Mohon tunggu...
Livia Halim
Livia Halim Mohon Tunggu... Penulis - Surrealist

Surrealism Fiction | Nominator Kompasiana Awards 2016 Kategori Best in Fiction | surrealiv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Rajani

2 Maret 2018   20:05 Diperbarui: 5 Maret 2018   17:49 1279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (pixabay)

"Rambutnya sebahu, lurus dan hitam. Matanya cukup besar dan ia tak gemuk, juga agak tinggi. Seringkali memakai kemeja."

"Sudah berapa lama kamu menunggu?"

"Satu jam. Dia begitu terlambat."

"Apakah dia pasti datang."

"Entah. Saya mengantuk."

"Tidurlah sejenak. Sudah terlalu lama kamu menunggu. Biar saya yang membantumu menunggunya. Jika ia muncul, saya tepuk pundakmu segera agar bangun."

Perempuan itu langsung setuju. Saat itu pula Rajani yakin perempuan itu baru saja melakukan pekerjaan berat semalaman hingga tidak tidur, mungkin ia sibuk mengerjakan tugas kuliah atau pekerjaan. Ia pasti sangat mengantuk, batin Rajani. Bagaimana tidak? Ia langsung setuju pada tawaran orang asing. Apakah ia sudah bekerja?Ia terlihat begitu muda di mata Rajani. Perempuan itu akhirnya tertidur pulas, kepalanya disandarkan ke pinggir kursi panjang, rambutnya kini menutupi seluruh wajahnya hingga ia tak dapat dikenali lagi.

Setengah jam berselang, Rajani melihat laki-laki itu di hadapannya, agak jauh. Rajani bermaksud menepuk pundak perempuan di sebelahnya, namun rupanya air mata Rajani meleleh lebih dulu. Rajani tidak jadi menepuk perempuan itu. Laki-laki itu ia biarkan berlalu.

Rajani lupa sudah berapa lama ia membiarkan air matanya meleleh. Tiba-tiba ia merasa pundaknya ditepuk. Rupanya perempuan tadi sudah bangun.

"Dia tidak datang," ujar Rajani datar.

"Mengapa kamu menangis?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun