Mohon tunggu...
Yusuf_Joseph
Yusuf_Joseph Mohon Tunggu...

Interpreter; Tour Guide. https://www.linkedin.com/in/yusuf-alhadist-5ba161a7 https://www.instagram.com/jusuf_al/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Tiada Badak Jawa di Ragunan (dan Sumbang Saran untuk TMR)

9 Juni 2013   21:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:17 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Eland, Llama, Oryx mungkin terdengar asing di telinga, namun saya yakin banyak di antara kita yang pernah melihatnya. Ketiganya adalah nama binatang yang tidak hidup di Indonesia namun menjadi bagian dari koleksi Taman Margasatwa Ragunan (TMR). Ya, kita (khususnya yang tinggal di Jakarta) tidak perlu jauh-jauh ke benua Afrika untuk menyaksikan Zebra, atau mengarungi sungai Amazon di Amerika Selatan untuk melihat ikan buas Piranha. Koleksi hewan impor eksotis lain yang tersua di TMR termasuk Gorilla, Kuda Nil dan Jerapah.

Kehadiran satwa-satwa tersebut patut diapresiasi karena dapat menjadi medium pembelajaran, salah satunya dalam upaya konservasi satwa. Namun, kehadirannya menjadi pertanyaan tersendiri di tengah absennya salah satu satwa dilindungi asli Indonesia yang mewakili rapuhnya ekosistem kerajaan satwa, khususnya di Indonesia: Badak Jawa. Saya sempat menanyakan hal ini kepada petugas penjaga pintu TMR. Katanya TMR pernah memiliki koleksi Badak Jawa yang kemudian dikembalikan ke habitat asalnya karena "lebih baik seperti itu."

Selanjutnya saya temukan bahwa tidak pernah ada Badak Jawa yang dapat ditangkarkan di luar habitat asalnya. Oke, masuk akal. Akan tetapi alasan ini tidak lantas menjadi pembenaran tiadanya informasi mengenai hewan mamalia pemalu ini. Sebaliknya, justru gerbang kepunahan Badak Jawa yang sudah di depan mata dapat dijadikan momentum untuk lebih meningkatkan kesadaran pengunjung TMR akan gentingnya upaya konservasi, sesuatu yang menurut saya tidak terlalu tampak di TMR.

Tentu tidak hanya Badak Jawa yang terancam. Satwa Indonesia lain yang perlu perlindungan termasuk juga Orangutan. Koleksi satwa ini cukup banyak di TMR. namun lagi-lagi kehadirannya hanya sebatas pameran satwa langka. Memang ada informasi (walau sebagian menjadi media vandalisme) berupa keterangan tentang status yang terancam punah, namun tidak ada informasi pendukung (tidak perlu banyak, cukup beberapa baris) berupa informasi mengenai habitatnya yang terus tergerus pemukiman atau perkebunan kelapa sawit yang produk olahannya berakhir di dapur rumah, produk kecantikan atau makanan yang dapat (setidaknya) menggugah pengunjung untuk berfikir.

Situs Web

"TMR memberikan sarana hidup satwa selayak aslinya." Begitulah sepenggal kalimat yang terdapat dalam brosur yang saya dapat dari petugas loket karcis masuk saat saya berkunjung tempo hari. Sejenak saya berfikir apa kira-kira yang akan disuarakan oleh para satwa jika mereka diberi kesempatan dipahami manusia. Lonely Planet, penerbit buku perjalanan wisata populer, menulis TMR "merupakan kebun binatang terbaik di Indonesia walau banyak kandang yang ukurannya menyedihkan." Beberapa satwa juga jelas terlihat kurang terawat, seperti beberapa burung Merak dalam satu kandang yang bulunya rontok.

Di situs web www.ragunanzoo.jakarta.go.id, TMR menyebut diri sebagai "kapal nabi Nuh" dalam '"menghadapi bencana dan kerusakan alam yang akhir-akhir ini sering terjadi. Bila nanti sudah tidak ada lagi hutan di bumi ini, paling tidak masih ada contoh-contoh makhluk yang menakjubkan ini di kebun binatang, entah itu telah berwujud satwa ataupun masih berbentuk embrio, sel atau DNA." Wow... very discouraging... Entahlah, menurut saya pendapat ini seakan tidak menganjurkan upaya konservasi habitat asli satwa yang menjadi jualan utama TMR. Kerusakan hutan dan ekosistem semoga tidak dianggap sebagai suatu yang niscaya dan bukan merupakan ancaman, tidak hanya bagi satwa, tapi juga lonceng kematian umat manusia.

Informasi di situs tersedia dalam dua bahasa. Banyak informasi menarik yang dapat dibaca, namun versi bahasa Inggrisnya masih perlu dilakukan perbaikan agar mudah dibaca.

Pabrik Oksigen

Saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan catatan positif. Di tengah kondisi ruang terbuka hijau (RTH) di Jakarta yang langka, kebun binatang dengan luas 147 hektar ini memang laksana oase penyumbang oksigen bagi pengunjung dan juga masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Ribuan pohon jangkung beraneka jenis, selain memastikan kualitas air tanah yang baik,  juga mengajak pengunjung mengapresiasi keanekaragaman hayati di Indonesia. Semoga porsi   RTH di sini tidak tergerus upaya perluasan dan penambahan sarana dan prasarana di masa depan.

Sumber: Wikipedia, www.ragunanzoo.jakarta.co.id, Brosur TMR, Lonely Planet

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun