Menjadi perempuan sukses kadang seperti petaka. Tidak melulu menjadi kebanggaan. Beda halnya dengan kesuksesan yang diraih oleh laki-laki.Â
Kalau laki-laki punya mimpi dan ambisi yang besar, akan ada banyak orang yang mendukung mereka. Sementara perempuan, hanya akan diremehkan.Â
"Emangnya kamu bisa?"
Kesuksesan yang diraih laki-laki menyebabkan mereka panen pujian. Orang-orang menyebut kecerdasannya, ketegasannya, kreativitasnya, kepemimpinan dan lain-lain. Sementara perempuan yang meraih kesuksesan, bakal dianggap biasa saja.Â
"Untung kamu cantik makanya bisa mendapatkan semua ini".Â
Padahal prestasi-prestasi ini diperoleh dengan kemampuan dan kerja kerasnya. Tapi orang-orang jarang ada yang fokus pada kemampuannya. Contohnya?
Lihatlah, bagaimana media membingkai pemberitaan prestasi seorang perempuan. Entah itu bintang film, penyanyi, atlet, pebisnis, pejabat publik dan sebagainya.
Media selalu saja melekatkan kata "cantik" atau "seksi" di belakang titel nya, seperti "atlet cantik ini" atau "artis seksi ini".
Belum lagi komentar-komentar para netizen yang lebih banyak mengomentari fisiknya dibandingkan prestasi atau kemampuannya.
Padahal perempuan tidak cuma punya fisik yang indah, tapi juga kecerdasan, kemampuan, passion, kepribadian dan hal lainnya yang lebih berfaedah untuk dibahas.Â
Menjadi perempuan itu berat. Dan lebih berat lagi kalau kamu menjadi perempuan di lingkungan yang masih kental dengan budaya patriarki.Â