Mohon tunggu...
LoVembers
LoVembers Mohon Tunggu... Penulis - I'm a delusional artbitch who is trapped on poem, music, film, and photography.

*setiap kata yang kutulis adalah jiwa, jiwaku yang terlalu gila untuk menjadi hal lain selain sebuah tulisan*

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Interlokusi dengan Tuhan

26 Februari 2019   09:21 Diperbarui: 28 Februari 2019   08:00 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi itu aku tiba di Bumi yang Dia takhlikan untukku.

Masih lima ribu detik lagi hingga menuju hening. 

Sepanjang beberapa masa terasa sangat gelap, Maka aku kobarkan api di sela rindu akan wangi surgaMu. 

Lantas api itu.

Aku namakan ia timur.

Dengan bulan yang terapung di seberangnya, timur tampak kesepian, sebagaimana aku yang hanyut di lautan gersang.

Kusentil satu dua kerikil, terpijar di atmosfir. 

Menjadi bintang-bintang dilangit, untuk kupandang setiap hari.

Menyinari barabad masa, lantas mati. Tetap cemerlang dari sini.

Masih dua ribu detik lagi hingga menuju hening.

Aku alpa menggerakan waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun