Mohon tunggu...
M Sanantara
M Sanantara Mohon Tunggu... Art Modeling

Metus Hypocrisis et Proditio. Scribere ad velum Falsitatis scindendum.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Senyum Porselen

9 Februari 2025   20:14 Diperbarui: 9 Februari 2025   20:14 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Skeleton in a Veil (Pexels/Lisa Fotios)

Malam Jumat Kliwon,  
aku tersesat di antara cahaya neon,  
mall yang separuh sunyi, langkah yang bergaung.  
Pemesan terakhir, Kuasa Gelap, Bioskop 1, pukul 23:45. 

Sebelum itu, aku berkeliling,  
menyelami pantulan di kaca-kaca etalase,  
lalu terhenti---  
di sana, dalam debu dan gelap,  
sebuah boneka porselen menatapku.  

Astaga, cantik sekali.  
Rambutnya panjang, bajunya merah,  
semerah bibirnya.  
Pakaiannya sopan, sedikit kuno.  
Tapi matanya---  
terlalu gelap,  
seperti ribuan kata dimakamkan di sana  
dan tak satu pun yang berkabung.  

Aku berpaling.  
Namun kaca memantulkan senyum,  
bukan milikku.  

Film usai. 
Bangku di sampingku kosong, tapi napas terasa dekat.  
Seseorang berbisik---  

"Dika sayang, tengok ke belakang sebentar?" 

Astaga!  
Lisa, mantanku terindah. 
Matanya begitu hitam.  

Di etalase,  
boneka itu tersenyum lebih lebar.

**

M Sanantara
Bgr, 09022025

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun