Mohon tunggu...
Julianda Boang Manalu
Julianda Boang Manalu Mohon Tunggu... ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh".

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Saat Presiden Bicara Pasal 33, Tanda Kebangkitan Ekonomi Berdaulat?

15 Agustus 2025   17:00 Diperbarui: 15 Agustus 2025   16:27 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Pidato Kenegaraan Presiden Prabowo Subianto pada Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR - DPD RI 2025. (Sumber: kontan.co.id/Freepik)

Kelima belas, tantangan perubahan iklim. Sektor strategis seperti pangan dan energi sangat rentan terhadap dampak iklim ekstrem.

Keenam belas, masalah data. DTSEN harus dijaga akurasinya, jika tidak, program berbasis Pasal 33 bisa salah sasaran.

Ketujuh belas, keberlanjutan pendanaan. Banyak kebijakan Pasal 33 membutuhkan modal besar yang harus dikelola hati-hati agar tidak membebani APBN.

Kedelapan belas, risiko overregulasi yang bisa menghambat inovasi.

Kesembilan belas, konflik kepentingan antara pusat dan daerah dalam pengelolaan SDA.

Kedua puluh, tantangan membangun konsensus nasional bahwa Pasal 33 adalah milik bersama, bukan agenda politik satu kelompok.

Penutup -- Antara Harapan dan Realitas

Pidato Prabowo telah membuka kembali perbincangan serius tentang Pasal 33. Setelah bertahun-tahun relegasi ke pinggiran diskursus kebijakan, pasal ini kini kembali menjadi bahan perdebatan publik.

Optimisme tentu boleh, apalagi jika melihat kebijakan konkret yang mulai dijalankan. Namun, sejarah mengajarkan bahwa semangat awal sering kali meredup ketika berhadapan dengan kompleksitas implementasi.

Kebangkitan ekonomi berdaulat bukan hanya soal kebijakan top-down, tetapi juga partisipasi rakyat. Koperasi, UMKM, dan komunitas lokal harus menjadi bagian dari ekosistem Pasal 33.

Transparansi dan akuntabilitas akan menentukan apakah kebijakan ini membawa kesejahteraan atau justru memperkuat oligarki baru.

Kita tidak bisa menunggu sampai semua sempurna. Kebijakan yang berpihak pada rakyat harus dijalankan sambil terus diperbaiki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun