Mohon tunggu...
Suci Maitra Maharani
Suci Maitra Maharani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tidak suka kopi

Quarter of Century

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | "Al, Run!"

31 Mei 2018   20:50 Diperbarui: 1 Juni 2018   23:30 2580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi: thehumornation.com)

"Lalu kau lihat sendiri. Tak ada lagi tersisa kecuali kemegahan yang hanya tinggal puing-puing kosong."

Aku pernah mendengar lagu kanak-kanak tentang memandang alam dari atas bukit. Hamparan bumi adalah permadani di kaki langit, tapi ternyata aku temukan semua hanya isapan jempol kini. Keadaan nampak begitu gersang, panas, juga bagi kami yang tengah mengudara sekalipun.

Usai beberapa penjelasan, Prof. Rad mengajak pilot untuk turun. Dan memulai segala kisah yang lama aku tunggu dari beliau.

"Kita adalah penduduk yang bangga di masa lampau, Al. Negara kepulauan terbesar di dunia, potensi sumber daya alam yang lebih dari berlimpah, sampai-sampai dulu ada saja bait yang mengatakan bahwa tanah kita adalah tanah surga sebab amat suburnya, juga kehebatan lain yang memukau mata dunia."

Aku membayangkan, dulu tentu permadani di kaki langit itu bukan mustahil.

"Betapa bahagia anak-anak generasi masa itu ya, Prof."

Cepat Prof. Rad mengangguk.

"Setidaknya mereka tumbuh lebih cepat dari apa yang kau alami saat ini. Mereka, juga kami, bebas melakukan eksplorasi apapun tanpa jerat almamater yang mewajibkan karantina seperti kau sekarang. Wawasan mereka luas, sebab tak ada batas untuk mempelajari ilmu pengetahuan apapun. Dan, setidaknya, mereka atau kaum-kaum muda seusia kau tidak dianggap berbahaya oleh negara, terutama pihak-pihak di balik Negara."

"Pihak-pihak di balik Negara?"

Prof. Rad mengangguk.

Bunyi bip! menjeda pembicaraan kami. Sebuah pesan masuk ke layar ddc Prof. Rad. Pesan penting tampaknya, sebab ia langsung mengaktifkan privasi layar. Cukup lama ia berjibaku dengan pesannya sebelum kembali pada perbincangan kami dengan muka masam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun