Kompas.com bagi saya bukan sekadar media, tapi semacam guru yang mengajarkan cara berpikir jernih. Melalui berita politik, saya belajar melihat dinamika demokrasi tanpa harus ikut larut dalam polarisasi.Â
Dari liputan ekonomi, saya bisa memahami perubahan harga pangan hingga kebijakan moneter yang kadang terasa jauh, tetapi sesungguhnya sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Bahkan dari rubrik budaya atau gaya hidup, saya menemukan inspirasi tentang bagaimana manusia menghadapi perubahan zaman.
Tentu, Kompas tidak sempurna. Tidak ada media yang sempurna. Namun, justru dari konsistensi menjaga integritas, saya belajar bahwa kepercayaan itu tidak dibangun dalam sehari. Ia lahir dari komitmen panjang, dari kesetiaan terhadap prinsip jurnalisme yang baik.
Ulang Tahun ke-30: Momentum Merawat Literasi dan Kepercayaan
Hari ini, Minggu 14 September, Kompas.com genap berusia 30 tahun. Tiga dekade bukan waktu yang singkat. Di tengah dunia digital yang berubah begitu cepat, bertahan selama itu adalah sebuah pencapaian besar.
Saya membayangkan, betapa banyak peristiwa penting yang telah diliput Kompas.com selama 30 tahun terakhir. Dari masa reformasi 1998, pergantian pemerintahan, perdebatan demokrasi, hingga era media sosial dan kecerdasan buatan yang kita jalani sekarang. Semua itu terekam, terdokumentasi, dan disajikan dengan cara yang mendidik pembaca.
Namun, tantangan terbesar di usia ke-30 ini justru datang dari hal yang mungkin dulu tidak pernah terbayangkan: hoaks. Jika dulu hoaks hanya berbentuk kabar angin di warung kopi atau pesan berantai sederhana, kini ia hadir dalam bentuk yang lebih canggih.Â
Ada video palsu yang terlihat nyata, ada foto yang dimanipulasi, bahkan ada berita yang ditulis dengan gaya sangat meyakinkan padahal isinya dusta.
Di sinilah saya melihat peran vital Kompas.com. Ia bukan sekadar media, tetapi benteng yang melindungi masyarakat dari serangan misinformasi. Tentu saja, media tidak bisa bekerja sendirian. Kita sebagai pembaca juga punya tanggung jawab. Membaca berita dari sumber terpercaya adalah bentuk dukungan nyata terhadap jurnalisme yang sehat.
Ulang tahun ke-30 ini bagi saya adalah momentum untuk mengingatkan diri sendiri: literasi digital bukan pilihan, melainkan kebutuhan. Jika kita ingin melawan hoaks, maka kita harus bersama-sama merawat kepercayaan. Percaya pada media yang kredibel, percaya pada data, dan percaya bahwa kebenaran masih punya tempat di ruang publik.
Saya yakin, Kompas.com masih punya perjalanan panjang. Dunia akan terus berubah, teknologi akan semakin canggih, tapi prinsip jurnalisme sejati akan selalu relevan. Justru di tengah banjir informasi, kehadiran media yang dapat dipercaya semakin dibutuhkan.
Catatan Personal: Kompas Sebagai Sahabat
Ketika saya menulis artikel ini, saya merasa seperti sedang berbicara dengan sahabat lama. Kompas.com memang bukan manusia, tapi kehadirannya dalam keseharian saya membuat hubungan ini terasa personal.