Mohon tunggu...
M Sanantara
M Sanantara Mohon Tunggu... Art Modeling

Metus Hypocrisis et Proditio. Scribere ad velum Falsitatis scindendum.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Hati yang Melampaui

21 Februari 2025   03:52 Diperbarui: 21 Februari 2025   03:52 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siluet hutan purba di bawah langit merah senja (Dokpri: M Sanantara)

M Sanantara
Hati yang Melampaui

Tangismu yang lirih rendah  
hilang di sela napas pagi  
abu dupa terseret angin---  
percuma, tak kan sampai padaku.  

Dari ingin ke ingin, relung terbelah  
mata pisau berkarat  
menggerus urat harap  
hati saling sesuaikan---  
aku jarak sepadat kabut  
tak terseberangkan:  
jauh tetap jauh, meski tak terdekatkan.  

Mulailah dari mana saja  
asal bukan aku.  

Aku bukan perlintasan gulanamu lagi---  
bukan dermaga kapal patah  
bukan rasi kompas hilang arah  
bukan tanah liat yang sedia dibentuk  
dengan tangan gemetar penyesalan.  

Aku tebing sunyi  
tempat Banaspati Geni menyalakan batas  
hutan purba tanpa jejak  
meski Oray Siluman merayap di malam.  
Pergilah. Bawalah hujanmu sendiri.  
Aku sudah langit  
yang menolak mendung,  
tempat Nyi Blorong menanggalkan emasnya  
dan Antaboga melingkar di dasar waktu.

(2025)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun