Pada bulan Januari 1974, otoritas Vietsel mengirim kapal perang untuk menyerang perairan Xisha Tiongkok (Kep. Paracel) dalam upaya untuk menginvasi dan menduduki Kepulauan Yongle. Formasi armada 271 dan 396 dari AL Tiongkok (PLA) tiba dan menghadapi kapal-kapal AL Vietsel.
Total tonase empat kapal AL-Tiongkok lebih kecil dari kapal AL Vietsel, dan kekuatan serangan tembakan artileri juga seperlima dari kekuatan Vietnam Selatan, jadi kekuatan kedua pihak pihak sungguh sangat berbeda secara teori, AL-Tiongkok harus menghadapi kekuatan lawannya yang tidak seimbang pada medan perang tersebut.
Memang ada perbedaan kata-kata, satu Vietnam Selatan, satu Vietnam. Mari kita mulai dengan kata-kata yang sudah dikenal. Di garis Lintang Utara (LU) 38 derajat, Korea Utara memiliki garis ke-38, sedangkan Vietnam memiliki garis LU 17 derajat, keduanya di garis lintang utara. Kemudian Korea dibagi menjadi dua negara di paralel ke-38 Korea Utara dan Korea Selatan, kemudian Vietnam juga dibagi menjadi Vietnam Utara dan Vietnam Selatan di sepanjang paralel LU ke-17.
Pertempuran Laut Xisha (Paracel) terjadi di akhir Perang Vietnam, yang saat itu belum sepenuhnya berakhir. Jadi apa yang terjadi pada malam sebelum rezim Vietnam Selatan benar-benar runtuh.
Menurut beberapa analis, mengapa Vietsel yang didukung AS melakukan provokasi untuk menantang Tiongkok saat itu? Dari sudut pandang besar, AS sudah akan meninggalkan Vietnam. Semua orang tahu bahwa konfrontasi antara Vietnam Selatan dan Vietnam Utara ini sepenuhnya bergantung pada uang dan pemberian senjata oleh AS, dan AS mengirim pasukan, jadi mereka mendukung secara langsung.
Tetapi seperti yang banyak kita ketahui Presiden AS pada masa itu Nixon mengunjungi Tiongkok pada tahun 1972. Setelah pintu hubungan Tiongkok-AS dibuka, AS bertekad untuk menarik diri dari Asia dan menarik diri dari medan perang di Vietnam.
AS merasakan tekanan yang luar biasa pada saat itu, dalam mendukung Vietnam Selatan untuk melawan Vietnam Utara. Jika AS telah meninggalkan Vietnam perlu bagi bonekanya---Vietnam Selatan untuk menunjukkan pada  bosnya diri masih berkekuatan.
Tapi ada salah perhitungan dari Vietnam Selatan, dikira keadaan Tiongkok yang dilanda persoalan dalam negeri dan alautsistanya yang masih terbelakang pada saat itu untuk bisa mempertahankan kedaulatannya di Kep. Yongle -- Xisha bagian dari LTS.
Pada tahun 1974, Tiongkok, berada dalam periode sepuluh tahun yang mengerikan, dihadapkan pada lingkungan eksternal yang rumit. Sengketa perbatasan dengan bekas Uni Soviet, insiden menyebabkan harus melibatkan jutaan tentara di perbatasan utara Tiongkok dari waktu ke waktu, sehingga menimbulkan ancaman militer yang sangat besar bagi Tiongkok. Selain itu baru usainya revolusi kebudayaan dalam negeri Tiongkok yang telah menguras banyak SDM dan SDA domestik.