Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ini "Mimpi" Semalam di Yogya

9 September 2015   05:51 Diperbarui: 9 September 2015   11:39 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerahnya langit Yogya di malam hari mendorong kami untuk “ambulasi” (jalan-jalan). Poluan punya ide. “Ajak kami ke alun-alun Kidul” pintanya. Saya pun mengiyakan dengan mengangguk kepala. Dalam hati, ini kesempatan saya untuk berbuat baik dengan menuruti kemauanya itu. Yah, sebagai orang Manado, tak setiap hari ia bisa jalan-jalan ke kota pelajar Yogya ini.

Setelah parkir dan lagi-lagi merogoh kocek Rp. 5.000,- untuk satu mobil, saya dan keluarga Poluan langsung ke tengah lapangan Alkid. Malam itu suasana Alkid memang terasa meriah. Meski jam sudah lebih dari pukul 9 malam, namun nafas kehidupan di sudut-sudut lapangan tak sirna. Sejauh mata memandang sekeliling, kesan ramai dan semarak memang terasa.

[caption caption="Dokpri: VW hias"]

[/caption]

Permainan Masangin, yaitu berjalan sambil matanya ditutup kain menuju di antara dua beringin yang tumbuh di tengah alun-alun, dilakoni oleh Poluan dan secara bergantian anak putrinya. mau tahu hasilnya? Poluan berhasil tembus meski jalannya tidak lurus. Anak putrinya menabrak pagar pohon beringin. “Ngana belum dapa hoki” ucap saya dalam logat Manado.

Seru memang, permainan “mistis” masangin yang menjadi magnit bagi wisatawan yang ingin mencoba dan serius bermain.

[caption caption="Dokpri: Deretan VW Hias"]

[/caption]

Kami menuju ke becak hias yang pakrkir di pinggir jalan. Kami pilih becak hias yang bisa muat enam orang. Begitu mendekat pada becak hias, pemilik becak hias langsung menyambut kami dan diminta memilih yang model apa dan bermuatan berapa.

Poluan menunjuk pada becak hias model VW dan bisa muat enam orang dengan mesin GL (Genjot Langsung) tanpa polusi dan deru mesin. “Ayo kayuh yang kuat, jangan hanya kakinya nempel di pedal” kata Poluan sambil memegang kemudi becak hias. Becak berjalan keliling alun-alun.

Untuk kesenangan itu, kami harus bayar 50 ribu rupiah per becak untuk satu putaran. Dalam perjalanan kami hampir bersenggolan dengan becak hias lainnya. Tapi hal itu, lumrah saja ketika becak-becak hias lainnya juga sedang berkeliling alun-alun.

[caption caption="Dokpri: Ikan Lampion"]

[/caption]

[caption caption="Dokpri: Wisata Malam Alkid Yogya"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun