Inilah bentuk syukur yang hakiki - bukan hanya memuji, tapi juga merendahkan diri dan menyadari betapa lemahnya kita tanpa pertolongan Allah.
Syukur Menunaikan Hak Allah
Sebagaimana dijelaskan oleh sebagian ulama, nikmat yang disyukuri dengan sungguh-sungguh tidak akan ditanya lagi pada Hari Kiamat, karena hak Allah atas nikmat itu telah ditunaikan.
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata:
"Syukur itu terdiri dari tiga rukun: pengakuan dalam hati bahwa nikmat berasal dari Allah, pujian dengan lisan, dan pengamalan dengan anggota badan."
(Madarij As-Salikin, 2/246)
Bahkan, Fudhail bin 'Iyadh rahimahullah pernah berkata:
"Setiap anggota tubuh memiliki syukur. Syukur mata adalah dengan menangis karena takut kepada Allah. Syukur telinga adalah dengan mendengarkan yang baik. Syukur tangan adalah dengan menahan dari yang haram. Syukur kaki adalah dengan melangkah dalam ketaatan. Dan syukur yang paling utama adalah meninggalkan maksiat."
Syukur bukan hanya tentang rasa senang saat menerima nikmat, tapi lebih dari itu - syukur adalah kepatuhan terhadap Zat yang memberi nikmat.
Syukur yang Menggugurkan Hisab
Allah Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya jika kalian bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepada kalian, dan jika kalian kufur, maka azab-Ku sangat pedih."
(QS. Ibrahim: 7)