Imam Ahmad rahimahullah berkata:
"Orang yang bersyukur atas nikmat, maka nikmat itu tidak akan menjadi musibah baginya di akhirat. Tapi orang yang tidak bersyukur, maka nikmat itu akan menjadi bencana baginya."
Maka jika seorang hamba mengakui bahwa nikmat itu dari Allah, memuji-Nya, dan menggunakan nikmat itu dalam ketaatan, nikmat tersebut akan menjadi saksi kebaikan, bukan beban hisab.
Waspada Terhadap Syukur Semu
Sayangnya, banyak dari kita merasa telah bersyukur hanya dengan mengucapkan "Alhamdulillah", namun hatinya masih menganggap nikmat itu adalah buah dari kerja keras, koneksi, atau keahlian pribadi.
Ibnu Atha'illah as-Sakandari rahimahullah berkata dalam Al-Hikam:
"Jangan kamu merasa bangga terhadap amalmu, sebab amal baikmu adalah semata-mata anugerah Allah kepadamu."
Ini adalah pengingat bahwa syukur yang tidak disertai kerendahan hati adalah bentuk kesombongan terselubung.
Penutup
Belajarlah dari Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, dan para nabi lainnya - yang selalu mengembalikan semua kenikmatan kepada Allah, bahkan atas seteguk air dan sesuap makanan. Karena syukur mereka adalah ibadah, bukan rutinitas. Dan syukur yang demikianlah yang akan membebaskan dari hisab.
"Sesungguhnya Allah ridha terhadap hamba-Nya yang apabila makan sesuatu ia memuji-Nya, dan apabila minum sesuatu ia memuji-Nya." (HR. Muslim no. 2734)