Mohon tunggu...
Fadlil Madinah Mukti Raharjo
Fadlil Madinah Mukti Raharjo Mohon Tunggu... 24107030038_Ilmu Komunikasi_UIN Sunan Kalijaga

Karunasekara.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Kipsong, Usaha Keripik Singkong yang Tumbuh Lewat Kemitraan

12 Juni 2025   22:31 Diperbarui: 12 Juni 2025   22:48 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Tempat Jualan Kipsong (Sumber: Dokumen Pribadi, 2025).

Yogyakarta -- Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terus menunjukkan kontribusinya dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia, salah satunya melalui sektor makanan ringan. Di tengah persaingan yang ketat, muncul sebuah merek lokal bernama Kipsong, singkatan dari "Keripik Singkong", yang tidak hanya menonjolkan rasa khas tetapi juga mengusung nilai sosial dalam model bisnisnya.

Kipsong didirikan oleh Slamet, seorang pelaku usaha asal Yogyakarta yang memulai kariernya sebagai tenaga pemasaran di industri keripik singkong. Setelah lebih dari satu tahun berkecimpung dalam dunia penjualan, ia memutuskan untuk merintis merek dagangnya sendiri. Dalam enam bulan terakhir, Kipsong telah berkembang menjadi usaha yang memiliki lima outlet yang tersebar di beberapa titik strategis di wilayah Yogyakarta.

Sebelum memiliki merek sendiri, Slamet menjual keripik singkong secara keliling dengan membawa produk dari industri tempat ia bekerja. Pengalaman tersebut memberinya pemahaman mendalam mengenai pasar, preferensi konsumen, serta tantangan distribusi produk keripik lokal. Kini, ia mengelola satu outlet secara langsung, sementara empat lainnya dijalankan dengan sistem kemitraan. Outlet yang ia kelola berlokasi di Jalan Taman Siswa, Wirogunan, Kec. Mergangsan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Model kemitraan yang dikembangkan Slamet tidak menggunakan sistem konsinyasi yang umum diterapkan di toko atau warung. Hal ini disebabkan produk Kipsong tidak mengandung bahan pengawet, sehingga membutuhkan kontrol mutu yang ketat. Slamet menekankan pentingnya menjaga kesegaran dan kualitas produk sebagai bentuk komitmen terhadap konsumen.

Dalam operasionalnya, Slamet masih terlibat langsung dalam proses distribusi. Ia mendapatkan pasokan keripik singkong dari tempat produksi tempat ia dahulu bekerja, dan mengirimkannya setiap hari ke outlet mitra. Keterlibatannya dalam rantai distribusi ini memperlihatkan konsistensi serta dedikasi terhadap usaha yang ia bangun dari nol.

Kelima outlet Kipsong memiliki jam operasional dari pukul 10.00 hingga 21.00 WIB. Rata-rata penjualan seluruh outlet mencapai 100 kilogram keripik singkong setiap dua hari. Jumlah tersebut masih dapat meningkat tergantung pada kondisi cuaca dan tingkat keramaian di lokasi masing-masing outlet.

Gambar 2. Foto Saya bersama Pemilik Kipsong (Sumber: Dokumen Pribadi, 2025).
Gambar 2. Foto Saya bersama Pemilik Kipsong (Sumber: Dokumen Pribadi, 2025).

Produk Kipsong dikenal dengan cita rasa gurih yang berasal dari bawang putih asli. Slamet memilih untuk tidak menawarkan varian rasa lain guna mempertahankan ciri khas dan keaslian produk. Keputusan ini merupakan bentuk strategi diferensiasi yang menekankan orisinalitas, kualitas bahan, serta konsistensi rasa.

Keripik singkong Kipsong dipasarkan dalam tiga pilihan ukuran, yaitu 250 gram seharga Rp10.000, 500 gram seharga Rp20.000, dan 1 kilogram seharga Rp40.000. Proses penimbangan dilakukan langsung di depan pembeli untuk menjamin transparansi serta kesegaran produk yang ditawarkan. Pendekatan ini membangun kepercayaan konsumen dan mencerminkan praktik bisnis yang terbuka.

Lebih dari sekadar kegiatan ekonomi, Kipsong dirancang dengan visi sosial. Slamet menyatakan bahwa salah satu tujuan utamanya menjalankan usaha ini adalah untuk meningkatkan nilai jual singkong yang selama ini dinilai rendah. Dengan mengolah bahan mentah menjadi produk bernilai tambah, ia berharap dapat membantu meningkatkan pendapatan petani singkong lokal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun