Pagi hari ini, ada pesan inbox di whatsapp dari salah satu pengurus Koperasi Merah Putih. Bunyi pesan itu hanya percakapan ringan: "Emang bener, setiap pinjaman koperasi dari Himbara itu nggak cair cash atau transfer ke rekening koperasi, tapi bank langsung transfer ke penjual barang modal?"
Pertanyaan ini sederhana, tetapi menyentuh jantung persoalan: bagaimana cara koperasi mengakses pembiayaan, dan apa dampaknya bagi anggotanya.
***
Skema Baru: Uang Tak Lagi Dititipkan Tunai
Praktik bank-bank Himbara---BRI, BNI, Mandiri, dan BTN---dalam menyalurkan kredit untuk koperasi memang berbeda dari pinjaman konvensional. Alih-alih mencairkan dana dalam bentuk tunai atau transfer ke rekening koperasi, bank langsung membayarkan ke vendor atau penjual barang yang sudah tercantum dalam proposal pinjaman.
Skema ini bukan tanpa alasan. Bank belajar dari pengalaman bahwa kredit koperasi seringkali macet karena dana tidak seluruhnya digunakan sesuai tujuan. Dengan membayar langsung ke penyedia barang, bank meminimalisasi risiko moral hazard. Uang tidak bisa lari kemana-mana, barang atau aset pun benar-benar sampai ke tangan koperasi.
Dalam bahasa sederhana, kredit yang diajukan adalah kredit produktif, bukan konsumtif. Jika koperasi mengajukan proposal untuk membeli mesin giling padi, maka bank membayar mesin giling padi itu langsung ke pabrik atau distributor. Mesin datang, koperasi punya aset, dan bank lebih tenang karena uangnya jelas peruntukannya.
Koperasi Kelurahan Merah Putih (KKMP): Eksperimen Sosial-Ekonomi
Di wilayah kelurahan Kebon Pala, kecamatan Makasar Jakarta Timur, lahir inisiatif menarik sebagai tindak lanjut program unggulan presiden tentang Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih: Koperasi Kelurahan Merah Putih (KKMP) Kelurahan Kebon Pala.
Koperasi ini digagas sebagai laboratorium ekonomi rakyat di tingkat kelurahan, bukan sekadar simpan pinjam, tetapi menjadi wadah pemberdayaan warga. Setidaknya itu yang saya tangkap dari mengikuti pemaparan Monitoring dan pencatatan perkembangan Koperasi Kelurahan Merah Putih (KKMP) Kebon Pala sebagai program pemberdayaan ekonomi lokal dan ketahanan pangan, Selasa (16/09) kemarin.
Program KKMP diarahkan ke tiga tujuan utama:
Pertama, Ketahanan pangan lokal -- dengan mendukung warung kelontong dan UMKM yang menjual kebutuhan sehari-hari.
Kedua, Pemberdayaan ekonomi produktif -- melalui akses pinjaman untuk alat produksi atau modal usaha.
Ketiga, Intermediasi keuangan -- menjembatani warga dengan sumber pembiayaan formal, khususnya Himbara dan program dana bergulir pemerintah.
Dengan sistem pembiayaan langsung ke vendor, koperasi tidak lagi menjadi sekadar "perantara uang", tetapi pengelola kepercayaan. Anggota yang membutuhkan modal tak harus khawatir uangnya "tercecer di jalan".