Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Perang Dagang AS-Tiongkok

11 April 2018   17:40 Diperbarui: 13 April 2018   16:12 1080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Asia Financial Publishing

Akhir-akhir ini gesekan antara AS dan Tiongkok yang sedang meningkat telah menarik perhatian dunia. AS secara unilateral telah mengayunkan tongkat perdagangannya, tetapi Tiongkok tampaknya juga mulai membalas ajunan tongkatnya a la pendekar Shaolin, dengan kuda-kudanya yang kokoh serta sikapnya yang tetap tidak tergoyahkan. Dengan menyatakan Tiongkok tidak akan memulai perang dagang, dan tidak ingin berperang, tetapi tidak takut untuk berperang dagang.

Dengan demikian, dua kekuatan besar dunia Tiongkok dan AS telah memasuki babak baru kontes perdagangan.

Pertanyaannya, mengapa AS mengambil tindakan terhadap Tiongkok saat ini? Bagaimana kiranya perkembangannya kemudian? Apa tujuan sesungguhnya dari tindakan AS ini? Marilah kita coba uraikan menurut berita-berita yang bisa kita baca selama ini.

Tindakan Unilateral AS

Pada 3 April sore lalu, waktu setempat, website Kantor Perwakilan Dagang AS (The US Trade Representative's office) merilis daftar tarif yang diusulkan untuk produk impor Tiongkok berdasarkan apa yang disebut "Section 301 Investigation."  Daftar ini mencakup sekitar 1.300 tarif individu yang akan bernilai sekitar 50 miliar USD.

Kantor Perwakilan Dagang AS menyarankan untuk mengenakan tarif tambahan sebesar 25% pada produk-produk Tiongkok yang ada dalam daftar, mengatakan bahwa tindakan ini merupakan kompensasi kerugian yang dialami AS di sektor teknologi.

Pada sore hari 4 April, kurang dari 11 jam setelah AS merilis daftar, Tiongkok memberi tanggapan; Kementerian Perdagangan Tiongkok mengumumkan bahwa untuk membela hak-hak sah Tiongkok, pemerintah Tiongkok akan mengenakan tarif pada produk pertanian kedelai, mobil, bahan kimia dasar, pesawat terbang dan impor lainnya yang berasal dari AS dengan kenaikan tarif 25%, yang akan mempengaruhi sekitar 50 miliar USD impor AS ke Tiongkok berdasar nilai pada tahun 2017, untuk diberlakukan pada tanggal yang akan diumumkan kemudian.

Pada pagi hari 6 April, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa mengingat hubungan tidak adil Tiongkok, "dia telah menginstruksikan kantor Perwakilan Perdagangan AS untuk mempertimbangkan apakah tambahan tarif 100 miliar dolar untuk ditambahkan ke produk yang diimpor dari Tiongkok sesuai atau tidak berdasarkan Section 301 Investigation. Jika kantor Perwakilan Perdagangan AS percaya bahwa langkah tersebut harus sesuai, maka akan memformulasikan daftar produk yang sesuai dengan tarif tambahan.

Kantor Perwakilan Perdagangan AS menanggapi pada hari yang sama bahwa permintaan presiden untuk mengadopsi sanksi tambahan adalah sesuai dan setiap langkah rekomendasi tarif tambahan akan dikenakan menurut opini publik. Ini menyiratkan bahwa sebelum Kantor Perwakilan Perdagangan AS menyelesaikan proses ini, tindakkan penerapan tarif tambahan tidak akan berpengaruh apa pun.

Reaksi Tiongkok

Tiongkok dengan segera membuat tanggapan serius terhadap usulan pemerintah AS.

Gao Feng, juru bicara MOFCOM (Ministry of Commerce) Tiongkok segera membuat tanggapan serius, dengan menyatakan: "Jika AS tidak mengindahkan oposisi Tiongkok dan komunitas internasional dan bersikeras terus bertindak unilateralisme dan proteksionisme perdagangan, Tiongkok akan melawan sampai akhir apapun ongkosnya."

Lu Kang jurubicara Menlu Tiongkok menyatakan: "MOFCOM telah membuat persiapan untuk menghadapi eskalasi tindakan sepihak AS dan telah menyusun tindakan balasan yang sangat spesifik. Kami telah mengatakan bahwa Tiongkok tidak akan membuat provokasi. tetapi tidak akan membiarkan pihak lain melakukannya dan kami akan berdiri teguh menentangnya. 

Rakyat Tiongkok selalu berpegang teguh dengan kata-kata mereka. Sikap pemerintah Tiongkok sudah sangat jelas, tidak akan duduk diam dan berpangku tangan menyaksikan hak dan kepentingannya yang sah dirusak, dan jika mereka melakukan hal yang demikian, kita (Tiongkok) akan dengan tegas menanggapi dengan tindakan balasan! Tindakan balasan semacam ini sesuai dengan sikap yang selalu dimiliki Tiongkok."

Larut malam pada 1 April, waktu Beijing, untuk melawan Section 232 Investigation AS, Tiongkok mengumumkan bahwa akan menaikkan tarif atas 128 produk impor dari AS menjadi 15% atau 25%.

Tiongkok menyatakan bahwa sikapnya konsisten, karena Tiongkok telah lama siap untuk menghadapi gesekan dan kemungkinan terjadinya perang dagang untuk serangkaian sektor perdagangan. Tiongkok selalu memiliki desain tingkat atas dan pemikiran bottom-line (garis bawah), terutama ketika menyangkut pemikiran garis bawah, Tiongkok telah merencanakan yang terbaik, tetapi juga bersiap untuk hasil terburuk.

Latar Belakang Perang Tarif AS

Seperti yang diprediksi oleh dunia luar sebelumnya, daftar ini terutama menyangkut teknologi kedirgantaraan, informasi dan telekomunikasi, robot, dan industri mesin, dan ada analisis sebelumnya yang menunjukkan bahwa Section 301 AS dalam investigasi tarif terhadap Tiongkok ada motif lain di belakangnya.

Menurut data dari Kementerian Perdagangan Tiongkok, total perdagangan barang Tiongkok ke luar negeri pada tahun 2017 lebih dari 4,1 triliun USD, dan perdagangan impor dan ekspor dengan AS kurang lebih 580 miliar USD jumlah ini hanya 14,1% dari total perdagangan luar negeri Tiongkok.

Dengan kata lain, 50 miliar USD setara dengan 1,2% dari total, dan ekspor Tiongkok ke AS kurang dari 9% dari total, jadi itu tidak terlalu banyak.

Banyak pengamat luar yang mempertanyakan, apa tujuan AS dengan gencarnya menetapkan tarif ini?

Penasihat Perdagangan Gedung Putih Peter Navarro mengatakan: "Tiongkok menurut pandangan saya telah dengan berani merilis 'Rencana Tiongkok 2025' yang pada dasarnya mengatakan kepada seluruh dunia: Kita (Tiongkok) akan mendominasi setiap industri masa depan yang akan muncul dan karenanya ekonomi Anda (AS) tidak akan memiliki masa depan."

Pada 28 Maret, Penasihat Perdagangan Gedung Putih Peter Navarro mengatakan secara blak-blakan selama wawancara TV dengan Bloomberg News bahwa daftar tarif AS ditujukan untuk produk-produk Tiongkok, dan akan melakukan penekanan khusus pada rencana "Made in China 2025" yang mempromosikan industri-industri utama.

Pada hari yang sama, Perwakilan Perdagangan AS Robert Lightizer juga berargumen untuk membuktikan hal ini selama wawancara dengan CNBC AS.

Maksud "Made in China 2015" Bagi Tiongkok

Pada kenyataannya, kata-kata "Made in China 2025" yang sering dikumandangkan dalam friksi antara perdagangan Tiongkok-AS, menurut Robert Lightizer dari "US Trade Representative" dengan mengatakan: "Omong-omong..ketika mereka mulai terjun dan mengembangkan kedirgantaraan. Dan mengambil alih industri itu ... Mereka tidak akan mengambil alih kedirgantaraan, percayalah, mereka tampaknya sudah memilikinya pada daftar mereka di 'Made in China 2025.' Saya tahu Anda sudah akrab dengan ini, di mana mereka mengambil teknologi yang mereka harapkan untuk menjadi pemain dominan."

"Made in China 2025" adalah cetak biru untuk rencana Beijing untuk mengubah negara menjadi pusat pembangkit (powerhouse) hi-tech yang mendominasi industri maju seperti robotika, teknologi informasi canggih, penerbangan, dan kendaraan energi baru. Ambisi tersebut masuk akal dalam konteks lintasan pembangunan Tiongkok: negara-negara biasanya bertujuan untuk beralih dari industri padat karya dan menaikan rantai nilai tambah saat kenaikan upah, jangan sampai jatuh ke dalam apa yang disebut "perangkap pendapatan menengah. (middle income trp)" pembuat kebijakan telah tekun mempelajari konsep Jerman "Industri 4.0," yang menunjukkan bagaimana teknologi canggih seperti sensor nirkabel dan robotika, bila digabungkan dengan internet, dapat menghasilkan keuntungan signifikan dalam produktivitas, efisiensi, dan presisi.

Namun, sebagian analis ada yang berpandangan, niat Tiongkok melalui "Made in China 2015" tidak begitu banyak untuk bergabung dengan jajaran ekonomi hi-tech seperti Jerman, AS, Korea Selatan, dan Jepang, dan akan mungkin akan menggantikannya mereka sama sekali. "Made in China 2025"  niatan untuk mencapai "swasembada" melalui substitusi teknologi sambil menjadi "manufaktur negara adikuasa" yang mendominasi pasar global di industri kritikal teknologi tinggi. Itu bisa menjadi masalah bagi negara-negara yang bergantung pada ekspor produk teknologi tinggi atau rantai pasokan global untuk komponen teknologi tinggi.

Apa arti "Made in China 2025" bagi Tiongkok dan AS?

Bagi Tiongkok secara umum, "Made in China 2025" adalah versi upgrade dari rencana manufaktur sepuluh tahun ke depan yang dirilis pada tahun 2015. Dengan kata lain, dalam sepuluh tahun ini, Tiongkok sedang mempersiapkan untuk mencoba untuk mencapai terobosan dalam beberapa teknologi terdepan di dunia; Tiongkok harus memiliki terobosan baru duntuk mencapai level tinggi di bidang seperti peralatan mekanik, peralatan telekomunikasi, semi-konduktor, peralatan aeronautika, dan peralatan perkereta apian berkecepatan tinggi.

Ini telah menyebabkan kepanikan di AS. Mereka khawatir bahwa setelah Tiongkok mengembangkan peralatan ini, mereka akan kehilangan monopoli teknologi mereka, karena jika Tiongkok menguasai teknologi ini, bukan saja itu berarti bahwa perdagangan bilateral dengan Tiongkok sudah tidak bisa lagi seperti sebelumnya, di mana mereka dapat membuat keuntungan seperti sebelumnya, mereka bahkan mungkin harus bersaing dengan Tiongkok dalam perdagangan internasional multilateral. Demikian menurut pendapat para analis dan pengamat luar.

Richard Kozul-Wright, Direktur Divisi Strategi Globalisasi dan Pengembangan di UNCTAD mengatakan: "Ini memberitahu Anda sesuatu tentang kegagalan Amerika dan Eropa untuk mengidentifikasi strategi pertumbuhan yang kuat setelah krisis keuangan, dan untuk batas-batas tertentu, penggunaan tarif merupakan tindakan akhir dari strategi pasca krisis yang gagal di kedua kawasan tersebut."

Akhir-akhri ini, rencana merger menggambarkan kekhawatiran pemerintah AS dalam persaingan teknologi Tiongkok-AS dengan sempurna.

Pada 12 Maret, Presiden AS Donald Trump menolak rencana perusahaan Semi-Konduktor raksasa Singapura Broadcom senilai 117 miliar YSD untuk membeli perusahaaan pembuat chips raksasa AS Qualcomm.  Pemerintah AS percaya bahwa Broadcom adalah perusahaan teknologi yang dikenal dapat memproduksi dengan biaya yang sangat hemat; jika membeli Qualcomm,  itu berarti mungkin mengurangi riset dan pengembangan investasi Qualcomm, yang akan melemahkan daya saing Qualcomm di era teknologi nirkabel internet 5 G yang baru, dan terutama mungkin menyebabkannya berada dalam posisi yang kurang menguntungkan dalam perlombaan dengan raksasa teknologi Tiongkok Huawei .

Saat ini, seluruh dunia menerapkan teknologi 5G. Teknologi ini akan mampu memberikan landasan bagi mobil-mobil self-driving dan virtual reality.

The "Wall Street Journal" melaporkan bahwa tidak seperti situasi masa lalu dengan teknologi 3G dan AS memimpin di depan dengan teknologi 4G, penampilan teknologi 5G telah menjadikannya begitu setara dengan AS dan Eropa. Beberapa pejabat Amerika bahkan mengatakan bahwa jika kekuatan Qualcomm melemah, dalam sepuluh tahun ini, AS mungkin terpaksa memilih peralatan 5G Huawei untuk provider telekomunikasi.

Bloomberg meringkasnya dengan melaporkan, "Bagaimana (AS) ketakutan  Huawei akan membunuh (menggagalkan) kesepakatan Broadcom senilai $ 117 miliar."

Telekomunikasi 5G Tiongkok benar-benar telah melampaui AS. Saat ini Tiongkok telah melakukan banyak pengujian, dan Tiongkok siap untuk sepenuhnya mengkomersilkannya pada tahun 2020. Sampai hari ini, teknologi 5G AS masih dalam tahap percobaan. Ini jauh dari siap untuk dikomersialkan, jadi mereka khawatir jika Tiongkok memasuki pasar AS, Tiongkok akan menguasai pasar AS dalam peralatan telekomunikasi 5G, dan AS akan tertinggal.

Dalam beberapa tahun terakhir, struktur produk ekspor Tiongkok terus ditingkatkan. Industri ekspor utama telah beralih dari industri padat karya ke industri padat modal dan teknologi, dan transisi semacam ini telah membuat AS merasa seperti berada di bawah tekanan besar.

Mereka menargetkan industri Tiongkok yang akan kompetitif di masa depan, seperti industri penerbangan. Misalnya, kemampuan industri kedirgantaraan Tiongkok untuk meluncurkan satelit dan hal-hal lain untuk negara lain telah melampaui AS.

Jadi AS sangat menyadari daya saing industri kedirgantaraan Tiongkok. Industri penerbangan Tiongkok tidak cukup mampu di masa lalu. Tapi sekarang, Tiongkok telah mulai mengembangkan pesawat badan besar, seperti C919 dan sejenisnya, dan mereka khawatir bahwa hal-hal ini akan membentuk kompetisi besar dengan AS, sehingga AS telah melakukan langkah pre-emptive dan mencoba memperlambat perkembangan Tiongkok, dengan menggunakan isu perdagangan ini sebelum Tiongkok mencapai titik yang sangat kuat.

Selain industri penerbangan, AS sangat khawatir tentang teknologi perkereta-apian Tiongkok memasuki pasarnya, sehingga teknologi perkereta-apian berkecepatan tinggi menjadi yang tidak luput mereka targetkan.

Untuk masalah chips, ada rahasia yang dikendalikan AS. Mereka mengendalikan teknologi ini. Tetapi pemerintah Tiongkok telah mencantumkan ini dalam rencana untuk "Made in China 2025," yang berarti Tiongkok mencoba untuk membuat terobosan baru dalam teknologi chips dalam beberapa tahun mendatang. Kenyataannya Tiongkok memang telah membuat beberapa terobosan dalam teknologi ini.

Beberapa analis dengan tajam menunjukkan bahwa esensi dari gesekan perdagangan antara Tiongkok dan AS mencerminkan ketakutan dan dilema dari kekuatan yang mapan dalam menghadapi pertumbuhan cepat kekuatan yang baru muncul (emerging power), serta prasangka kekuatan yang sudah mapan (established power) terhadap kekuatan yang baru muncul.

Tiongkok adalah kekuatan yang baru muncul, dan AS adalah kekuatan yang sudah mapan. AS tidak ingin tatanan dunia banyak berubah. AS masih berharap mereka harus mempertahankan keunggulan absolut dan memimpin tatanan dunia.

Tetapi karena Tiongkok sudah terlihat bangkit, jadi apa yang telah dirancang seperti diatas ini mulai goyah, sehingga AS sangat panik dan mencoba menggunakan perdagangan atau metode lain untuk mengisolasi Tiongkok untuk batas-batas tertentu.

Namun banyak ahli berpandangan kekuatan dan tekanan tidak dapat menghentikan lonjakan pembangunan di Tiongkok. Tampaknya Tiongkok untuk mengatasi hal ini dengan terus mendorong maju babak baru reformasi dan keterbukaan serta bertahan terus dalam dorongan inovatifnya yang sekarang sedang berjalan.

Xiang Songzuo, Prof. di School of Finance Renming Universitas Tiongkok memberi pendapatnya: "Anda dapat memberikan sanksi kepada kami (Tiongkok) atau menaikkan tarif. Anda dapat menuntut kami melakukan ini atau itu, tetapi tidak ada yang akan mengubah pedoman strategis dasar kami. Pedoman kami adalah 'Made in China 2025.' Dan ketika menyangkut arah strategis Tiongkok, itu harus dimulai dengan langkah dan tindakan yang lebih besar. Tapi jujur saja, kita perlu mempercepatnya. Kita perlu mencoba untuk mendapatkan terobosan otonom dalam teknologi inti ini, dan menguasai hak kekayaan intelektual otonom kita."

Qin Hailin, Director of the Industrial Economy Research Institute of CCID mengatakan: "Ini akan memaksa kekuatan inovatif negara kita (Tiongkok) untuk dipercepat. Dalam hampir tiga tahun 'Made in China 2025' telah dilaksanakan, kami telah mendirikan empat pusat inovasi manufaktur tingkat nasional, yang telah mempercepat peningkatan kapasitas Tiongkok untuk inovasi otonom dalam industri manufaktur."

Presiden Tiongkok Xi Jinping mengatakan saat menghadiri Pertemuan Tahunan Forum Ekonomi Dunia 2017 bahwa proteksionisme seperti mengurung diri di ruang gelap. Sepertinya Anda telah melewati badai, tetapi Anda juga telah memutus semua cahaya dan udara.

Perang perdagangan akan menyebabkan kedua belah pihak yang terlibat akan sama-sama kalah. AS telah menjadi perancang utama peraturan internasional selama ini, tetapi kelakuannya saat ini tampaknya menghancurkan aturan-aturan ini.

Dalam berbagai dugaan yang sangat mencolok, perilaku perdagangan AS tampaknya memiliki alasan yang sah, tetapi apa betul itu suatu yang benar?

Trump mengatakan: "Kami akan melakukan hal-hal untuk negara ini yang seharusnya sudah dilakukan selama bertahun-tahun yang lalu. Kami telah diperlakukan pelecehan ini oleh banyak negara lain, dan sekelompok negara yang bersatu untuk memanfaatkan AS dan kami tidak ingin itu terjadi lagi. Kami tidak akan membiarkan itu terjadi."

Ketika menandatangani memorandum tarif pada 22 Maret, Presiden AS Donald Trump memandang defisit perdagangan sebagai simbol dari "kerugian" AS. Defisit perdagangan ratusan miliar dolar AS antara AS dan Tiongkok selalu merupakan hal yang menyakitkan hati AS.

Banyak ahli percaya bahwa statistik AS "terlalu berlebihan". Jadi, apa sesungguhnya kebenaran di balik ketidakseimbangan perdagangan antara dua negara ini?

Ketidak seimbangan perdagangan natara Tiongkok dan AS disebabkan oleh berbagai alasan. Salah satu alasan penting ketidakseimbangan ini adalah karena ekonomi Tiongkok saat ini merupakan ekonomi global.

Bila sudah memiliki ekonomi global, tidak boleh hanya memberi label perdagangan suatu negara hanya berdasarkan negara asal dari produk tertentu. Misalnya, produk Apple semuanya dibuat di Tiongkok, dan kemudian dijual ke AS, dan dihitung sebagai ekspor Tiongkok, dan ini akan menyebabkan ketidak-seimbangan besar.

Yang jelas Apple adalah perusahaan Amerika. Perusahaan-perusahaan Amerika diproduksi di Tiongkok, dan berinvestasi di Tiongkok, dan kemudian setelah produk selesai, mereka membawa produknya kembali, dan memberi label mereka sebagai produk Tiongkok. Ini membuat hal menjadi tidak jelas.

Pemerintah AS selalu membatasi teknologi. Dengan kata lain, itu tidak akan mengizinkan perusahaan AS untuk menjual apa yang diyakini sebagai produk teknologi tinggi ke Tiongkok. Apa yang selalu dijual kepada Tiongkok? Daging sapi, biji-bijian, gas alam dan minyak bumi adalah produk utama.

Ketika menyangkut ke produk diatas ini, secara alami harus bersaing dengan banyak negara berkembang, jadi tentu saja itu tidak memiliki keuntungan apa pun. Jadi dalam situasi semacam ini, AS tidak akan pernah bisa mencapai keseimbangan. Hanya ketika AS menjual barang-barang yang tidak dapat diproduksi negara-negara ini, AS barulah dapat memiliki keuntungan dan dapat menghasilkan lebih banyak uang.

Dalam kenyataannya, pemerintah Tiongkok tampaknya telah menggunakan berbagai kesempatan untuk berulang kali menekankan bahwa Tiongkok tidak pernah mencari surplus perdagangan dengan AS, dan tidak ingin melihat ketidakseimbangan perdagangan yang parah. Menurut pernyataan pihak berwenang Tiongkok, Pada konferensi pers untuk sesi tahun ini dari CPC dan CPPCC, Perdana Menteri Dewan Negara CTiongkok Li Keqiang menunjukkan cara AS dapat menyelesaikan ketidakseimbangan perdagangannya.

Li Keqiang mengatakan: "Perusahaan AS juga dapat mengambil kesempatan, tetapi juga berharap bahwa AS dapat mengendurkan pembatasan pada ekspor produk berteknologi tinggi, bernilai tambah tinggi ke Tiongkok. Kami benar-benar akan melindungi hak kekayaan intelektual. Kami berharap bahwa AS tidak meninggalkan alat penting ini dalam menyeimbangkan perdagangan Sino-AS, karena itu akan benar-benar meninggalkan peluang untuk mendapatkan keuntungan."

Gesekan perdagangan yang terus meningkat antara Tiongkok dan AS saat dimulai dengan laporan Investigasi Section 301 AS.

The Section 301 Investigation berasal dari Section 301 dari "Trade Act of 1974" AS, yang memberi wewenang kepada Perwakilan Perdagangan AS untuk menyelidiki negara lain untuk "praktik perdagangan yang tidak wajar atau tidak adil," dan setelah penyelidikan selesai, mereka dapat merekomendasikan kepada Presiden AS untuk menerapkan sanksi sepihak, termasuk mencabut hak istimewa perdagangan dan mengenakan tarif pembalasan.

Laporan "The Section 301 Investigation" mengatakan bahwa empat perilaku Tiongkok telah merusak ekonomi AS setidaknya 50 miliar USD per tahun. AS percaya bahwa Tiongkok menggunakan persyaratan usaha patungan, batasan ekuitas asing, dan pembatasan investasi asing lainnya untuk mengharuskan atau menekan transfer teknologi perusahaan AS.

Sederhanya, perusahaan yang berinvestasi di Tiongkok sedang dibatasi dan dipaksa untuk meniggalkan teknologi mereka di Tiongkok. Namun apakah hal ini memang benar terjadi?

Di masa lalu, ketika Tiongkok pertama kali membuka diri, pada tahun 1990-an, Tiongkok pernah meminta pihak lain ketika memasuki pasar Tiongkok, mereka harus menggunakan usaha patungan, dan tidak boleh masuk sendirian. Dan saat itu mereka setuju dengan persyaratan ini. Tapi persyaratan ini semua telah dihapus sejak Tiongkok menjadi anggota resmi WTO.

Pada kenyataannya, sebenarnya AS tidak dapat menemukan bukti yang sangat bermanfaat. Jika AS memiliki bukti yang sangat bermanfaat bagi mereka, mereka pasti akan menyebutkannya dalam laporan itu, atau di tempat lain. Tetapi tidak ada contoh yang disebutkan dalam laporan itu apa pun, tidak satu pun ada. Jadi itu membuat pihak lain mencurigai bahwa ini mungkin sepenuhnya hanya dibuat-buat.

Pada kenyataannya, peraturan Tiongkok untuk mengelola perusahaan yang didanai asing tidak pernah dituntut atau mengharuskan perusahaan yang didanai asing untuk mentransfer teknologi ke usaha patungan Tiongkok atau usaha patungan lainnya.

Data menunjukkan bahwa pada tahun 2016, sepuluh perusahaan Tiongkok teratas yang mengekspor ke AS adalah semua perusahaan yang didanai asing. 10 teratas adalah Dell, yang merupakan perusahaan yang didanai sepenuhnya perusahaan berbadan hukum asing.

Investigasi Section 301 bukan satu-satunya, masih ada Investigasi Section 232 untuk Tiongkok yang juga dipenuhi dengan alasan-alasan yang dianggap aneh oleh pihak luar.

Section 232 mengacu pada Section 232 dari " Trade Expansion Act of 1962" AS, dengan kata kunci untuk keamanan nasional AS. Pemerintah AS menyatakan bahwa mereka mengenakan tarif atas baja yang diekspor Tiongkok ke AS karena baja Tiongkok merusak keamanan nasional AS.

Tapi membuat banyak pihak luar yang bertanya, mengapa ekspor baja bisa menyentuh keamanan negara?

Pangamat berpendapat karena AS telah menjadi negara hegemonik berkat menggunakan banyak trik. Apa itu keamanan nasional? Ketika pengamat menanyakan kepada pakar dari AS untuk bidang ini. Bagaimana baja dapat berkaitan dengan keamanan nasional AS. Penjelasan mereka sangat menarik dengan mengatakan, AS dapat menggunakan kata "Keamanan Nasional" untuk dikaitan dengan apa saja, dan kapan saja. Hal itu tidak perlu harus tampak hebat atau penting, sehingga dapat digunakan untuk dikaitan dengan baja.

Umpamanya, AS misalnya pada dasarnya sudah tidak benar-benar memproduksi baja lagi. Sebagian besar baja AS diimpor. Mereka berkata, "Banyak kapal perang AS, kapal induknya, dan banyak senjata militernya semuanya menggunakan baja. Jika baja AS sepenuhnya bergantung pada impor Tiongkok, bukankah itu akan terlibat dengan keamanan nasional AS? Karena jika Tiongkok tidak mengekspor ke AS, atau ada masalah kesetaraan dengan produk Anda, karena kami tidak dapat memproduksi baja, bukankah itu akan memengaruhi pembuatan kapal induk kami, kapal perang kami, dan senjata militer kami? " Demikianlah kira-kira jawabannya.

Jadi kadang-kadang jika kita benar-benar mencoba bernalar dengan AS, kita akan menemukan bahwa itu sangat tidak masuk akal.

Dan kenyataannya adalah bahwa data dari Pabean Tiongkok, Institut Besi dan Baja Amerika, dan lembaga pihak ketiga --- Pusat Penelitian Informasi Baja Lange menunjukkan bahwa pada tahun 2006, Tiongkok mengekspor 5,4 juta ton baja ke AS, tetapi pada tahun 2017 hanya 1,18 juta ton, jadi turun 78%. Salah satu alasannya adalah karena selama kurun waktu ini, Amerika Serikat menjatuhkan sanksi terhadap baja Tiongkok beberapa kali.

Ranking dari negara-negara yang mengekspor baja ke AS, Kanada menempati urutan pertama, sementara Tiongkok menempati urutan ke-11. Tapi dalam laporan Section 232 Tiongkok telah disebutkan sebanyak 202 kali, dan Kanada hanya disebutkan sebanyak 24 kali. Namun pada akhirnya Tiongkok dikenai pajak impor 25%, sementara Kanada terhindar dari sanksi dalam babak kali ini. Hal ini jelas AS telah menggunakan standar ganda.

Brent seorang petani dari Indiana, AS mengatakan: "Hari ini kami bercocok-tanam sekitar 5.000 hektar dan terutama menanam jagung dan kedelai. Saya mendukung pemerintahan Trump, tetapi saya memiliki banyak kekhawatiran tentang tindakannya saat ini yang dilakukan terhadap perdagangan dan tarif. Fakta bahwa Tiongkok adalah pelanggan kedelai nomor satu kami membuat kami sangat rentan. Pertanian kami dan banyak lagi lainnya yang seperti kami akan menjadi salah satu korban pertama dalam perang dagang ini. Presiden Trump, seharusnya mendukung perdagangan bebas dan menjaga ekonomi pertanian tetap kuat."

Baru-baru ini, beberapa petani di daerah tertentu di AS telah memasang iklan di beberapa stasiun TV AS dengan uang mereka sendiri dengan harapan agar suara mereka didengar dan menyerukan kepada pemerintah AS, agar jangan membatasi perdagangan bebas.

Maka ketika menyangkut proteksionisme perdagangan AS, media AS telah dipenuhi dengan banyak keluhan-keluhan. Dan ketika daftar balasan Tiongkok dirilis 4 April lalu, petanai kedelai AS terus mengeluh dengan lantang.

Sebuah kelompok lobi yang dikenal sebagai Asosiasi Kedelai Amerika, yang mengklaim terdiri dari 21.000 produsen kedelai AS mengatakan bahwa tindakan balasan Tiongkok akan sangat berdampak buruk pada petani AS, dan mereka benar-benar "kesal" akan hal ini, dan menyerukan pemerintah Trump untuk membatalkan tarif.

Website "Forbes" menyerukan "Kami benar-benar tidak ingin Perang Dagang dengan Tiongkok, Tuan Trump."

CNBC yang berbasis di AS mengingatkan Trump: "Perang Dagang Anda (Trump) Tidak mungkin bisa menang."

"The New York Times" menyerukan: "Trump telah melambai-lambaikan (mencampak) reputasi AS, hal ini memungkinkan AS bisa dilabeli mitra dagang yang tidak bisa dipercaya."

Mantan Kepala Penasehat Ekonomi Trump, Gary Cohn juga bukan satu-satunya yang mengundurkan diri setelah rencana tarif diumumkan.

Selain itu, Trump telah mengatakan beberapa kali bahwa membatasi impor dari Tiongkok akan menyebabkan pekerjaan yang tadinya lari keluar dan industri manufaktur bisa kembali lagi ke AS.

Namun pendapat para ahli ekonomi justru berpendapat lain.

Adam Posen, Presiden Institut Peterson untuk Ekonomi Internasional mengatakan: "Dengan cara ini tidak satu pun akan mengembalikan pekerjaan spesifik itu kembali. Jadi, jika kita mengubah transaksi dengan harapan tiba-tiba AS akan memiliki lebih banyak manufaktur, sebagian besar akan memasukkan modal dalam bentuk robot yang diperluas, itu tidak akan menciptakan jumlah pekerjaan baru yang sangat besar."

"Thucydides Trap" mengacu pada permainan zero-sum antara kekuatan yang mapan dan kekuatan yang sedang berkembang, tetapi ini jelas bukan permainan zero-sum antara Tiongkok dan AS. Menurut sebagian analis.

Karena kedua negara memiliki sisi kompetitif dan sisi koperasi yang sangat besar. Sebagai dua negara ekonomi terbesar di dunia, dan sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB, hubungan Tiongkok-AS benar-benar merupakan hubungan bilateral yang paling penting di dunia.

Perkembangan positif hubungan Sino-AS tidak hanya menguntungkan kedua negara, tetapi juga bermanfaat bagi seluruh dunia.

"Tindakan AS tidak hanya menyakiti bagian dunia lainnya, tetapi juga menyakiti dirinya sendiri." Menurut Bloomberg News AS.

 Berkenaan dengan tindakan penambahan tarif senilai 100 miliar dolar untuk produk yang diimpor dari Tiongkok, opini publik secara luas menyatakan bahwa ini sangat melanggar aturan perdagangan internasional.

Sumber: https://www.facebook.com/SenatorSasse
Sumber: https://www.facebook.com/SenatorSasse
Senator dari Partai Republik Ben Sasse dari negara bagian pertanian Nebraska bahkan menulis di twitter: 'Mudah-mudahan Presiden hanya mengeluarkan unek-unek ketidak pausan saja, jika dia hanya setengah serius, ini gila."  Seumpamanya Tiongkok bersalah atas banyak hal, tetapi Presiden tidak memiliki rencana nyata untuk menang sekarang. Dia mengancam untuk menyalakan pertanian Amerika dengan api. Mari kita melakukan tindakan atas perilaku buruk Tiongkok, tetapi dengan rencana untuk menghukum mereka, bukan kepada kami. Ini adalah cara yang paling bodoh untuk melakukan ini.

