In the end, we will remember not the words of our enemies, but the silence of our friends."
--- Martin Luther King Jr.
Langit Sudirman, kelabu. Jalan layang dijejali gelombang macet yang menolak landai di ujung simpulnya---Mercy, Kijang, Corolla, truk pengangkut TKW ilegal, dan klakson-klakson yang membisik ke pori jantung. Deru yang seperti doa dipaksakan terus hidup.
"Jangan lebih dari lima belas menit," gumamku pelan.
Aku takut Molly kelaparan. Cuaca di Bogor memburuk, dan hewan kecil seperti dia sangat peka terhadap tekanan udara. Dua kantong kue pancong hangat sudah kupersiapkan. Manis, empuk, kesukaannya.
...
Waktu masih sekolah menengah pertama, aku ingat betapa teman-temanku kegirangan saat ada guru baru datang---rambut panjang menjuntai, pakaian ketat, tinggi semampai. Tubuhnya seperti gitar Italia yang dipuja para pemuja hormon pubertas.
"Halo, anak-anak kesayanganku. How are you feeling today?" sapa Ibu Ayu.
Rendy langsung nyeletuk, "Luar biasa sungguh sehat dan bergizi, Bunda Ayu!"
Tak ada yang salah dengannya, bahkan kehadirannya semacam penanda bahwa birahiku berjalan normal. Yang membuatku gusar, adalah setiap kali dia mengajar tentang jaring-jaring dan rantai makanan.
Ia selalu berkata: