Mohon tunggu...
Edmu YulfizarAbdan
Edmu YulfizarAbdan Mohon Tunggu... Guru - Guru Pemula

Penulis Buku Pengabdian Literasi Sang Guru (2023) | Menggapai Cahaya Ramadhan dengan Tadarus Pendidikan (2023) | Guru Pembelajaran Sepanjang hayat (2023) | Antologi 1001 Kisah Guru (2023) | Antologi Dibalik Ruang Kelas (2024) | Guru SMA |

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jangan Hakimi Guru Penggerak, Tetapi Tebarlah Inspirasi Kepada Guru yang Tidak Bergerak!

6 Maret 2024   19:39 Diperbarui: 6 Maret 2024   20:39 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto diatas adalah aktivitas penulis kemarin bersama CGP (Calon Guru Penggerak) dan Pengajar Praktik. Aktivitas tersebut berupa wawancara pasca observasi sebagai salah satu tugas dari Calon Guru Penggerak bersama penulis. Dan penulis acungi jempol kepada CGP ini karena ia adalah satu-satunya guru yang mengikuti program ini di sekolah SMA Negeri 1 Rantau. Tentu pro kontra terhadap program guru penggerak ini tidak hanya ramai di media sosial tetapi lingkup satuan pendidikan pun juga terasa. Lebih banyak yang kontra ketimbang pro karena beberapa alasan yang penulis dengar diantaranya adalah  jarang masuk kekelas, lelahnya dalam mengikuti program (6 bulan), antipati sejak awal dengan kurikulum merdeka, dan lain-lain.

Secara sederhana, guru penggerak ini di proyeksikan sebagai agen perubahan dalam bentuk pemimpin pembelajaran. Sebagai pemimpin pembelajaran seyogyanya dia harus berusaha memfasilitasi peserta didik dengan berbagai macam karakteristiknya. Hal itulah yang menjadi tantangan guru penggerak tidak terkecuali semua guru. Guru penggerak harus dirindukan keberadaannya oleh peserta didik bukan saja untuk konten semata. Guru penggerak harus memulai memantik semangat sebagai pembelajar sepanjang hayat untuk lingkungan sekitarnya. Walaupun sungguh berat tekanan psikologis guru penggerak yang hanya digeneralisir sebagian oknum guru yang mengatakan bahwa program ini hanya untuk menjadi kepala sekolah jalur express. Sehingga keberadaan guru penggerak dianggap sebelah mata dan sinis sehingga apapun yang dilakukan oleh guru penggerak selalu salah di mata guru yang tidak bergerak. Makna guru tidak bergerak disini adalah guru yang tidak mau keluar dari zona nyamannya, tidak mau merubah mindset pembelajarannya, guru yang orientasinya hanya tentang administrasi dan formalitas belaka. 

Adapun mengenai guru penggerak yang jarang masuk ke kelas  karena program itu sedang berlangsung, maka tugas kita mengkritisi kebijakan tersebut dengan berbagai macam kanal bisa melalui video dan tulisan yang di sebar melalui platform yang pembaca sukai. Sistemlah yang membuat guru penggerak seperti itu. Oleh karena itu kritik kita, akan membuat program ini menjadi lebih baik dari sebelumnya. Jangan sampai mematahkan semangat guru penggerak tersebut dengan ucapan atau tindakan kita karena sejak awal kita antipati dengan perubahan tersebut. Perubahan itu pasti, yang tidak pasti adalah mau atau tidaknya seorang guru memiliki jiwa pembelajar sepanjang hayat. Oleh karena itu jika ada disekolah kita yang mendaftar dan mengikuti program ini dukung dia dengan kemampuan yang kita miliki.

Menjadi guru penggerak belum tentu niatnya untuk menjadi kepala sekolah, tetapi bisa jadi memang guru tersebut ingin berubah menjadi lebih baik. Kita pun mengetahui sebelum kurikulum merdeka pun banyak pelatihan juga yang dilakukan oleh pemerintah daerah atau pemerintah pusat, tetapi kembali kepada gurunya tersebut, mau atau tidak mengaplikasikan ilmunya tersebut. Kita juga mengetahui bahkan pelatihan tersebut terkadang hanya sebagai ajang menikmati makanan dan kamar hotel , adapun materi pelatihannya dianggap sebagai menu tambahan saja dan kadang ditinggalkan oleh sebagian oknum guru tersebut. Oleh karena itu mari beri dukungan kepada guru yang hendak berubah, serta kepada guru yang tidak bergerak bantulah guru penggerak dengan doa dan ucapan positif, semoga dengan doa dan ucapan itu akan tertular juga kebaikan yang dimiliki oleh guru penggerak tersebut.

Adapun guru penggerak yang ingin punya niat menjadi kepala sekolah, itu sah saja dan boleh. Kita bisa belajar dari kepala sekolah Bali yang berprestasi, Bapak I Dewa Nyoman Sarjana. Beliau penulis kenal ketika ada kopdar penulis di Yogyakarta, sungguh di usia mendekati pensiun tetapi beliau memiliki semangat yang luar biasa dalam pendidikan terutama kepada guru pemula seperti penulus. Beliau mengatakan ditulisannya bahwa ketika menjadi kepala sekolah milikilah sifat berikut ini :

1. Kesungguhan : Sungguh-sungguh dalam menjalankan tugas semampu yang bisa dikerjakan walaupun masih muda konsisten hingga tua.

2. Ketulusan : Niatkan untuk bekerja dan bekerja, karena yakin setiap apapun yang dilakukan oleh kita akan dibalas dengan yang terbaik oleh Tuhan.

3. Kejujuran : Jujur menjadi pondasi utama dalam memimpin. Bekerja sesuai aturan. Apa yang menjadi hak kita, maka terimalah. Jangan mengambil hak orang karena hak kita adalah rezeki kita.

4. Motivasi/Dorongan : Libatkan dorongan keluarga sebagai salah satu motivasi intrinsik kita.

5. Tidak Ambisius : Berpikir target yang terbaik menurut kinerja kita, kalau ada prestasi maka syukuri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun