Selain keterbatasan sumber daya, stigma sosial juga masih kuat. Banyak orang enggan mencari bantuan karena takut dicap "lemah", "gila", atau "tidak beriman".Â
Akibatnya, gangguan psikologis sering disembunyikan hingga memburuk. Kondisi ini diperparah oleh pandangan pemerintah dan lembaga publik yang masih menempatkan kesehatan mental sebagai isu sekunder, bukan prioritas strategis.
Padahal, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2023), kesehatan mental yang buruk berkontribusi langsung terhadap penurunan produktivitas dan meningkatnya risiko penyakit fisik.Â
Dalam situasi darurat seperti bencana, perang, atau pandemi, efeknya bahkan lebih parah --- trauma psikologis bisa menghambat pemulihan sosial dan ekonomi masyarakat.
Psikiater dr. Andri, Sp.KJ, dalam wawancara dengan Kompas.com (10 Oktober 2025), menegaskan bahwa dalam banyak bencana, layanan psikologis sering tertinggal jauh dibanding bantuan fisik. Padahal dukungan psikososial dini dapat mencegah trauma menjadi kronis.Â
Artinya, memperkuat sistem kesehatan jiwa bukan hanya untuk menolong individu, tapi juga untuk menjaga daya tahan sosial bangsa secara keseluruhan.
Mental Health sebagai Pilar Ketahanan Nasional
Konsep ketahanan nasional biasanya dikaitkan dengan kekuatan militer, ekonomi, atau sumber daya alam. Namun, di era modern, para ahli keamanan mulai menyoroti dimensi baru: ketahanan psikologis masyarakat.Â
Negara yang warganya mudah panik, terpecah oleh disinformasi, atau kehilangan kepercayaan diri kolektif, sejatinya sedang mengalami krisis pertahanan dari dalam.
Kesehatan mental bukan hanya tentang individu yang bisa tersenyum setiap hari, tapi tentang kemampuan kolektif bangsa untuk berpikir jernih, bekerja sama, dan tetap berdaya saat menghadapi krisis. Di tengah tekanan global, resilience mental menjadi fondasi ketangguhan sosial.
Beberapa negara telah memahami hal ini. Finlandia menjadi salah satu negara yang memasukkan aspek ketahanan psikologis dalam strategi pertahanan nasionalnya.Â
Dalam dokumen Security Strategy for Society yang diterbitkan Kementerian Pertahanan Finlandia (2010), disebutkan bahwa "pendidikan menumbuhkan solidaritas warga negara dan kemauan untuk membela negara, serta memperkuat ketahanan psikologis terhadap krisis." (Sumber: link)