Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bu Mien, Catatan Seorang Tentara, Seberkas Cahaya di Titik Nadir

23 November 2020   12:32 Diperbarui: 23 November 2020   12:34 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua rumah kami yang semula kosong juga sudah berpenghuni. Satu rumah ditempati sementara oleh kakak kandung ayah dan keluarganya yang saat itu kebetulan belum memiliki rumah. Satu rumah lagi ditempati keluarga jauh ayah yang sedang mencari kerja di Jakarta. Lumayanlah jadi ada yang merawat rumah.

Rumah kami sering didatangi baik tetangga, kenalan ataupun saudara yang membutuhkan uluran tangan. Semuanya dibantu walaupun terkadang mereka lupa ataupun tak mampu mengembalikan pinjaman yang telah diberikan.

Aku saat itu sempat bertanya kepada ibu. Kira-kira apakah mereka akan ingat pada saat kita dalam kesulitan dan mau balik membantu. Jawaban ibu sangat menyentuh hatiku sehingga teringat hingga saat ini.

"Nak, kita tidak usah berharap orang yang telah kita tolong akan membantu kita nanti. Karena Allah akan kirim orang-orang lain yang lebih banyak untuk membantu kita kelak saat kita kesusahan."

Prinsip ini kelak yang menyelamatkan di saat kami berada di masa-masa sulit

Tegar Saat Terpuruk


Suatu hari seorang kenalan ayah datang dan bercerita bahwa ia membutuhkan beberapa barang untuk memenuhi kebutuhan suatu perusahaan. Karena ingin membantu, ayah kemudian mengenalkan orang tersebut dengan sejumlah pengusaha.

Disinilah awal bencana itu datang. Pembayaran yang semula lancar kepada para pengusaha lambat laun mulai seret. Hingga akhirnya berhenti sama sekali. Kenalan ayah juga mulai sulit dihubungi sampai akhirnya menghilang bagai ditelan bumi. Padahal barang dari para pengusaha yang sudah masuk mungkin nilainya sudah sangat besar sekali.

Ayah yang berperan mengenalkan kepada para pengusaha ikut kena imbasnya. Mereka menganggap ayah ikut terlibat. Orang-orang suruhan para pengusaha mulai banyak yang datang ke kantor dari yang baik-baik hingga mengganggu lingkungan pekerjaan.

Sampai akhirnya ayah dikeluarkan dari tempatnya bekerja. Padahal ayah sudah coba menjelaskan bahwa ia hanya berperan mengenalkan saja dan tidak mendapatkan keuntungan apapun darinya. Ia juga tidak tahu keberadaan orang tersebut.

Dari preman hingga oknum aparat mulai datang ke rumah saat ayah tak di rumah untuk mengintimidasi. Ibu tetap tegar menghadapinya. Seorang oknum tentara yang semula datang dengan beringas mendadak berubah menjadi hormat. Setelah tahu ibu adalah mantan tentara dan menyebutkan beberapa temannya yang masih aktif dinas dengan pangkat yang lumayan tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun