Mohon tunggu...
M Abd Rahim
M Abd Rahim Mohon Tunggu... Guru - Guru/Dai
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

GPAI SMK PGRI 1 SURABAYA, Ingin terus belajar dan memberi manfaat orang banyak (Khoirunnas Anfa'uhum Linnas)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Armada Terakhir

16 Januari 2023   14:41 Diperbarui: 16 Januari 2023   16:35 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Pukul 17:00 Wib, sampai tujuan. Orang-orang, saudara, tetangga sudah berkerumun di kamar dimana ibu berbaring. Armada kursi roda, sudah tidak terpakai lagi diletakkan di pojok pintu rumah belakang. 

"Alhamdulillah cung-cung kok pintar, kok sudah pulang. Cepat ibumu bawa ke rumah sakit!" Kata Bu lek Ruroh, adiknya ibu. Aku bingung, karena kendaraan yang kupunya adalah sepeda motor. 

"Pinjam mobil ambulans balai desa Lif" Kata salah seorang tetangga. Di dalam kebingungan aku minta saran kepada ayah, agar ibu diizinkan kubawa ke rumah sakit. 

"Ibumu sakno, kalau di bawa ke mana-mana. Karena kondisinya sudah lemah. Di rumah sakit tambah kasihan ibumu disuntik jarum infus, atau lainnya. 

"Ke Mbah Soleh, minta omben-omben" Ayahku menyarankan, segera aku bawa satu botol air mineral dan kubawa ke Mbah Sholeh.


***

"Ini air minumkan ke ibumu, sebisa mungkin agar air ini bisa masuk dan diminumnya" Saran Mbah Soleh. "Malam ini minumkan ya, dan esok bila tenaganya pulih bawalah ke rumah sakit. Dan bicara sama bapakmu yang halus dan sopan, dalam rangka ikhtiar untuk kesembuhan.

Malam itu, aku menjaganya sampai tidak tidur. Alhamdulillah kakakku dan adikku, pukul 02:00 Wib dini hari baru sampai ke rumah ibu dan bisa gantian istirahat. 

Pagi yang cerah, pagi yang indah menjelma tangisan keluarga. "Allah, Allah, Allah Mak.!" Ayah menuntun ibuku, aku dan saudaraku membaca surat yasin. Hafizah bangun dan ku gendong untuk melihat Mbah doknya, dan Hafizah memberi doa dengan membaca QS. Alfatihah. Orang-orang di kamar merasa terhibur oleh lantunan ayat yang dibaca Hafizah.

Selama hidup ibuku disiplin salatnya, hingga saat sakit pun ia tidak ingin meninggalkannya. Pagi ini Allah telah memberi izin pada kedua tangannya. Orang-orang di kamar menyaksikan Ibu mengangkat kedua tangannya sambil berucap "Allahu...." Belum lanjut sampai "... Akbar" ibuku sudah tiada. Tangisan mereka satu persatu mulai pecah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun