Mohon tunggu...
Lita Tania
Lita Tania Mohon Tunggu... Lainnya - Student
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Student in Indonesia University of Education

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Analisis Pendidikan Karakter dalam Cerita Pendek "Ingin Ini, Ingin Itu", Karya L.Heni.S. Kajian: Sosiologi Sastra

13 Juli 2020   21:30 Diperbarui: 13 Juli 2020   21:31 1034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

            Konsep nilai pendidikan karakter dalam kesusastraan yaitu sastra memiliki keterkaitan satu sama lain didalamnya. Pada penciptaan sebuah karya sastra, seorang sastrawan akan memanfaatkan nilai-nilai pendidikan karakter didalamnya, selain mementingkan nilai keindahannya. Nantinya nilai-nilai tersebut akan disampaikan oleh pengarang dalam karya sastra tersebut. Nilai-nilai itu juga akan memengaruhi pola pikiran pembaca. Maka dari itu, terlihat jelas bahwa sastra dan nilai pendidikan karakter tidak dapat dipisahkan (Djamaris dalam Triyani, 2010:14). Nilai-nilai tersebut dapat terlihat pada cerpen ini, yaitu sebagai berikut.

  • Nilai Religius (Rasa Bersyukur)

            Nilai yang berhubungan dengan Tuhan. Nilai ini digunakan sebagai petunjuk dari Tuhan untuk manusia dalam menjalankan kehidupan. Salah satunya ialah sikap untuk selalu bersyukur atas segala nikmat dan cobaan yang diberikan oleh Tuhan. Dalam cerpen ini, nilai tersebut dapat terlihat ketika tokoh Monik merasa bersyukur ketika melihat tokoh Pit yang hidup dalam serba kekurangan. Hal tersebut ditunjukkan ketika tokoh Pit yang mengenakan baju lesu, sandal jepit yang sudah tipis alasnya, dan ketika membeli makanan di warung tante Ida, ia hanya membeli makanan dengan lauk sayur sup saja, dan lauk tersebut dijadikan sebagai menu makannya hingga malam hari. Hal tersebut menjadikan tokoh Monik menjadi bersyukur karena Ia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya seperti dapat memesan menu makanan yang enak yaitu daging ataupun ikan. Bahkan ia dapat memenuhi kebutuhan hidup tersiernya yaitu membeli aksesoris-aksesoris dengan harga yang mahal untuk dijadikan barang koleksi. Ketika itu, Ia langsung mengingat Tuhannya dan mengucapkan kalimat bersyukur seperti ini. “Ya Allah makasih kau sudah memberikan uang yang lebih, sehingga aku bisa makan yang enak dan bahkan bisa membeli peralatan aksesorisku”.

  • Nilai Sosial (Menolong Orang Lain). 

            Nilai sosial didefinisikan sebagai suatu nilai yang berhubungan dengan sikap atau tindakan manusia dengan lingkungannya. Salah satunya yaitu dengan sikap menolong orang lain. Jika dikaitkan dengan cerpen ini, sikap tersebut terlihat ketika tokoh Monik yang sudah memiliki niat untuk membantu orang lain yang mengalami kesusahan. Ketika itu ia berpikir bahwa jika ia menjual semua peralatan aksesorisnya, maka, ia akan mendapatkan sejumlah uang dengan nilai yang tinggi. Uang tersebut dapat ia gunakan untuk hal yang lebih bermanfaat lagi. Karena jika ia gunakan uang tersebut hanya untuk membeli peralatan aksesoris, maka uang tersebut hanya dijadikan sebagai rasa pemuas untuk dirinya saja, dan tidak ada manfaat yang lebih berguna lagi daripada itu. Berbeda hal jika ia gunakan uang tersebut untuk membantu orang yang kurang mampu, maka uang tersebut akan lebih bermakna, dan lebih bermanfaat. Hal tersebut terlihat pada perkataannya yaitu “Kalau aku menjual semua peralatan aksesorisku, mungkin ini bisa bernilai tinggi, dan aku bisa membantu anak-anak lain yang kurang mampu seperti Pit”.

  • Nilai Moral (belajar berhemat).

            Nilai moral berkaitan dengan ajaran tentang penilaian perbuatan baik buruknya seseorang.  Jika dikaitkan dalam cerpen ini terlihat ketika tokoh Monik yang melakukan perubahan tindakan ke arah yang lebih baik. Karena, pada awalnya tokoh Monik merupakan seorang tokoh yang selalu bersikap menghambur-hamburkan uangnya atau hedonisme. Tetapi, kini ia sudah tidak bersikap seperti itu lagi, karena adanya kemunculan tokoh Pit yang membuat ia sadar bahwa ia harus menghargai uang dan mempergunakan dengan sebaik-baiknya. Karena ia melihat tokoh Pit yang harus berhemat dalam hal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari situlah, tokoh Monik baru menyadari bahwa ia juga harus dapat berhemat dengan uang yang ia miliki sekarang. Bahkan ia berpikir untuk menabungkan uang lebihnya tersebut agar jika seketika waktu ia membutuhkan uang di saat kondisi ia tidak memiliki uang, maka ia sudah tenang karena ia sudah memiliki uang di tabungan. Hal tersebut terlihat pada saat ia mengatakan, “Mulai sekarang, aku enggak mau lagi menghambur-hamburkan uangku. Aku harus hemat. Dan jika aku sewaktu-waktu membutuhkan uang disaat aku gapunya uang, aku jadi tenang-tenang saja, karena aku punya tabungan”.

            Adapun jika dikaitkan dengan teori sosiologi sastra dengan mengambil teori  Wellek dan Warren (dalam Faruk, 1999:3). Dalam teori tersebut dikatakan bahwa pengkajian sosiologi sastra meliputi tiga hal. Pertama sosiologi pengarang yang didalamnya membahas mengenai permasalahan tentang status sosial idiologi, sosiologi dan sebagainya yang masih menyangkut pengarang sebagai penghasil karya sastra. Kedua, sosiologi karya sastra, membahas mengenai unsur-unsur pembentuk sastra itu sendiri, dan membahas mengenai permasalahan pokok dalam karya sastra tersebut. Ketiga, sosiologi sastra membahas mengenai permasalahan pembaca dengan melihat pengaruh sosial karya sastra tersebut. Jika dikaitkan dengan cerpen ini, maka cerpen ini akan mengkajinya dengan sosiologi karya sastra dilihat dari bentuk isinya.  

            Jika ditinjau dari sosiologi karya sastra, maka cerpen ini mengandung permasalahan pendidikan karakter yang buruk dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahan tersebut seperti sikap menghambur-hamburkan uang, sikap tidak berhemat, sikap tidak mau membantu orang lain yang mengalami kesusahan,dan sikap tidak selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan. Maka dari itu cerpen ini mengajarkan unsur-unsur pendidikan karakter bagi anak dalam hal untuk belajar hemat, yaitu tidak menghambur-hamburkan uangnya jangan mencontoh pada tokoh Monik dalam cerpen ini diceritakan sebagai seorang anak yang bersikap boros. Lalu cerpen ini juga mengajarkan seorang anak agar tidak membeli barang-barang yang tidak terlalu dibutuhkan. Jangan seperti tokoh Monik dalam cerpen ini yang terus membeli barang-barang akesoris padahal ia sudah memiliki barang tersebut. Selain itu, cerpen ini mengajarkan untuk seorang anak agar dapat menggunakan uang lebihnya atau menyisihkan sebagian uangnya untuk sesuatu yang lebih berguna yaitu seperti untuk membantu orang lain yang mengalami kesusahan. Seperti dalam cerita ini, tokoh Monik yang akhirnya menyisihkan sebagian uangnya untuk membantu orang-orang seperti Pit yang mengalami kesulitan secara material, yaitu memiliki uang yang pas-pasan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Lalu cerpen ini juga mengajarkan seorang anak jika sedang diberi kenikmatan, agar tidak lupa dengan Tuhan dan tidak lupa bersyukur kepada Tuhan atas segala nikmat yang sudah diberikan oleh Tuhan.

D. Kesimpulan dan Rekomendasi

            Cerita pendek yang berjudul “Ingin Ini, Ingin Itu” karya L.Heni.S. mengisahkan seorang anak kecil yang berasal dari keluarga kaya raya, yang menyebabkan Ia selalu bersikap hedonisme. Tetapi ia pun sadar ketika hadirnya tokoh Pit dengan kondisi yang memprihatinkan, yang membuat tokoh Monik menjadi sadar bahwa ada orang yang tidak seberuntung dirinya. Hal tersebut menjadikan tokoh Monik bersyukur atas segala kenikmatan yang diberikan oleh Tuhan, dan berusaha untuk mengubah perilakunya ke arah yang lebih baik lagi, yaitu dengan tidak bersikap hedonisme dan berusaha mempergunakan uang dengan sebaik-baiknya, yakni dengan menggunakan uang tersebut untuk ditabung, bahkan mempergunakan uang tersebut untuk membantu orang lain yang mengalami kesusahan.

             Dalam cerpen ini terdapat amanat dengan nilai pendidikan karakter yang menarik yang dihubungkan dengan pendekatan sosiologi sastra yang dikaji melalui sosiologi isi karya sastra, yaitu membahas mengenai nilai-nilai pendidikan karakter bagi anak. Nilai-nilai tersebut terlihat ketika terjadinya perubahan sikap tokoh Monik dari sikap yang buruk menjadi sikap yang baik, yaitu dari sikap menghamburkan uang, menjadi sikap yang dapat menggunakan uang dengan sebaik-baiknya, dan sikap bersyukur terhadap semua kenikmatan yang telah diberikan oleh Tuhan.

            Rekomendasi dari penulis mengenai cerpen ini, yaitu cerpen ini sangat layak untuk dibaca karena dilihat dari isi cerpen yang mengajarkan seorang anak untuk belajar berhemat, tidak hedonisme, atau tidak membeli segala sesuatu yang tidak terlalu penting, dan selalu bersyukur terhadap kenikmatan yang sudah diberikan oleh Tuhan YME, serta mengajarkan anak jika memiliki uang lebih sebaiknya digunakan untuk menolong orang-orang yang kurang mampu. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai sebuah rekomendasi untuk pembelajaran bidang kesusastraan ataupun yang ingin melakukan penelitian berkaitan dengan analisis amanat dengan pendekatan nilai pendidikan karakter didalamnya dan analisis pendekatan sosiologi sastra pada sebuah karya sastra berbentuk cerpen.

E. Pustaka Rujukan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun