Mengapa Konsep Ini Bisa Viral?
Jawabannya simpel: karena semua orang pernah ngerasain. Dalam era digital, batas antara teman dan pasangan menjadi sangat tipis. Platform sosial membuat hubungan bisa dibangun dalam hitungan detik, tapi hancur tanpa penjelasan.
Konsep "teman level 1-10" bukan sekadar bercandaan, tapi semacam refleksi sosial. Ia menggambarkan betapa kompleksnya hubungan anak muda masa kini---yang sering kali terjebak dalam zona abu-abu, antara ingin bersama dan takut kehilangan diri sendiri.
Apa Pelajaran yang Bisa Diambil?
Daripada terus menerka posisi kita di "level berapa", mungkin sudah waktunya kita belajar untuk lebih jujur. Jujur pada diri sendiri tentang apa yang kita butuhkan. Jujur pada orang lain tentang apa yang kita rasakan.
Karena pada akhirnya, gak semua orang yang nyempil di galeri lo itu pantas lo sebut "teman". Dan gak semua sleep call itu bisa disamakan dengan cinta.
Dalam dunia yang serba cepat dan penuh distraksi, hubungan yang tulus dan jelas justru jadi barang langka. Jadi kalau lo sedang berada di salah satu level itu, coba tanya lagi ke diri sendiri yaitu mau tetap di situ, naik level, atau cabut sebelum makin nyangkut?
Karena dalam hubungan, kejelasan bukan cuma soal status. Tapi soal rasa aman.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI