada kapal ikan yang ada di kejauhan itu. Namun, sinyal cahaya yang dikirim lebih dari satu kali, dan waktu telah berlalu 40 menit, dan tidak ada balasan dari kejauhan.

Ketika semua orang hampir putus asa, sebuah jawaban datang, "Mengerti!"

Apa sebenarnya yang dilihat Wei Mingsen? Ternyata, ada tiga sampan kayu, yang umumnya digunakan sebagai alat transportasi laut atau alat penyelamat nyawa. Sekarang Wei Mingsen ingin menggunakannya dengan baik untuk misinya. Mendarat di pulau itu, jelas. Artinya, milisi, personel, dan material yang diangkut dengan dua kapal No. 271 dan 274 dipindahkan ke pulau itu. Oleh karena itu, sanpan yang dapat bekerjasama dengan kapal No. 271 untuk menyelesaikan tugas pengangkutan menjadi pilihan terbaik saat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun