Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bu Mien, Catatan Seorang Tentara, Seberkas Cahaya di Titik Nadir

23 November 2020   12:32 Diperbarui: 23 November 2020   12:34 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika bukan ibu, mungkin akan memilih minggat dari ayah. Rasanya mungkin jarang ada wanita yang sanggup menghadapi tekanan seberat itu.

Pentingnya Toleransi dan Kemampuan Beradaptasi

Sejak itu kehidupan kami mulai gonjang-ganjing. Semua harta benda habis untuk menutupi kebutuhan kami. Dua rumah kami dijual. Satu rumah akhirnya dibeli oleh kakak kandung ayahku yang sebelumnya sudah menempati.

Ibu mengajarkan kami untuk beradaptasi dengan situasi ini. Kami mulai terbiasa makan nasi hanya dengan garam dan kerupuk. Aku bahkan pernah tak mampu membayar iuran sekolah hingga delapan bulan. Ibu sampai harus bolak-balik ke sekolah untuk memohon dispensasi.

Hal ini membuat aku malu untuk bersekolah. Ibulah  yang terus memberiku semangat. Puncaknya saat ayah meninggal dan ibu harus mengambil alih kepemimpinan keluarga.

Foto Reuni Ibu semasa sehat dengan Teman-teman KOWAL-Dok.pribadi
Foto Reuni Ibu semasa sehat dengan Teman-teman KOWAL-Dok.pribadi
Pergaulan ibu yang tidak memandang suku, golongan dan agama dari saat jaya dulu terbukti bermanfaat. Walaupun kami tidak mendapatkan bantuan dari orang yang pernah kami tolong. Namun banyak tetangga dan teman dekat yang memberikan perhatian. Bahkan tetangga yang berbeda agamapun berkenan mengulurkan tangannya.

Kakak perempuanku diterima bekerja di sipil Angkatan Laut juga atas rekomendasi teman ibu yang kebetulan juga berbeda agama. Aku juga berhasil untuk lulus kuliah.

Berbagai kejadian membuat kami menyadari mengapa ibu menekankan pentingnya toleransi dan kemampuan untuk beradaptasi.

Semangat Belajar Tak Kenal Umur mencari ilmu

Sebagai seorang muslim, ibu menyadari kekurangannya yang belum lancar membaca Al Qur'an. Ibu tak malu untuk belajar. Kebetulan di mesjid dekat rumahnya ada pengajaran baca Al Qur'an.
Beliau juga mengajak ibu-ibu lain untuk belajar mengaji. Sehingga banyak jamaah yang terkumpul mulai dari belajar baca Iqra hingga lancar dan mengkhatamkan Al Qur'an.

Ibu seolah menunjukkan kepada kami bahwa usia bukanlah halangan untuk menuntut ilmu dan memperbaiki diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun