Media sosial dan aplikasi chat menciptakan ilusi bahwa semua orang available 24/7. Jadi ketika seseorang gak merespons secepat biasanya, alarm di kepala kita langsung berbunyi.
Slow Living: Jurus Anti Geer di Era Serba Ngebut
Oke, sebelum kamu mikir slow living itu cuma buat orang yang tinggal di Ubud sambil minum kombucha, mari kita sederhanakan. Slow living adalah cara hidup yang gak buru-buru, tapi penuh kesadaran. Hidup dengan tempo yang kamu pilih sendiri, bukan tempo yang dunia paksa ke kamu.
Dalam konteks PDKT, slow living artinya kamu gak keburu-buru menilai perasaan orang, gak langsung bikin skenario masa depan cuma karena dia chat "udah makan belum?" atau bisa juga kamu gak panik kalau balasannya telat.
Kalau diibaratkan, PDKT slow living itu kayak jalan-jalan sore di taman, bukan lari maraton ngejar diskon midnight sale. Jadi, kamu punya waktu untuk nikmatin tiap momen, bukannya cuma fokus ke garis finish yang belum jelas.
1. Pahami bahwa Chat Cepat Bukan Cinta Cepat
Balasan chat yang cepat itu enak, iya. Rasanya kayak jadi prioritas utama. Tapi apakah artinya dia naksir kamu? Belum tentu. Bisa jadi dia lagi nunggu ojek online, lagi boring di kantor, atau sekadar tipe orang yang fast texter ke semua orang (iya, semua orang, bukan cuma kamu).
Kalau kamu gak slow living, balasan cepat itu bisa langsung bikin hati kamu terbang ke awan. Besoknya, pas dia telat balas, hati kamu jatuh lagi, nyungsep, dan mulai mikir, "Dia kenapa? Aku salah apa?" Padahal bisa aja dia lagi tidur siang.
Tips slow livingnya, coba hitung average dia balas chat ke kamu di jam sibuk, jam santai, dan jam 2 pagi. Kalau selalu cepat ke semua orang, berarti itu gaya komunikasinya, bukan tanda dia jatuh cinta. Kalau cuma ke kamu yang cepat, ya boleh lah hati sedikit deg-degan, tapi jangan langsung booking gedung resepsi.
2. Atur Ritme Balas Chat
Balas chat cepat terus bisa bikin kamu terbiasa menaruh waktu dan emosi hanya ke satu orang. Lama-lama, kamu kehilangan kehidupan pribadi. Rasanya kayak kamu jadi satpam chat yang selalu stand by 24 jam.
Masalahnya, kalau ritme kamu selalu "balas secepat mungkin," kamu bakal capek sendiri. Belum lagi, dia jadi terbiasa bahwa kamu akan selalu ada setiap saat. Begitu kamu telat balas, dia bisa kaget dan mulai salah paham.
Balaslah sesuai kenyamanan kamu, bukan sesuai notifikasi. Lagi nonton series? Lanjut dulu. Lagi masak mie instan? Selesaikan dulu biar gak jadi bubur. Lagi nyapu rumah? Sapu dulu debunya, baru sapu hati. Chat bisa nunggu, tapi mie gosong kan gak bisa diselamatkan.
3. Nikmati Proses, Bukan Hasil
PDKT yang sehat itu kayak nanem pohon mangga, bukan kayak bikin mi instan. Kalau buru-buru, yang ada malah gosong. Slow living ngajarin kita buat menikmati perjalanan, bukan cuma fokus sama hasil akhir.