Tak sekalipun pernah berhitung waktu bergulir
Derasnya arus acap kali menuntut keji, melipir
Memaksa berkenan gurat senyum terukir
Tatkala tetesan darah dalam raga ini mendesir
Kerasnya lalu, sunyi menghampiri
Hanya hembus angin menyadari
Kosong dan isi ruang sanubari
Seakan ada sebuah kutub tengah dicari
Pasir yang semula dalam genggam, berpendar, menyebar
Semula dijaga-jaga di batas pagar
Supaya tiada gundah sang kala menyambar
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!