Metode semacam ini tampaknya cukup agresif tetapi apa yang benar-benar ditunjukkan adalah kehampaan AS untuk melakukan tindakan dan itu adalah ancaman kosong. Di sisi lain, daftar Tiongkok (China list) dapat dikatakan sangat efektif karena langsung menyerang tumit Achilles AS, dan menyebabkan kepanikan di dalam AS. Dan sejumlah tindakan ini dilakukan seolah yang terbaik untuk menghibur perasaan-perasaan di AS. Faktanya, setelah Trump terus-menerus merilis kebijakan ini di bidang ekonomi dan perdagangan, banyak suara yang tidak setuju muncul di AS.

Tiongkok kini menarik garis di pasir dan mengirim peringatan keras ke AS. Segera setelah AS memprovokasi perang dagang, Tiongkok harus memenuhi dan siap melawan sampai tuntus. Demikian pernyataan resmi pemerintah Tiongkok.

Saronikov, seorang komentator untuk Tass Agensi Rusia,  dia sangat tinggi memuji setiap tindakan balasan Tiongkok. Saronikov percaya bahwa setelah tindakan balasan dari Tiongkok keluar, opini publik dan ekonom di AS akan mulai mempertanyakan kebijakan Trump tentang Tiongkok.

Sumber: CCTV News
Sumber: CCTV News
Saranikov. Dekan Institut Penelitian Pembangunan Modern Rusia, mengatakan: "Saat ini, tindakan Tiongkok sangat bijaksana. Ini bukan hanya sanksi balasan dengan ukuran yang sama; tujuan utama dari langkah-langkah ini adalah untuk menekan pemerintah Trump. Misalnya, dengan menaikkan tarif pada produk pertanian tidak akan mempengaruhi semua kawasan di AS. Mereka yang paling terpengaruh adalah negara-negara bagian pertanian AS di pusat dan kawasan ini berisi pendukung utama Trump.

Situasi Ekonomi Tiongkok Kini Di Dunia

Tiongkok sebagai pasar yang sangat besar dengan populasi lebih dari 1,3 miliar orang, Tiongkok adalah satu-satunya negara di dunia yang memiliki semua sektor industri pada klasifikasi industri PBB.

Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan internal pertumbuhan ekonomi Tiongkok, terutama tingkat kontribusi konsumen, telah meningkat secara besar-besaran. Dalam pertumbuhan total PDB 2017, kontribusi belanja konsumen menyumbang 58,8%, pembentukan modal menyumbang 32,1%, dan ekspor bersih barang dan jasa menyumbang 9,1%.

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok kini telah beralih dari ketergantungan yang sebelumnya pada investasi dan ekspornya didorong oleh ekspor investasi konsumen, jadi jika ada negara yang meremehkan adaptasi, ketahanan, dan tindakan balasan yang dilakukan Tiongkok adalah salah,  karena ekonomi Tiongkok sudah dalam keadaan yang semakin kuat. Demikian pendapat pengamat luar.

Jika AS secara sepihak melanggar aturannya, itu pasti akan mengarah pada situasi lose-lose, dan semua pihak akan tak terhindar dari rugi. Metode semacam ini benar-benar menempatkan sejumlah besar tekanan mental pada AS. Tiongkok sebenarnya memiliki beberapa kartu untuk dimainkan. Juga, jika Tiongkok bisa memainkannya dengan benar, itu akan menjadi pukulan berat bagi AS.

Selain itu, share ekonomi Tiongkok dari ekonomi global saat ini lebih dari 15%. Setiap tahun, kontribusi Tiongkok terhadap pertumbuhan ekonomi global lebih dari 30%, meliputi pasar investasi, pasar saham, pasar mata uang asing, pasar obligasi, dan komoditas umum semua pihak harus memperhitungkan tren ekonomi Tiongkok.

Dengan kata lain, jika ekonomi Tiongkok berkinerja buruk, seluruh ekonomi global akan terbebani.

AS seharusnya mempertimbangkan seluruh gambaran ini ketika mengkaji masalah Tiongkok. Di mata AS seharusnya mempertimbangkan --- Tiongkok bukan hanya mitra dagang, namun juga mitra yang komprehensif. Dalam tingkat politik, ekonomi, keamanan, dan lain-lain AS semuanya seharusnya perlu mendengarkan dan mempertimbangkan suara Tiongkok.

Di benak AS seharusnya mempertimbangkan, pengaruh Internasional, pengaruh regional, dan kemampuan koordinasi strategis Tiongkok tidak bisa dianggap remeh. AS perlu mempertimbangkan efek spillover setiap langkah yang dibuatnya, dan apa dampak negatifnya terhadap tata letak situasi strategisnya sendiri secara keseluruhan. Agar tidak terjadi gonjang-ganjing perekonomian dan situasi dunia...

Sumer: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 |

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun