Data Kuantitatif: Koperasi di Jakarta Timur & Potensi
Berangkat dari pertanyaan sederhana di atas, saya lakukan riset kecil kuantitatif. Hasilnya: hingga tahun 2024, tercatat ada 573 koperasi aktif di Jakarta Timur dengan total anggota sekitar 25.644 orang. Jika dibagi rata, satu koperasi rata-rata memiliki 44 hingga 45 anggota. Skala ini memang kecil, tetapi jika dilihat secara kolektif, potensinya besar.
Sayangnya, dari seluruh koperasi yang pernah terdata di Jakarta Timur, kebanyakan  sudah lama tidak beroperasi. Banyak yang sekadar tinggal nama karena tidak ada Rapat Anggota Tahunan (RAT), tidak ada aktivitas, bahkan tidak jelas pengurusnya.
Secara keseluruhan, DKI Jakarta memiliki 4.542 koperasi aktif. Namun, pemerintah daerah kini lebih menekankan kualitas daripada sekadar jumlah. Indikator baru yang dipakai adalah jumlah koperasi yang benar-benar aktif, sehat, transparan, dan memberikan manfaat nyata bagi anggotanya.
Jika dihitung kasar, misalnya setiap koperasi aktif di Jakarta Timur mengelola pinjaman rata-rata Rp500 juta saja, maka potensi perputaran uang mencapai Rp286 miliar per tahun. Angka ini belum termasuk efek berganda ke warung, UMKM, atau kelompok usaha baru yang terbentuk.
Dengan kerangka berpikir inilah, KKMP menjadi relevan. Ia hadir sebagai koperasi yang sejak awal membiasakan disiplin keuangan, mengikat diri dengan skema bank yang hanya menyalurkan dana untuk aset produktif.
Perspektif Ekonomi: Menumbuhkan Disiplin
Dalam logika ekonomi, skema pembiayaan KKMP menumbuhkan disiplin. Anggota koperasi yang meminjam tak bisa lagi mengalihkan dana untuk kebutuhan konsumtif. Uang yang seharusnya membeli mesin, tidak bisa dipakai untuk biaya hajatan atau menutup utang pribadi.
Bagi bank, risiko kredit macet menurun. Bagi koperasi, aset bertambah. Bagi anggota, usaha bisa naik kelas. Ada efek ganda (multiplier effect) di sini: ketika satu warung memperoleh etalase dan stok barang lewat pembiayaan koperasi, otomatis suplai kebutuhan harian di kampung lebih terjamin.
Seperti yang sering diingatkan para ekonom, pertumbuhan ekonomi Indonesia sering timpang karena sektor riil di bawah tidak cukup mendapat akses pembiayaan formal. Skema seperti KKMP bisa menjadi koreksi atas masalah itu: keuangan mengalir langsung ke produksi, bukan hanya konsumsi.
Jalan ke Depan
KKMP masih dalam tahap awal. Tetapi jika berhasil, ia bisa menjadi model baru penguatan ekonomi rakyat di perkotaan. Alih-alih mengandalkan bantuan sosial atau kredit konsumtif, warga didorong membangun kemandirian lewat koperasi yang sehat, transparan, dan fokus pada produksi.
Antara Harapan dan Tantangan
KKMP adalah inisiatif pemerintah untuk memperkuat ekonomi masyarakat melalui wadah koperasi, program ini ditujukan untuk meningkatkan ketahanan pangan serta pemberdayaan ekonomi lokal, dengan melibatkan partisipasi aktif dari RW, RT, Dasawisma, Jumantik, hingga warga biasa.