Mohon tunggu...
M Sanantara
M Sanantara Mohon Tunggu... Art Modeling

Metus Hypocrisis et Proditio. Scribere ad velum Falsitatis scindendum.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Minyak Jelantah Keparat!

20 Agustus 2025   12:41 Diperbarui: 20 Agustus 2025   12:51 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

tempe
tahu
oncom
pisang
singkong
ubi ungu
kacang ijo
kue susun
hati sapi

andai
kau sungguh menyimak
mata kuliah kewirausahaan 3 sks
dosen muda, bersuami cantik
dua puluh tahun cukup matang
kau sudah tampak wirausaha sukses
jangan malas tidur seharian di asrama
apalagi bercinta sabtu-minggu

pasti
kau pergi ke pasar tradisional
merek tepung terkenal sudah siap
harga ramah
tiga bungkus awal cukup
stok bumbu: satu bulan

dini hari
kau panaskan wajan
terperangah minyak sayur lupa
kau tengok
minyak kelapa favorit
mendiang nenekmu
dibunuh perampok gila
tak masalah ah---
mungkin kadaluarsa

1,5 jam beragam gorengan
menunggu perut keroncongan
kau putuskan berjualan
dekat pintu masuk
stasiun Cikini

22 desember
aku pulang, melewati
kau dan gorenganmu
perut keroncongan
meminta tinggal

aku tengok
tempe-tempe-tempe
lezat benar
sepuluh ribu
delapan buah

selang tiba di peron
tenggorokan panas
sakit, berat mengganjal

dan---
ku teriak:

"minyak jelantah keparat!"

//
(2025)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun