Mohon tunggu...
Julianda Boang Manalu
Julianda Boang Manalu Mohon Tunggu... ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh".

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Perkebunan Sawit dan Hilangnya Peta Migrasi Gajah

3 September 2025   10:00 Diperbarui: 3 September 2025   09:31 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Satu gajah Sumatra ditemukan mati akibat tersengat listrik di Desa Aleu Jang, Pasie Raya, Aceh Jaya, Rabu (9/4/2025). (Foto: Mongabay.co.id/Freepik)

Gajah Sumatra (Elephas Maximus Sumatranus) adalah raksasa lembut yang dikenal dengan kecerdasan dan memori luar biasanya. Hewan ini hidup dalam kelompok, dipimpin seekor betina, dan memiliki kebiasaan unik yang diwariskan lintas generasi: berjalan menelusuri jalur migrasi yang sama dari waktu ke waktu.

Jalur itu bukan hanya jalan setapak, melainkan semacam peta ekologis yang menyatukan hutan, sungai, dan padang rumput dalam satu rangkaian harmoni.

Namun, peta kuno itu kini kian memudar. Ketika hutan berubah menjadi hamparan perkebunan sawit, jalur migrasi gajah yang terbentuk selama ratusan bahkan ribuan tahun mendadak terputus.

Bagi manusia, perkebunan sawit mungkin adalah simbol pertumbuhan ekonomi, tetapi bagi gajah, sawit adalah tembok raksasa yang menutup jalan pulang.

Bayangkan seekor induk gajah yang memimpin kawanan melewati jalur leluhurnya, lalu tiba-tiba dihadang pagar listrik, ladang sawit, dan deru mesin truk. Kebingungan itu bukan sekadar tragedi satwa liar, melainkan simbol konflik antara dua dunia: alam yang berusaha bertahan dan manusia yang terus memperluas wilayahnya.

Migrasi Gajah yang Hilang

Secara ilmiah, gajah dikenal sebagai hewan dengan daya ingat luar biasa. Mereka mampu mengingat jalur yang ditempuh nenek moyangnya dan selalu kembali ke jalur itu dari musim ke musim.

Jalur migrasi ini bukan hanya penting untuk kelangsungan hidup gajah, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem.

Saat gajah berjalan, mereka menyebarkan biji-bijian, membuka jalur alami di hutan, dan menghubungkan ekosistem yang berbeda. Tanpa gajah, fungsi ekologis itu ikut menghilang.

Sayangnya, hutan yang menjadi rumah mereka terus menyempit. Data World Wide Fund for Nature (WWF) mencatat bahwa populasi gajah Sumatra kini hanya tersisa sekitar 1.300 hingga 1.700 ekor di alam liar.

Angka ini menurun drastis dari puluhan ribu ekor beberapa dekade lalu. Habitat gajah juga telah berkurang lebih dari 70% dalam kurun waktu 25 tahun terakhir, terutama akibat alih fungsi hutan menjadi perkebunan sawit (WWF Indonesia, 2023).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun