Kulukis taman perhentian untuk tapak perjalanan panjang dari episode waktu yang begitu kusam terburamkan. Meluapkan elegi tentang hujan yang jatuh deras membasahi tapak kaki.Â
Tentang tangis yang masih bertalu. Saat rintik-rintik hujan di ladang waktu mulai beranjak. Mengundang musim persemaian.
Hati dan jiwa belum mampu melabuhkan sayap sayap cinta pada roman nyata dalam bayangan.
Hujan itu sama setiap rintiknya. Rinainya tetap membawa percikan indah yang tak pernah berakhir. Meski lukisan duka tergambar nyata, namun manik tirtanya mampu sirnakan nestapa. Inikah hujan kita dengan sejuta kisah basahnya....