Mohon tunggu...
Louis Pariama
Louis Pariama Mohon Tunggu... Lainnya - Pendeta

suka baca dan jalan-jalan, menaruh perhatian pada persoalan-persoalan sosial, isu perempuan dan anak serta masyarakat dan budaya lokal

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Penggerak Itu Tak Lelah Bergerak (3)

2 Desember 2022   13:53 Diperbarui: 2 Desember 2022   14:03 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hari-harinya dilalui dengan rutinitas yang padat. Setiap hari ia menghabiskan 6 hingga 7 jam di sekolah. Pukul 7.30, setelah menyiapkan kebutuhan Ibunya, ia sudah berada di sekolah yang tak jauh dari rumah orangtuanya. Ibunya akan ditemani oleh seorang pendamping. Ia kemudian tenggelam dalam berbagai tugas di sekolah. Pembelajaran dimulai pukul 8.00 hingga pukul 11.00, dilanjutkan dengan beberapa aktivitas bagi para guru. Setelah guru-guru pulang sekitar pukul 13.00, Iren masih bertahan menyelesaikan berbagai hal. Setelah tugasnya selesai, ia kembali ke rumah dan mengambil alih kembali tugas merawat sang Ibu. Ada saat di mana ia harus pergi ke Ibukota kabupaten, menyelesaikan berbagai urusan. Tidak hanya urusan sekolah. Ia pun berurusan dengan dinas kependudukan dan catatan sipil. Mengurus akte kelahiran para siswanya dan anak-anak lain di desanya. Maklum, jarak ke ibukota kabupaten cukup jauh. 70 km. Biayanya pun tidak sedikit. Belum lagi kebutuhan selama di sana dan urusan di kantor yang cukup membingungkan bagi orang desa. Untuk mengurus satu lembar dokumen pribadi, seseorang harus meninggalkan pekerjaannya di kebun. Sejak awal kehadirannya di desa, Iren dan suaminya memang bertekad melayani masyarakat melalui yayasan mereka. Apa saja yang dapat dilakukan untuk menolong orang lain, mereka lakukan. Tidak hanya melalui sekolah, mereka pun melayani melalui Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak dan Lanjut Usia Pelangi Asih.

Ketika saya bertanya apakah ia tidak lelah dengan semua pekerjaan itu, Iren segera menjawab "Lelah, tetapi saya senang. Saya merasa senang karena bisa melakukan sesuatu yang berarti, membantu orang, membantu mengatasi kesulitan orang lain, memberi hal baik yang dibutuhkan orang. Ia merasa yayasan Pelangi Asih adalah warisan sang putri yang harus dijalankannya dengan baik untuk pelayanan bagi yang membutuhkan. Jika ia tidak dapat lagi memeluk putrinya, ia dapat memeluk anak-anak lain. Jika ia tidak diberi kesempatan lebih lama untuk mendidik putrinya, ia dipanggil untuk mendidik anak-anak lain, sebanyak yang ia bisa. Ia punya mimpi besar. "Membangun 100 PAUD", katanya sambil tertawa. Ya, ia ingin membangun PAUD khususnya di desa-desa terpencil. Karena ia menyadari pentingnya pendidikan anak usia dini. Tidak mudah, apalagi untuk daerah 3T. Tapi ia akan terus bergerak. Berbagi ilmu, memberi dorongan, memperlengkapi orang lain. Ia pernah merasakan pahitnya dikhianati. Orang-orang yang awalnya bekerja bersama, dilatihnya dan diberi kepercayaan kemudian pergi meninggalkannya dan membuka lembaga sendiri. Dua PAUD yang telah dirintisnya di kota Ambon ditutup karena itu. Ia merasa sulit menemukan teman yang se-visi. Seringkali ia berjumpa dengan orang-orang yang mendahulukan upah ketimbang pelayanan. Mencari keuntungan sendiri. Baginya tak mudah mendapatkan dukungan dan kemitraan. Tapi ia tidak putus asa. Ia tak mau menyerah. Setidaknya ia telah berbagi. Ia terus menyambut dan memberdayakan orang lain agar bisa berjalan bersama mewujudkan cita-cita yang mulia. Kini, empat orang guru PAUD Pelangi Asih dari berbagai desa sedang dikuliahkan di S1 Pendidikan Guru PAUD. Perkuliahan secara online memungkinkan guru-guru ini untuk tetap mengajar. Memang melelahkan, tetapi mereka bersemangat menjalaninya. Iren melihatnya sebagai titik terang bagi pengembangan PAUD ini dan pendidikan anak usia dini di daerahnya.

Guru penggerak ini tak lelah bergerak. Ia terus bergerak menjadikan hidupnya bermakna. Memberi dampak bagi orang-orang di sekitarnya. Kisahnya seolah mengingatkan: keadaan yang terbatas tak harus membelenggu. Keluarlah dari keterbatasan itu. Bergeraklah terus agar terbebas dari keterbatasan itu. Selama kita berdiam diri kita tidak akan bisa mengetahui seberapa besar kekuatan kita dan seberapa besar kita berdampak bagi orang lain. (lsp)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun