Mohon tunggu...
Julianda Boang Manalu
Julianda Boang Manalu Mohon Tunggu... ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh".

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Perkebunan Sawit dan Hilangnya Peta Migrasi Gajah

3 September 2025   10:00 Diperbarui: 3 September 2025   09:31 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Satu gajah Sumatra ditemukan mati akibat tersengat listrik di Desa Aleu Jang, Pasie Raya, Aceh Jaya, Rabu (9/4/2025). (Foto: Mongabay.co.id/Freepik)

Di beberapa wilayah, seperti Aceh, Riau, dan Lampung, jalur migrasi gajah yang dulunya terbuka kini berubah menjadi blok-blok perkebunan. Gajah yang terbiasa berjalan lurus mengikuti jalur leluhurnya sering kali terjebak di tengah lahan sawit.

Mereka kehilangan arah, terpecah dari kawanannya, dan sering kali dianggap sebagai hama oleh pemilik lahan.

Sebuah laporan dari Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) di Sumatra Utara menunjukkan bahwa konflik antara gajah dan manusia meningkat tajam dalam satu dekade terakhir.

Kawanan gajah memasuki area perkebunan sawit masyarakat di Aceh Barat. (Sumber: mediarealitas.com/Freepik)
Kawanan gajah memasuki area perkebunan sawit masyarakat di Aceh Barat. (Sumber: mediarealitas.com/Freepik)

Gajah yang kelaparan kerap masuk ke perkebunan sawit atau kebun masyarakat, menghancurkan tanaman, bahkan memasuki pemukiman. Situasi ini menimbulkan ketegangan: bagi gajah, sawit adalah penghalang; bagi manusia, gajah adalah ancaman.

Kondisi ini memperlihatkan paradoks besar. Perkebunan sawit yang menjanjikan keuntungan ekonomi justru menciptakan kerugian ekologis yang tak ternilai. Jalur migrasi yang hilang bukan hanya soal jalan, tetapi juga soal hilangnya warisan alam yang telah terbentuk sejak ribuan tahun.

Kebun kelapa sawit masyarakat di Desa Seumantok, Pante Ceureumen, Aceh Barat rusak diobrak-abrik kawanan Gajah liar. (ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas)
Kebun kelapa sawit masyarakat di Desa Seumantok, Pante Ceureumen, Aceh Barat rusak diobrak-abrik kawanan Gajah liar. (ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas)

Krisis yang Timbul

Hilangnya peta migrasi gajah membawa dampak berlapis, baik bagi satwa maupun bagi manusia. Bagi gajah, kehilangan jalur migrasi sama dengan kehilangan identitas. Mereka terbiasa hidup berpindah dari satu titik ke titik lain, mengikuti musim dan ketersediaan makanan. Saat jalur itu terputus, gajah terpaksa mencari jalan baru yang sering kali mengarah ke wilayah manusia.

Konflik pun tak terelakkan. Di Riau, tercatat lebih dari 20 kasus gajah mati dalam 10 tahun terakhir akibat diracun atau terkena pagar listrik ilegal (BKSDA Riau, 2022).

Di Lampung, sejumlah gajah masuk ke desa karena jalur migrasi mereka tertutup perkebunan sawit, mengakibatkan kerugian ekonomi bagi warga.

Dalam situasi seperti ini, manusia merasa dirugikan, sementara gajah diposisikan sebagai musuh. Padahal, gajah hanyalah korban dari perubahan lanskap yang diciptakan manusia sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun