Begitu juga sebaliknya. Kadang istri punya pengeluaran sendiri (belanja dapur, uang sekolah anak, jajan kecil), tapi nggak pernah dilaporkan ke suami. Uangnya ada, tapi koordinasi nggak jalan. Jadilah pengeluaran berjalan masing-masing, tanpa sinkronisasi.
Padahal, dalam keluarga, keuangan adalah tanggung jawab bersama. Transparansi dan komunikasi itu penting. Bahkan kalau yang satu lebih banyak ngurus uang, yang satu lagi tetap harus tahu kondisi dasarnya.
Tips mengatur arus kas keluarga biar nggak pusing
Sebagai ibu rumah tangga sekaligus penulis lepas, saya sering merasa seperti bendahara tanpa seragam. Harus cermat, sabar, tapi tetap fleksibel. Setelah dahulu beberapa kali merasa keuangan rumah tangga kami "berjalan tapi bocor halus," akhirnya saya dan suami sepakat mencoba mengatur arus kas dengan cara yang lebih realistis.
Inilah lima cara yang cukup ampuh dan bisa kamu coba juga!
1. Catat semua pengeluaran selama sebulan
Iya, semua. Bahkan parkir motor Rp2.000 atau mobil Rp5.000, gorengan Rp2.500, sampai uang receh buat jajanan anak-anak. Awalnya terasa ribet. Tapi setelah komitmen 30 hari, hasilnya bikin kaget, dalam arti positif dan negatif.
Kalau nggak bisa pakai aplikasi khusus di HP, silakan pakai cara saya yang cuma modal notes, lalu bagi dalam beberapa kategori: kebutuhan pokok, transportasi, jajan, hiburan, cicilan (kalau ada), dan lain-lain. Ternyata, pengeluaran "receh" per hari bisa menghabiskan hampir Rp1 juta sebulan kalau tidak dikendalikan. Momen sadar seperti ini penting untuk tahu di mana sebenarnya uang sering "bocor."
2. Pisahkan rekening operasional dan tabungan
Langkah sederhana ini punya dampak besar. Gaji bulanan masuk ke rekening A (utama), lalu kami langsung transfer sekitar 20-30% ke rekening B (khusus tabungan, dana darurat, dan simpanan masa depan). Rekening B ini sebaiknya tidak ada kartu ATM dan tidak bisa diakses sembarangan.
Tujuannya supaya uang “penting” tidak ikut tergoda untuk hal-hal impulsif. Jadi, yang tersisa di rekening utama benar-benar hanya untuk keperluan hidup bulanan, mulai dari belanja, listrik, sekolah anak, dan sebagainya.
Saya juga pakai satu rekening e-wallet kecil untuk jajan online, jadi bisa tahu seberapa banyak “kebocoran lucu” yang terjadi per bulan. Ternyata sangat membantu loh!
3. Buat budget mingguan, bukan cuma bulanan.
Ini life hack buat yang suka kalap banget di awal bulan. Daripada langsung mengatur uang untuk 30 hari, kita bisa membaginya per minggu. Misalnya, dari budget belanja bulanan Rp2 juta, kita bagi empat: Rp500 ribu per minggu. Kalau minggu pertama lebih hemat, sisanya bisa masuk minggu kedua atau disimpan.
Strategi ini bikin kita lebih sadar dan disiplin. Rasanya seperti lagi main game keuangan mingguan yang lebih mudah dikelola, lebih terukur, dan nggak bikin panik di tanggal tua.