Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Teana - Lamadh (Part 35)

27 November 2018   17:35 Diperbarui: 27 November 2018   17:40 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sementara itu di Kota Hegra...

       Kebun anggur milik Rashad telah hampir selesai dipanen. Kini Rashad tinggal menikmati hasil penjualan anggur miliknya. Beberapa saudagar sangat puas atas pelayanan yang diberikan oleh pihak Rashad.

"Anggur -- anggur yang kau jual sangat berkualitad Rashad, minuman sari anggur buatanku laris terjual di seluruh kota ini. Bahkan aku berencana untuk menjualnya ke daerah lain." ucap Tuan Ahmad. Pedagang anggur yang cukup terkenal di daerah Qasr As Saneea.

"Terimakasih Tuan," jawab Rashad singkat sambil tersenyum ramah kepada Tuan Ahmad.

"Jadi, apakah kau tidak ingin ikut berdagang bersamaku disana?"

"Tuan hendak berdagang kemana?"

"Lycia..."

Sesaat percakapan mereka berhenti. Rashad teringat putrinya.

"Mungkin akan aku pertimbangkan ajakan Tuan itu." ucap Rashad.

"Tentu Tuan... Kalau begitu aku pamit dulu."

"Silakan."

***

       Yodh dan Taw serta beberapa pengikutnya kembali lagi ke Kota Petra. Mereka memutuskan untuk menemui Peramal Simkath.

"Simkath.... Kau dengar aku?"

"Iya Yodh, aku mendengarmu. Ada apa?"

"Mengapa kekuatan Patung Dewa Dhushara begitu lemah? Mengapa kekuatan sihirku tidak mampu membuka pintu dimensi Bangsaku? Mengapa?" tanya Yodh marah dengan nada geram.

"Apakah kau tidak salah dalam melakukan ritualnya?"

"Tidak."

"Apakah kau sudah menyatukan kekuatan bangsamu dengan melebur darah kalian masing -- masing?"

"Sudah."

Komunikasi antar keduanya berhenti. Namun alam bawah sadar mereka masih terhubung satu sama lain.

"Lihat baik -- baik mata patung itu, apakah matanya memancarkan sinar putih? Apakah terdapat dua buah mutiara didalam mata patung itu?"

Yodh terdiam sejenak. Ia mengingat kembali kejadian beberapa waktu lalu.

"Tidak, aku tidak melihatnya ada disana."
"Temukan mutiara itu."

"Kemana?"

"Temui aku, aku akan memberimu petunjuk dimana letak mutiara itu."

"Baiklah..."

       Yodh beserta beberapa pengikutnya akhirnya tiba di Kota Petra. Mereka bergegas menemui Peramal Simkath. Kedatangan mereka disambut hangat oleh Peramal Simkath. Mereka terlihat bercakap -- cakap membicarakan sesuatu.

"Jadi menurutmu aku harus mendapatkan mutiara itu?" tanya Yodh.

"Benar. Mutiara itu hanya dimiliki oleh makhluk Bangsa Bawah yang bukan dari golonganmu."

"Maksudmu?"

"Mereka adalah makhluk setengah manusia setengah hewan. Keturunan langsung dari hewan berkaki delapan yang bisa berkomunikasi dengan manusia karena sebagian tubuhnya adalah tubuh manusia. Dengan kepandaian akal hewannya, mereka hidup berkelompok dan menetap di suatu wilayah di padang pasir. Tapi aku tidak tahu tempatnya.

"Berkaki delapan?" tanya Yodh.

"Ya..."balas Simkath.

Yodh diam, ia berusaha mencari jawaban atas penjelasan Peramal Simkath. Ia berusaha memutar otaknya untuk menghubungkan penjelasan Peramal itu dengan kejadian demi kejadian yang telah ia alami.

"Aku tahu dimana harus mencari mutiara itu."

"Bagus, segera dapatkan mutiara itu."

***

       Teana dan pengikutnya kembali bekerja seperti biasa. teana merasa senang karena patung Dewa Dhushara kini telah berada di tempat yang aman.

"Almeera, bagaimana hasil penjualan minyak wangi Myrrh kita? Apakah sama dengan kemarin atau mungkin ada peningkatan sedikit?"

"Maaf Tuan, penjualan Myrrh kita masih sama. Beberapa pelanggan kita mengurangi jumlah pesanan mereka. bahkan ada yang berhenti memesan kepada kita."

"Mengapa Almeera? Apakah kualitas minyak wangi Myrrh kita menurun?"

"Bukan Tuan, mereka lebih memilih menjual rempah -- rempah. Sebab penduduk disini lebih membutuhkan rempah -- rempah daripada Myrrh kita. Saat ini di Kota Petra, rempah -- rempah sedang diminati oleh para penduduk Tuan."

       Teana hanya bisa diam dan pasrah atas keadaan yang menimpa mereka. Almeera tidak bisa memberikan bantuan untuk memecahkan masalah ini. mereka berdua terdiam sejenak didalam kamar penginapan mereka.

"Kalau begitu lebih baik aku memberitahu Ayah untuk mengurangi persediaan minyak Myrrh kita. Besok aku akan berangkat ke Kota Hegra pagi -- pagi sekali untuk membicarakan masalah ini.

"Izinkan aku ikut dengan Tuan." ucap Almeera.

Teana mengangguk.

       Keesokan paginya rombongan Teana berangkat menuju Kota Hegra. Dengan membawa perbekalan yang cukup, mereka berangkat bersama -- sama. Teana, Almeera dan Shahed. Mereka berangkat melewati rute perjalanan seperti biasanya. Mereka mengambil jalur perdagangan yang biasa dilewati oleh para pedagang. Biasanya, jalur itu cukup sepi ketika pagi hari. Teana sudah hafal akan hal itu. namun kali ini, rombongan Teana berpapasan dengan rombongan orang berjubah hitam yang menaiki kuda di jalur perdagangan dekat Kompleks Al Djinn.

"Rombongan dari mana mereka? Baru kali ini aku melihatnya." gumam Teana dalam hati ketika melihat rombongan itu dari jarak cukup jauh.

       Teana menganggap rombongan itu adalah rombongan pedagang yang sama seperti rombongannya. Sehingga ia tidak menaruh curiga sedikitpun. Namun ketika rombongan Teana mendekati rombongan orang berjubah hitam, ia merasakan panas di sekujur tubuhnya. Tiba -- tiba Teana teringat ucapan Dalath. Bahwa ketika ia merasakan panas di sekujur tubuhnya, itu adalah pertanda bahwa Bangsa Bawah sedang hadir. Mereka berada di sekitar Teana.

       Saat itu juga Teana mengerti apa yang harus ia lakukan. Ia tetap tenang dan tidak memberikan reaksi apapun atas kehadiran Bangsa Bawah yang kini muncul didepannya. Mendekati rombongannya. Ia hanya menatap rombongan itu dengan tatapan biasa agar tidak menimbulkan keanehan.

       Rombongan itu makin mendekat, Teana berusaha tetap tenang. Namun ketika lelaki berjubah hitam yang berjalan memimpin didepan rombongan menatapnya, ia tidak bisa berkonsentrasi. Tubuhnya makin panas. Keringatnya makin bercucuran membasahi dahi dan lehernya. Mata Teana berputar -- putar tak tentu arah memandangi keadaan di sekelilingnya. Ia tidak sanggup menatap mata lelaki itu terlalu lama.

"Siapa lelaki itu? Mengapa ia memandangi aku seperti itu? Apakah ia makhluk dari Bangsa Bawah? Tapi siapa?" gumamnya dalam hati.

       Lelaki berjubah hitam itu hanya tersenyum. Senyum yang tidak bisa dilihat oleh Teana sebab tersembunyi dibalik burka yang ia pakai. Setelah kedua rombongan itu berpisah, Teana menjadi tenang. Tubuhnya berangsur -- angsur dingin seperti sebelumnya.

"Tuan, apakah Tuan ingin minum? Hamba lihat Tuan mengeluarkan keringat banyak sekali." ucap Almeera sambil menawarkan sebuah kantung kulit domba berisi air.

"Ti... tidak Almeera, aku tidak ingin minum. Aku baik -- baik saja." ucap Teana terbata -- bata.

       Rombongan Teana kini telah meninggalkan gerbang Kota Petra. Perjalanan mereka masih cukup jauh.

***

       Sementara itu rombongan Yodh telah memasuki Kota Petra. Yodh teringat peristiwa  penyerangan sekelompok makhluk berwujud laba -- laba ketika sebuah ritual digelar di Kuil Ad Deir. Ia mengingat betul peristiwa itu. Termasuk ingatannya terhadap Teana yang baru saja berpapasan dengannya di Kompleks Al Djinn.

       Kini Yodh dan pengikutnya telah sampai di Kuil Ad deir. Mereka tidak berani mendekat karena tidak ingin mengundang kecurigaan para pendeta dan para penduduk yang sedang melaksanakan ritual disana. Yodh dan pengikutnya menunggu diatas sebuah bukit batu cadas di sekitar kuil. Mereka berdiri di tempat yang sama saat Yodh melihat penyerangan yang terjadi di kuil itu.

       Waktu terus berjalan. Yodh dan pengikutnya hanya berdiri dan mengamati keadaan di sekitar Kuil tanpa melakukan  apapun. Hingga akhirnya Taw memberanikan diri untuk bertanya kepada Yodh.

"Mengapa kita datang kemari Yang Mulia? Apa yang hendak Yang Mulia cari disini?" tanya Taw tiba - tiba.

"Aku mencari seekor laba - laba."

"Laba -- laba? Siapa Yang Mulia maksud dengan laba -- laba itu? Bagaimana mungkin kita bisa menemukan laba -- laba di padang pasir yang panas ini?" tanya Taw keheranan.

"Kau tidak mengerti Taw, lebih baik sekarang siapkanlah prajuritmu untuk melakukan penyerangan yang akan kita lakukan sebentar lagi."

Taw terdiam. Ia tidak berani melawan ucapan Yodh. Pikirannya masih dipenuhi tanda tanya.

"Baik Yang Mulia..." jawab Taw singkat.

       Hanya dengan merapalkan mantra sihirnya, Taw telah berhasil mengumpulkan para pengikutnya. Kekuatan Yodh bertambah. Dataran diatas bukit batu cadas itu kini dipenuhi oleh prajurit jin. Kemudian Yodh menutup kelopak matanya. Mulutnya bergerak -- gerak. Sesaat kemudian telapak tangan kanannya terbuka seiring dengan terbukanya kedua kelopak matanya.

       Asap hitam pekat keluar dari telapak tangan Yodh. Dari dalam asap hitam terlihat sebuah tempat berbentuk mulut gua. Gua itu berada dibalik bukit batu cadas tak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Kita berangkat sekarang. Ikuti aku." perintah Yodh.

       Saat itu juga Yodh dan para prajurit jin melesat ke udara. Mereka terbang menuju gua yang dimaksud oleh Yodh. Gua yang dihuni oleh sekelompok makhluk setengah manusia setengah hewan. Yakni makhluk menyerupai laba -- laba  yang dipimpin oleh Lamadh.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun