Kadang informasi tentang gizi atau fortifikasi tidak sampai ke desa-desa atau ibu-ibu yang aksesnya terbatas. Di sinilah Fatayat NU hadir, memberi penyuluhan, edukasi, hingga pendampingan agar orang tua bisa lebih sadar pentingnya zat besi dan gizi seimbang.
Saya jadi berpikir, kolaborasi semacam ini antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan organisasi masyarakat adalah kunci. Tidak bisa hanya bergantung pada satu pihak. Semua harus saling sinergi demi anak-anak Indonesia yang lebih sehat dan cerdas.
Fortifikasi Bukan Mewah, Tapi Kebutuhan
Kadang ada anggapan bahwa makanan fortifikasi itu mahal atau "produk luar negeri". Padahal, banyak juga produk lokal yang sudah difortifikasi dan terjangkau. Tinggal kita sebagai orang tua atau pengasuh lebih jeli membaca label dan menyesuaikan dengan kebutuhan anak.
Contohnya: biskuit bayi, susu pertumbuhan, bubur instan, bahkan beberapa produk tepung dan minyak goreng di pasaran sudah dilengkapi zat besi, asam folat, atau vitamin lainnya.
Namun tetap, makanan alami seperti hati ayam, daging merah, ikan, kuning telur, tahu-tempe, dan sayuran hijau juga penting. Kombinasikan makanan bergizi alami dengan makanan fortifikasi, maka asupan zat besi anak akan lebih optimal.
Tips Cegah Anemia Pada Anak
Nah, setelah menyimak semua penjelasan para ahli di acara HAN 2025, saya merangkum beberapa tips praktis untuk mencegah anemia pada anak, terutama di masa-masa awal kehidupannya:
1. ASI Eksklusif selama 6 bulan, lanjut dengan MPASI bergizi.
2. Pilih MPASI yang difortifikasi zat besi, terutama di masa awal MPASI.
3. Kombinasikan makanan hewani dan nabati, seperti daging, hati ayam, bayam, dan brokoli.
4. Lengkapi dengan vitamin C, seperti dari jeruk, tomat, atau jambu, agar penyerapan zat besi lebih optimal.