Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Permainan Politik di Balik Peracunan "Double Agent" Rusia di Inggris

17 April 2018   14:16 Diperbarui: 18 April 2018   09:08 1196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.theguardian.com

Sejak Inggris mengumumkan lepas diri dari Uni Eropa pada 2017, itu sebenarnya telah menciptakan perpecahan di dalam Uni Eropa. Bloomberg mengutip analisis ahli teknologi Inggris, Jamdes Nixey yang mengatakan bahwa di tengah Brexit, Inggris telah menjadi terisolasi, dan hubungannya dengan AS semakin tidak pasti.

Dengan menggambarkan Rusia sebagai ancaman eksternal utama Inggris, diharapkan bisa membantu Inggris menggunakan isu ini sebagai alasan untuk menutupi "jarak" antara negara itu dan negara-negara Barat lainnya yang disebabkan oleh Brexit.

Alexander Yakovenko, duta besar Rusia untuk Inggris mengatakan: " Menurut perasaan pribadi saya bahwa Inggris sedang mencoba untuk menemukan peran barunya di dunia, karena setelah Brexit mereka harus menemukan cara untuk prioritas baru kebijakan luar negerinya,  dan sejauh ini sekarang kita melihat setidaknya keinginan untuk memusuhi Rusia menjadi kesempatan untuk ini."

Selama kontes mendeportasi diplomat Rusia, pemukul berat lainnya adalah Amerika Serikat, dan sikap AS telah memprovokasi pikiran dunia luar. Tidak lama setelah insiden serangan agen saraf, Presiden AS Trump sebenar baru saja berhubungan telepon dengan Vladimir Putin, tetapi sama sekali tidak menyebutkan dan menyinggung kejadian ini.

Mantan duta besar AS untuk PBB dan duta besar untuk Rusia Thomas Pickering mengatakan dalam hal ini dukungan Trump terhadap Inggris tidak begitu teguh sejak awal. Dia mengatakan: (Presiden AS) Trump sendiri agak ragu-ragu sekitar seminggu yang lalu dalam mendukung (UK) PM May dan saya pikir itu adalah indikasi menarik, ini semacam solidaritas yang dapat dibangun untuk diplomasi Inggris pada waktu khusus ini.

Yang menarik adalah bahwa ketika Inggris mendapat dukungan dari Jerman, Perancis, dan negara-negara Eropa lainnya, sikap Trump bergeser, dan target baru serangannya menjadi Rusia.

Trump mengatakan: "Ini adalah situasi yang sangat menyedihkan. Tentu saja orang Rusia berada di belakangnya, sesuatu yang seharusnya tidak boleh dan pernah terjadi, dan kami menganggapnya sangat serius."

Sehubungan dengan ini, AP mengeluarkan sebuah artikel yang mengatakan bahwa AS jelas menunggu Inggris dan Eropa mencapai konsensus. Dapat dikatakan bahwa AS berharap untuk menggunakan ini untuk menunjukkan kepada dunia luar bahwa ketika menghadapi ancaman, peradaban Barat yang dipimpin oleh AS dan sekutu-sekutunya masih dapat disatukan seperti sebelumnya.

Semua orang juga tahu bahwa setelah Trump menjabat, hubungan AS dengan negara-negara Eropa tidak begitu menyenangkan akhir-akhir ini. Ketika bicara untuk isu "Perjanjian Paris," masalah nuklir Iran, dan liberalisasi perdagangan, AS ingin menggunakan kesempatan ini untuk menopang kemitraannya di Samudra Atlantik.

Kenyataannya, Trump bergabung dengan daftar negara yang telah mendeportasi diplomat Rusia karena terkait dengan lingkungan domestik AS sendiri. AS dan Rusia memiliki konflik yang mengakar kuat, dan di AS, skandal Rusia selalu menjadi sinyal negatif yang diarahkan kepada Trump. Jika AS memilih untuk duduk diam dan tidak melakukan apa pun kali ini, itu pasti akan menjadi pukulan bagi pemerintahan Trump.

Suasana politik di AS telah menjadi pertimbangan dan putusan untuk beroposisi dengan Rusia saat ini dan ini menjadi isu kebenaran politik (political correctness), dan jika Trump melanggar prinsip ini, tidak akan ada jalan baginya untuk mendapatkan keuntungan politik. Jadi dalam situasi semacam ini, Trump harus mempertimbangkan kepentingan politiknya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun