Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Manfaat Kemenangan Biden bagi Indonesia

11 November 2020   23:00 Diperbarui: 12 November 2020   02:04 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: wartaekonomi.co.id

Kemenangan Joe Biden sebagai Presiden ke-46 Amerika Serikat (AS) telah mendorong kepala negara atau pemerintahan dari berbagai negara memberikan ucapan selamat. Seolah tidak ingin ketinggalan atau kehilangan momentum, Presiden Jokowi menyambut kemenangan Biden melalui akun Twitter-nya (seperti di bawah ini).
-----
“My warmest congratulations @JoeBiden and @KamalaHarris on your historic election. The huge turn out is a reflection of the hope placed on democracy,” said Jokowi on his Instagram account @jokowi on Sunday, November 8.

“Look forward to work closely with you in strengthening Indonesia-US strategic partnership and pushing forward our cooperation on economy, democracy and multilateralism for the benefit of our two people [sic] and beyond.”
-----

Ada optimisme dalam pernyataan Presiden Jokowi mengenai dampak hasil pilres AS 2020 ini terhadap hubungan bilateral Indonesia dan AS di era kepemimpinan Biden. Presiden terpilih ke-46 AS Joe Biden dinilai akan membawa pengaruh positif terhadap hubungan diplomatik dengan Indonesia. Hubungan dekat kedua negara diyakini akan seperti di era Presiden Barack Obama.

Kenyataan bahwa Biden yang menjadi wakil presiden di era pemerintahan Obama menjadi faktor penting bagi optimisme hubungan bilateral Indonesia dan AS. Pada masa pemerintahan Obama, pola hubungan antarnegara tidak mengenal negara maju atau negara berkembang.

Dalam konteks itu, pergantian kekuasaan di AS diyakini akan mengubah orientasi kebijakan luar negeri AS menjadi lebih aktif dan berorientasi global ketimbang kebijakan Trump yang sebaliknya. Biden akan memberikan angin perubahan baru bagi kehadiran AS di berbagai kawasan global, termasuk dalam kerjasamanya dengan Indonesia.

Tanpa harus campur tangan urusan domestik Indonesia mengenai demokratisasi dan hak asazi manusia, Biden diyakini akan lebih mengutamakan diplomasi ketimbang kekuatan militer. Cara-cara diplomasi ini diharapkan dilakukan AS dalam meningkatkan kerjasama bilateral dan multilateral dalam menjaga stabilitas kawasan di Indo-Pasifik, termasuk Laut China Selatan (LCS).

Memanfaatkan Biden

Momentum optimisme itu perlu dimanfaatkan dengan baik oleh berbagai negara. Dalam studi hubungan internasional, kebijakan luar negeri sebuah negara ditentukan oleh faktor-faktor domestik dan internasional.

Terpilihnya Biden dengan platform politik luar negeri yang berbeda (daripada Trump) akan menjadi penentu kebijakan luar negeri berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan doktrin bebas dan aktif, kebijakan luar negeri Indonesia diyakini akan berjalan lebih dinamis terkait perubahan kepemimpinan di AS. Bebas dan aktif bukan dalam pengertian netralitas terhadap berbagai persoalan internasional. Namun lebih pada upaya meningkatkan kerjasama yang telah ada.

Dalam konteks itu, ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh Indonesia melalui perubahan kepemimpinan AS ini. Kondisi terkini memperlihatkan bahwa kedua negara telah berupaya meningkatkan kemitraan strategisnya, namun hingga kini belum tampak realisasi atau kesungguhan pihak AS. Kemitraan strategis itu setidaknya berkaitan dengan penanganan Covid-19 dan konflik klaim di LCS.

Pertama, realisasi investasi AS di Pulau Natuna dan Kawasan Ekonomi di Brebes, Jawa Tengah. Selama ini, investasi asing di Indonesia didominasi oleh tiga besar, yaitu Singapura, China, dan Jepang. 

Selain itu, kunjungan Menlu Pompeo memang telah memberikan hasil positif bagi perdagangan Indonesia ke AS, yaitu pemberian fasilitas perdagangan (the Generalized System of Preferences/GSP) kepada komoditas Indonesia memasuki pasar AS. 

Pemberian GSP ini merupakan revisi terhadap kebijakan pemerintahan Trump sendiri yang sebelumnya telah menetapkan Indonesia sebagai negara maju sehingga tidak bisa mendapatkan 'Special Differential Treatment' (SDT) dari WTO. Akibatnya, tarif ekspor terhadap barang ekspor Indonesia ke AS menjadi lebih mahal. Dengan fsilitas GSP, tarif barang ekspor Indonesia ke AS menjadi lebih murah.

Kedua, penanganan Covid-19 secara multilateral. Kemenangan Biden diyakini mengubah orientasi domestik Trump menjadi kerjasama muktilateral yang dipimpin AS. 

Dalam kampanyenya, Biden berjanji AS akan kembali ke WHO dan berbagai inisiatif global yang ditinggalkan pemerintahan Trump. Dalam konteks ini, Indonesia perlu mendorong AS berperan lebih aktif dalam kerangka multilateral yang telah berlangsung selama ini, seperti di CEPI dan berbagai kerjasama regional seperti ASEAN.

Ketiga, posisi strategis Indonesia dalam peningkatan stabilitas perdamaian di kawasan Indo-Pasifik. Inisiatif Indonesia dalam membangun kawasan Indo-Pasifik yang damai menempatkan peran sentral ASEAN. Mekanisme ASEAN menjadi inti dari pengembangan Indo-Pasifik yang mengarah pada peran Indonesia.

Politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif tetap menjadi fondasi strategis dalam memanfaatkan terpilihnya Biden menggantikan Trump. Biden diharapkan dapat meningkatkan keterlibatan diplomatiknya di ASEAN dalam rangka mewujudkan kawasan Indo-Pasifik yang stabil. Dukungan AS terhadap sentralitas ASEAN di kawasan ini akan sangat relevan dengan peran yang dimainkan Indonesia di ASEAN.

Kembalinya peran global AS tentu saja bukannya tanpa biaya atau resiko. Indonesia dan berbagai negara perlu meyakinkan Biden bahwa upaya mengembalikan kepemimpinan global AS merupakan bagian dari rivalitasnya dengan China. Walaupun rivalitas dengan China berkaitan dengan isu vaksin Covid-19 dan konflik di LCS, kedua isu itu mau tidak mau memerlukan peran Indonesia dalam membangun stabilitas keamanan dan perdamaian di tingkat ASEAN.

Indonesia melalui ASEAN telah berusaha mendorong keterlibatan konstruktif kedua negara melalui berbagai inisiatif kerjasama. Terpilihnya Joe Biden dan kemungkinan perubahan kebijakan AS diyakini memberikan insentif bagi upaya-upaya multilateral di kawasan Indo-Pasifik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun